Sepasang mata itu sesaat saling menatap tajam. Menelisik untuk mencari jawaban yang diinginkan. Tidak ada yang paham apa yang tengah terjadi di antara keduanya.
Pertemuan biasa saja yang terjadi selama tiga bulan terakhir membuat perasaan keduanya menjadi aneh. Ada sedikit rasa sakit karena sesak ketika melihat satu sama lainnya. Kosa kemudian melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Vira.
“Maaf,“ gumam Kosa lirih.
Vira terdiam menunduk sambil mengusap lengannya yang sama sekali tidak sakit. Kosa masih menatapnya dengan tatapan yang mulai melunak.
“Vir, gue mau ngobrol sebentar sama elo. Boleh ya!” pinta Kosa.
“Gak bisa Kak, Vira buru-buru, sudah ada janji sama Mama di rumah,” tolak Vira.
Astaga, alasan apa pula ini. Sejak kapan dirinya pakai acara janji-janji sama Mama yang hanya ibu rumah tangga. Setiap mau berangkat Mama selalu mengatakan agar dirinya hati-hati di jalan dan jangan pulang terlalu malam.
Ini baru jam satu siang dan sedang di kampus, bukan di jalan. Ah, masa bodo. Sepertinya Vira memang harus berhati-hati dengan Kosa.
“Sebentar saja, gak lama koq. Please!”, pinta Kosa dengan penuh harap.
Vira bingung. Tapi sepertinya dirinya harus menyelesaikan masalah ini. Membiarkan masalah sepele ini berlarut-larut juga semakin membuatnya tidak nyaman. Dikira, masalah ini sudah selesai saat Kosa presentasi. Ternyata tidak.
“Baiklah, Kak! Tapi Vira gak mau ngobrol di kampus.” Vira balik meminta. Dirinya takut jika ngobrol berdua dengan Kosa di kampus justru membuat dirinya semakin tidak nyaman dengan tatapan dari mahasiswa lainnya.
Kosa meraih tangan Vira yang kemudian refleks ditepis halus oleh gadis berkulit sawo matang itu.
"Maaf," ucap Kosa.
“Kita ke parkiran motor dulu ya! Gue naro motor di sana,” ajak Kosa yang disambut anggukan pelan Vira.
Ternyata motor Kosa itu Vespa PX 150 berwarna abu-abu tua. Sama persis dengan yang dimiliki Papah Vira hanya berbeda warna. Untung saja Vira memakai celana jeans dan bukan rok jadi tidak masalah jika harus boncengan. Namun demikian, Vira masih ragu.
“Kak, gak punya helm cadangan ya?” tanya Vira.
“Maaf Vir, gak ada. Gak apa-apa koq, lewat belakang kampus saja. Gak ada polisinya, santai. Ada café bagus di dekat kosan gue.”
Vespa tua itu melaju pelan, keluar dari kampus menuju jalur kecil ke arah pemukiman penduduk yang berubah fungsi menjadi rumah kost para mahasiswa.
Vira meletakkan ranselnya di depan tubuhnya agar tidak bersentuhan langsung dengan Kosa. Kedua tangganya memegang erat besi yang melingkar di belakang dudukannya. Tidak terlalu merepotkan karena ternyata café yang dituju tidak terlalu jauh.
Kosa memarkirkan vespanya di pojok dekat tembok pembatas. Café Gerimis tertulis di papan kecil berwarna coklat tua. Café mungil tampak tenang dan asri dengan juntaian tanaman lee kwan yew tidak terlalu ramai saat ini.
Pengunjung masih bisa dihitung dengan satu tangan saja. Kosa mengajak Vira masuk ke dalam dan memilih tempat di belakang. Ada kolam kecil dengan suara gemericik air. Kosa memesan kopi susu untuknya dan Vira meminta dibuatkan teh lemon hangat saja.
“Enak ya Vir suasananya. Gue suka ngerjain tugas nih di sini. Kopinya juga enak, pas lah sama kantong mahasiswa.”
Vira tidak menjawab. Sesaat mereka berdua terdiam. Mendengarkan alunan musik tahun 90an lamat-lamat di telinga dan waktu seperti lambat berputar. Suara gemericik air mengalir tak mengurangi keheningan yang melembutkan rasa.
“Vir, mau ikutan penelitian lapangan lagi gak?” Tetiba Kosa memecah kesunyian.
“Penelitian apa?” tanya Vira.
“Yang kemarin itu loh! Kan gue pernah bilang kalo hasil penelitian di Bekasi oke, nanti gue kasih lanjutannya. Kerjasama sama lembaga donor kemarin itu minta tambahan lokus penelitian juga. Jadi gue diminta koordinir buat Kabupaten Bekasi sama Karawang. Cuma agak berat kerjanya karena elu cuma bertiga timnya.” Jelas Kosa.
“Koq bisa bertiga Kak? Kemarin pas di Bekasi itu berlima?”
“Nah itu dia, Pak Irsyam sama Mas Syahran peneliti utama gak mau nambah mahasiswa. Jadi yang kemarin lima dipecah jadi dua tim. Tim pertama di Kabupaten Bekasi dipegang Rizki sama Widodo, mereka sanggup berdua katanya. Jadi si Widodo tinggal di rumah Rizki. Nah, tim kedua itu elu, Vir sama Melati dan Handoko.”
