Vara baru saja terbangun dari tidurnya setelah mendengar omelan dari ibunya. Ibu nampak sudah siap mengemasi barang-barang yang akan beliau bawa pulang kampung.
Sudah lebih dari dua minggu bapak berhenti bicara dengan Vara sebagai bentuk kekesalan beliau terhadap anak semata wayang mereka itu. Beliau kesal karena Vara menolak perjodohan yang sudah susah payah beliau aturkan.
Pria yang akan dijodohkan dengan Vara masih merupakan anak dari teman lama beliau. Bapak memang sudah berjanji akan menjodohkan Vara dengan pria itu, sesuai dengan janji antara Bapak dan orang tua pria itu. Apalagi usia Vara sudah menginjak kepala tiga, seharusnya Vara sudah tidak perlu menolak perjodohan itu lagi.
Tujuh tahun yang lalu, pria tersebut memang menolak saat perjodohan itu dilakukan, dengan alasan pria tersebut sudah memiliki tambatan hati lain. Pria itu menikah dengan wanita pilihan hatinya, namun di tahun ketiga, pernikahan pria itu tidak berjalan mulus, hingga akhirnya terjadi perceraian. Kini, pria itu justru datang kembali untuk meminang Vara.
Pria itu bernama Riko, seorang duda tanpa anak, berusia tiga puluh tujuh tahun. Riko dulu memandang Vara dengan sebelah mata. Hal tersebut terjadi lantaran Vara memang dianggapnya tidak cantik dan tidak menarik sama sekali.
Riko terkejut, karena tujuh tahun kemudian, Vara justru terlihat makin memesona dibandingkan pertemuan mereka tujuh tahun silam.
"Vara, apa kesibukanmu akhir-akhir ini?" tanya Riko saat bertemu empat mata dengan Vara.
"Aku masih sibuk bekerja," jawab Vara.
"Jika kita menikah nanti, aku ingin kau berhenti bekerja dan fokus padaku saja," kata pria itu menatap lurus Vara.
"Pernikahanku sebelumnya gagal karena kesibukan istriku terhadap pekerjaannya, padahal dia tahu sekali bahwa tugas utama seorang istri adalah mendampingi suaminya secara total," lanjut Riko.
Vara tersenyum sinis, ia benar-benar tidak habis pikir, seorang pria yang bahkan belum menjadi suaminya nampaknya sudah tidak sejalan dengan pemikirannya. Jika mereka melanjutkan perjodohan ini, tentu saja pria ini pasti akan menduda untuk kedua kalinya.
"Riko, aku tahu, tujuh tahun silam kau menolak perjodohan kita. Aku menerima semuanya dengan lapang dada. Dan kini adalah giliranku untuk menolak perjodohan ini, kuharap kau juga menerimanya," kata Vara sambil menatap Riko.
Ekspresi Riko nampak mengeras, ia menatap tajam.
"Jika kau marah karena tujuh tahun silam aku menolak perjodohan ini, aku sungguh minta maaf. Aku salah karena saat itu tidak memilihmu," kata Riko.
"Kau bahkan belum menikah hingga saat ini, bukankah itu artinya selama ini kau menungguku?" Riko melanjutkan.
Vara hanya tersenyum mendengar perkataan Riko.
Vara masih mengulas senyumnya, ia tentu saja masih menyimpan sakit hati pada pria yang sudah melukai harga dirinya. Vara masih ingat bagaimana pria ini mengatakan bahwa ia menolak perjodohan karena sudah punya kekasih yang akan dinikahinya. Pria itu akhirnya menikahi wanita yang kini sudah menjadi mantan istrinya. Lalu kini pria ini ingin kembali?
"Riko, dulu kita memang tidak berjodoh, sekarang pun juga tidak," jawab Vara.
"Dulu, aku bisa berlapang dada, dan kini, kau pun juga harus berlapang dada," Vara melanjutkan.
Ia menyeruput es kopinya, masih menatap Riko yang menunduk menahan perasaan kesal. Entah mengapa Vara merasakan sebuah kepuasan melihat Riko yang nampak terpuruk.
"Kau yakin menolak perjodohan ini?" tanya Riko lagi.
"Yakin," jawab Vara.
"Baiklah," kata Riko.
Saat itu, Vara pikir dengan menolak Riko masalah sudah selesai, namun rupanya ia salah. Rupanya, bapak sudah menjual rumah mereka kepada Riko sebagai bentuk keseriusan perjodohan tersebut. Bapak memang sudah berencana untuk pulang kampung setelah Vara menikah dengan Riko. Makanya, bapak begitu marah saat mendengar bahwa Vara menolak perjodohan tersebut.
Bapak sungguh sungkan, karena Riko menolak saat bapak mengembalikan uang Riko. Namun bagi Riko, jadi atau tidak perjodohan tersebut, Riko sudah membeli rumah orang tua Vara.
Bapak duduk di meja makan sambil menonton berita di televisi. Bagi Vara, mungkin ini saat yang tepat untuk mengakhiri perang dinginnya dengan bapak.
"Pak, Vara minta maaf," kata Vara kepada bapak.
Bapak hanya diam saja, matanya tak lepas dari televisi yang sedang ditontonnya.
"Pak, Vara tidak bisa menikah dengan Riko, karena Riko bukan jodoh Vara," kata Vara.
Bapak menatap ke arah Vara, pria paruh baya itu awalnya jengah.
"Lalu, siapa jodohmu?" tanya bapak.
Vara memutar bola matanya.
"Kau harusnya sudah menikah dan punya anak, bukannya masih sibuk mengejar pekerjaanmu! Memangnya apa yang sudah perusahaanmu berikan sampai kau begitu loyal seperti ini?" suara bapak terdengar meninggi.
Ibu langsung menghampiri keduanya, hari masih begitu pagi, tapi anak dan bapak itu sudah bertengkar lagi.
"Bapak, Vara akan menikah! Tapi bukan dengan Riko!" kata Vara.
Bapak hanya mendengus berat, pria itu tentu saja meragukan anak gadisnya yang selama ini bahkan tidak pernah memperkenalkan pria manapun lantaran terlalu sibuk bekerja.
Bapak bahkan berinisiatif untuk menjodohkan Vara, lantaran merasa kasihan karena Vara nampak depresi akibat tujuh tahun silam perjodohannya dengan Riko berujung pada penolakan.
"Ya, bawa laki-laki itu ke rumah ini sebelum akhir bulan. Kalau sampai akhir bulan ini kau belum menikah juga, kau harus ikut pulang kampung bersama Bapak dan Ibu!" bapak melotot tajam.
"Baik, Pak, tunggu saja!" kata Vara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Amelia
isshh Riko,bajing KL aq liat km,dl km yg nolak karna cara,kurang cantik setelah tampak cantik baru mau itu namanya cuma mau karna liat fisik nya aj udah cara,tolak aj
2022-12-10
0
Ni.Mar
jangan mau vara dulu di lepeh ehhhh ko mau di jilat lagi
2022-08-26
0
Jeny Juwan Alfa
visual nya Korea manggil nya bpak 🤦
2022-07-26
0