Shopping

Pulang sekolah Lily hanya duduk di kursi panjang depan kelas Oktober menunggu Natasha dan Asley keluar kelas. Roy juga pamit untuk latihan dulu sampai sore. Itu tandanya Lily harus pulang bersama Natasha karena Lily dilarang keras untuk memakai mobil sendiri ke sekolah kecuali Roy yang nyuruh.

"Udah lama nunggunya?" tanya Natasha ketika baru saja keluar dari dalam kelasnya. Cewek itu sendirian tanpa ada Asley ataupun Varsha yang keluar bersamanya.

"Iya lumayan sih. Eh, kok tumben bocah dua itu gak bareng lo keluarnya?" tanya Lily balik.

Seolah mengerti, Natasha langsung menjawabnya tanpa mikir maksud dia bocah yang di maksud Lily barusan. Tentu saja mereka adalah Varsha dan Asley.

"Ngerjain tugas dia yang belum kelar," jawab Natasha. "Gue habis ini mau ke supermarket dulu. Lo mau ikut apa mau gue anterin dulu?"

Lily seolah berpikir. Kalau dia minta di anterin dulu itu berarti Natasha harus putar balik lagi. Tidak mungkin juga dia harus minta anter. Lily juga tidak enak sendiri pada sahabat super baiknya ini. Kalau dirinya ikut Natasha, berarti dia harus izin dulu sama Roy dan pastinya juga tidak akan di izinkan oleh cowok posesifnya itu. Dia juga sudah lama tidak ke supermarket sekitar dua minggu lebih.

Tanpa pikir panjang lagi, Lily memutuskan untuk ikut Natasha dulu ke supermarket tanpa memberitahu ke Roy.

"Oke gue ikut aja deh," putus Lily kemudian.

"Yakin? Gak bakal di marahin sama cowok lo?" tanya Natasha yang mulai ragu.

"Yakin gak apa-apa kok. Tenang aja," jawab Lily tersenyum dan menarik lengan Natasha untuk segera berangkat. "Ayo."

"Tapi Ly, gue gak yakin kalo habis ini kita gak ada masalah," kata Natasha menghentikan langkahnya. "Gue gak mau berurusan sama Roy, Ly. Biarin gue anter lo ke rumah dulu ya. Masalah ke supermarket gue bisa kesana besok kok."

Lily menggeleng. Sekali ini saja, dia tidak mau menuruti perintah Roy. Dia juga butuh kebebasan tanpa kekangan dari cowok itu.

"Lo tenang aja. Ini masalah gue. Lo gak bakal di marahin kok," kata Lily menenangkan.

Masih dengan tatapan sendunya, Natasha akhirnya menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke arah parkiran.

"Iya udah."

°°°

"Mau beli apa lo, Ly?" tanya Natasha sambil mengambil keranjang belanja dan berjalan di etalase perlengkapan mandi seperti sabun, shampo, sikat gigi dan sejenisnya.

Lily hanya mengikuti langkah kaki Natasha dan berjalan di belakangnya. Dia juga sebenarnya bingung mau beli apa. Seingatnya semua perlengkapannya sudah di siapkan oleh mamanya. Tangannya juga memegang keranjang kosong.

Tidak ada sahutan dari Lily. Akhirnya Natasha memilih berbalik dan menghadap ke arah Lily di belakangnya yang hanya celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri.

"Ly?"

Lily hanya menatap tanpa menjawab.

"Mau beli apa?" tanya Natasha lagi.

"Bingung."

Lily menatap ke arah etalase perlengkapan sekolah. Sepertinya bolpennya sudah mau habis. Dia butuh itu sekarang.

"Gue ke perlengkapan sekolah dulu ya, Nat."

Natasha hanya mengangguk dan melanjutkan belanjaannya lagi. Kini cewek itu sudah beralih ke etalase camilan.

Lily menyusuri etalase itu dan berhenti di tempat bolpen yang berada di hadapannya. Cewek itu mengambil 3 bolpen berbeda model, 2 pensil greebel dan 1 tipe-x lalu memasukkannya ke dalam keranjang.

Setelah itu, matanya tak sengaja melihat buku catatan lucu berwarna cokelat. Dia sepertinya butuh buku itu untuk mencatat materi dan merangkumnya.

