Warning

"Ikut aku!" Roy menarik lengan Lily ke luar rumah masih dengan memakai seragam sekolahnya. Lily tidak menyangka kalau Roy akan ada di rumahnya. Karena ini belum jam pulangnya ekstrakurikuler Basket. Meski begitu, harusnya Roy tahu dia sudah pulang dengan Natasha. Tapi kenapa Roy pulang sebelum ekstrakurikuler berakhir?

Roy mendorong Lily masuk ke dalam mobilnya yang berada agak jauh dari gerbang rumahnya. Setelah itu, Roy memutar mobilnya dan masuk ke kursi kemudi lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Lily sudah menangis sekarang. Dia tidak tahu harus berbuat apa dan mau bertindak seperti apa. Pikirannya sudah buntu dan tangisannyalah yang menjadi jawabannya.

Roy terlihat kalap. Terbukti dengan raut wajahnya dan rahangnya yang mengeras. Cowok itu hampir tiap hari selalu marah-marah dan menyalahkan semua tindakan Lily. Apa yang sebenarnya cowok itu inginkan?

Lily ketakutan. Melihat Roy yang menyetir dengan ugal-ugalan seperti ini, bukan cuma dirinya yang celaka melainkan Lily dan orang-orang di sekitarnya. Lily memaklumi tindakan Roy yang menarik tangannya keras itu tapi tidak dengan caranya menyetir yang seperti ini.

Ini namanya sama aja mau mati.

"STOP!!!" pekik Lily saat Roy hampir saja menabrak pejalan kaki dan mengakibatkan mobil yang di kendarai Roy oleng ke kanan dan untungnya Roy cepat-cepat menginjak rem dan tak ada pengendara dari arah yang berlawanan.

Cit...

Decitan rem milik mobil Roy membuat Lily tersentak. Hampir saja kepalanya mencium ujung dashboard kalau saja tangannya tak bisa menahan.

Mobil itu sudah berhenti di pinggir jalan dengan Roy yang masih mengatur deru napasnya yang tersenggal. Rahangnya kian mengeras dengan air muka yang menahan emosi.

Diam. Baik Roy maupun Lily tak ada yang membuka suara. Mereka tetap fokus pada pikiran masing-masing yang berkelana entah kemana.

"Darimana aja?" Bariton suara khas milik Roy tiba-tiba terdengar di telinga Lily.

Lily menunduk. Hari ini sepertinya hari sialnya sepanjang masa.

Tak ada jawaban dari Lily membuat Roy menoleh dan mencengkram dagu Lily agar menatapnya.

"Jawab!" Bentakan dari Roy membuat Lily terlonjak kaget. Dia tak tahu kalau Roy sebegitu kalapnya saat Lily hanya membohonginya.

"Pergi ke Supermarket," cicit Lily takut-takut.

Roy tersenyum sinis, "oh ternyata sekarang bisa ya pergi tanpa izin."

Roy tertawa hambar, "bagus banget. Nanti aku bakal tanyain ke Natasha gimana ceritanya."

"JANGAN!!" ucap Lily setengah berteriak. "Kamu gak boleh ketemu Natasha. Dia enggak salah sama sekali."

"Oh berani ya sekarang bela sahabat demi suatu kebohongan," ujar Roy setengah menyindir.

"Aku enggak bela Natasha. Aku yang salah. Aku yang nolak buat dia nganterin aku dulu ke rumah karena aku emang butuh belanja seperti biasa," jelas Lily membuat Roy tersenyum yang menampakkan senyuman tersirat.

"Sama Farrel?"

Deg.

Lily hampir lupa soal itu. Kenapa bisa-bisanya dirinya terbodohi oleh dirinya sendiri? Roy mungkin bukan marah karena Natasha melainkan Roy marah karena dirinya bertemu Farrel.

Lily pucat. Semacam maling yang tertangkap basah sedang mencuri. Pertanyaannya, siapa yang memberi tahu kalau Farrel dan dirinya bertemu di supermarket?

Apa Roy selama ini membayar orang untuk memata-matai dirinya?

"Kamu tahu dari siapa?" tanya Lily balik.

"Jadi bener kamu ketemu sama Farrel?"

Lily menghela napas, "itu enggak sengaja aja."

"Terus kalau gak sengaja, harus ngobrol gitu? Pegangan tangan sampe minta no whatsapp kamu?" tanya Roy bertubi-tubi. Pertanyaan itu 90% benar. Tapi kejadiannya tidak seperti yang Roy katakan.

"Enggak gitu ceritanya."

"Terus kayak gimana? Coba jelasin sama aku sedetail-detailnya kalau emang cerita aku itu salah," ucap Roy menahan emosi. "Bahkan aku udah capek bilang ini sama kamu. Jangan deket sama Farrel. Apa susahnya sih?"

"Aku enggak berniat sama sekali buat deket sama dia, Roy. Kita cuma enggak sengaja aja."

"Terserah kamu mau apa lagi besok ataupun habis ini mau apa, terserah. Yang penting aku ingatin lagi ke kamu. Kamu milik aku dan selamanya akan kayak gitu!" ucap Roy dengan nada lemah. Dia menyerah untuk merubah sikap Lily yang selalu mengekang dan tak ingin di beri tahu. Sudah cukup untuknya memperingati ini semua pada Lily. Karena kenyataannya, Lily akan tetap seperti ini.

Roy melajukan mobilnya lagi. Kali ini dengan kecepatan standar. Roy yang niatnya mau ajak Lily ke suatu tempat akhirnya tak jadi karena emosinya yang belum stabil. Roy takut Lily akan menjadi samsak emosinya ini. Jadi Roy memutuskan untuk memutar balik arah dan mengantar Lily pulang.

"Makasih, Roy."

Lily membuka seatbelt dan tersenyum ke arah Roy yang masih diam dengan wajah datarnya.

"Jangan lupa makan," kata Roy sebelum Lily menutup pintu mobilnya.

Lily mengangguk dan mulai membuka pintu gerbang rumahnya.

---

Maaf setelah ini akan ngaret up karena paket menipis wkwk

Terpopuler

Comments

Yulia Megawati

Yulia Megawati

ngeri ehh baru pacaran dah gitu ap lagi dah berumah tangga,

2021-01-03

2

Syamira Sulistyo

Syamira Sulistyo

senrng tidak si punya pasangan posesif.ak si suka hehe

2020-05-14

4

Ike Saja

Ike Saja

posesif tingkat dewa🤔😁

2020-05-07

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!