“Tapi Kak, rumah saya di Bekasi, jauh banget dari Karawang, gak sanggup deh ke sana bolak-balik tiap hari.”
“Gampang itu, nanti elu bakal dikasih akomodasi penginapan di sekitaran kantor DPRD-nya. Dipinjemin motor juga buat cari data ke sana. Data orang-orang yang harus dihubungi dan dokumen apa saja sudah siap. Kayak kemarin itu. Elu udah jago deh, Vir!
“Kapan Kak? Gak dalam waktu dekat kan?” tanya Vira.
“Liburan ini koq, setelah selesai ujian akhir. Ini masuk batch kedua soalnya dan seminggu doang kerjanya. Soal honor sama kayak kemarin.”
“Oh oke. Siap Kak.” Vira tersenyum.
Bukan senyuman karena ada pembicaraan soal honor penelitan tapi ada beban yang terangkat dari pikirannya karena pembicaraan ini.
Terus terang Vira sudah siap dengan seribu alasan kalau Kosa menanyakan kenapa dirinya menghindar belakangan ini, Tapi ternyata, Kosa hanya ingin bicara soal penelitian saja. Waaah, dirinya sudah ge-er dengan perasaan tidak karuan ternyata tidak ada yang khusus. Vira tersenyum lega.
____________________________
Kosa
Dilihatnya Vira terdiam. Tidak menjawab saat dirinya mengatakan tentang Café ini dan kebiasaannya yang suka nongkrong di sini.
Kosa jadi galau sendiri dan keinginannya untuk menanyakan alasan Vira menghindarinya jadi menguap hilang begitu saja.
Perempuan berkulit sawo matang di depannya ini diam seperti sedang berada di dunia lain yang sukar ditembusnya. Dilihatnya Vira membiarkan ponselnya begitu saja, menyesap teh lemonnya dan kemudian memejamkan matanya. Ingin Kosa menjentikkan telunjukknya di hidung juniornya ini.
Akhirnya terlintas pertanyaan untuk memecah kesunyian ini. “Vir, mau ikutan penelitian lapangan lagi gak?”
Benar saja, Vira langsung menjawab pertanyaannya dengan antusias.
Kosa langsung menjelaskan mengenai penelitian lanjutan yang pernah ia janjikan ke Vira. Masih lama memang sekitar dua bulan lagi. Pak Irsyam dan Mas Syahran baru saja memberikan kepastiannya kemarin malam saat rapat koordinasi. Biasanya Kosa menghubungi tim lapangan sekitar dua minggu sebelum turlap.
Entah kenapa pembicaraan ini terlintas begitu saja, di luar rencananya. Ketika Vira tersenyum, tetiba Kosa merasa hatinya berdesir. Senyuman manis yang jarang tersungging dan kerap membayangi hari-harinya belakangan ini kini hadir di depan matanya. Seperti mendapat jackpot.
Vira bukan gadis kebanyakan yang suka bicara tentang dirinya. Kosa terpaksa mendominasi pembicaraan.
Vira hanya tampak antusias ketika bicara tentang penelitian dan buku-buku. Ternyata Vira menggemari novel dari banyak genre. Sebut saja Umar Kayam, Ayu Utami, Haruki Murakami, Khaled Hosseini, Charlaine Harris dan Nawal El Saadawi. Kosa merasa mati kutu ketika Vira menanyakan siapa novelis favoritnya.
“Gue suka sama Kho Ping Hoo sama Fredy S.” Kosa ketawa nyengir. Kosa sama sekali tidak menyangka kalau Vira ikut tertawa mendengar pengakuannya. Kosa mengira Vira akan mengernyit dan mengejeknya.
“Gw juga suka baca bukunya Fredy S sama Enny Arrow. Tapi dulu pas SMP, nemu di tumpukan buku lama punya Bokap.” Vira tertawa-tawa membuat Kosa terkesiap.
Wajah Vira menjadi lembut dan manis dilihatnya. Mereka lebih banyak bercakap mengenai buku teori, novel, dan kondisi politik dan tidak sedikit pun mereka bertukar bicara mengenai diri mereka.
Tampak di luar gerimis kecil. Tanaman rambat dan pohon gantung di dekat meja Kosa dan Vira basah seperti diperciki embun pagi. Suasana menyejukkan, sesejuk hati Vira dan Kosa. Tak heran mengapa café ini dinamakan Café Gerimis.
Setelah sholat maghrib, Kosa mengantarkan Vira menuju stasiun Pondok Cina. Vira harus mengejar kereta ke Bekasi yang ada di Stasiun Manggarai jam tujuh malam ini.
“Thanks ya Kak Kosa, it was a pleasure speaking to you today.” [Terima kasih ya Kak Kosa, menyenangkan ngobrol sama Kakak hari ini]
Kosa tersenyum bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
aaaa author lawas iki...
tau juga kho. ping hoo..
Ayu Utami....
😁
2024-01-31
0
Perjuangan cinta Tuan Muda
kyknya seru thor critamu. 5 jempol utkmu. semangat upnya. salam dr Asisten Pribadi Tuan Muda.
2021-04-30
0