Tangannya mulai terulur mengambil buku itu, namun tiba-tiba tangan seseorang sudah lebih dulu memegang buku itu hingga tangan Lily dan tangan seseorang itu bersentuhan.

Diam sesaat. Cukup beberapa detik dan akhirnya Lily tersadar.

Cewek itu langsung menoleh ke sebelahnya tempat sesorang itu berdiri. Kalau di lihat dari tangannya dia adalah seorang cowok. Mungkinkah?

Lily mendongakkan kepalanya dan mendapati Farrel yang ada di sebelahnya dengan menampakkan wajah senyum.

Mampus.

"Lily?" Farrel mengernyit. Kebetulan sekali dia bertemu dengan Lily disini.

Lily diam. Ingin rasanya Lily pergi dari sini dan menemui Natasha tapi acara belanjanya masih belum selesai.

"Lo ngapain disini?"

Tak ada jawaban. "Ambil aja buku itu. Gue cari yang lain," ucap Lily menjauhi tangannya dari Farrel untuk mengalihkan pembicaraan.

Lily mengambil buku catatan dengan warna sembarang. Masa bodo dia menyukainya apa enggak yang penting dia harus pergi cepat-cepat dan menjauhi Farrel.

"Tunggu!" Farrel menahan tangan Lily yang hendak menjauh dari sana.

Reflek. Lily melepas tangan itu dengan sedikit menyentak. Dia masih sadar. Dirinya sudah berjanji untuk tidak berdekatan dengan Farrel lagi apalagi berinteraksi meskipun Roy juga tidak akan tahu.

"Mau apa?" tanya Lily dingin.

"Minta no whatsapp lo dong," kata Farrel dengan senyuman manisnya.

Tapi Lily tidak terbuai.

"Buat apa?" tanya Lily balik.

"Kita berteman kan?"

Lily diam. Kenapa bisa di katakan berteman? Sedangkan mereka hanya bertemu dua kali ini. Tidak ada yang memulai pertemanan di antara mereka. Jadi buat apa dia harus merasa bahwa dirinya dan Farrel menjalin hubungan pertemanan?

"Kayaknya kita butuh bicara lain waktu aja."

Bodoh. Bukankah ucapan Lily barusan adalah sebuah ucapan untuk memancing agar mereka bertemu kembali di lain hari?

°°°

"Thanks, Nat."

Setelah mengucapkan kata itu, mobil Natasha melaju meninggalkan perumahan mewah milik Lily.

Hari sudah semakin sore. Sepertinya dugaannya salah untuk berbelanja sebentar salah besar.

Lily berbalik badan membuka pagar rumahnya dengan menenteng totebag belanjaannya  bersama Natasha tadi.

Di gerbang, Lily sudah di sambut oleh satpam dan seorang pembantunya dan mengambilalih totebag itu dari tangan Lily.

Lily berjalan menuju pintu utama rumah mewah miliknya dan di sambut oleh seseorang dengan wajah datar dan sinis nya.

Roy Alvaro ada disini. Dan saat itulah jantung Lily seolah senam jantung. Wajah Lily seketika pucat pasi. Kenapa bisa Roy ada disini? Mana mobil yang biasa di pakai dirinya?

"Mau alasan apa lagi sekarang?"

Lily meneguk salivanya susah payah dan nafasnya seakan tercekat di kerongkongan.

Lily mematung di pintu utama sedangkan Roy tetap diam di tempatnya.

"Alasan apa lagi sekarang?" tanya Roy lagi dan menghampiri Lily. Roy mengenggam tangan Lily yang terasa dingin dengan senyum yang tak dapat di artikan.

"Tangan kamu dingin banget sih sayang. Bingung ya jawabnya kayak gimana?"

Lily menggeleng cepat. "A-aku ikut Na-natasha."

Roy mengernyit. "Ikut Natasha. Good a reason. Good job!"

Roy bertepuk tangan sambil terkekeh sendiri. "Kenapa gak ngabarin aku? Apa hp kamu rusak atau udah jadul?"

Lily diam. "Ikut aku!"

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Lily sekarang selain mengikuti arah langkah Roy menuju mobilnya.

---

TBC.

Terpopuler

Comments

irna salut

irna salut

ngeri yach,
pernah snasib sma lily soalnya🙄

2020-10-29

3

Naoki Miki

Naoki Miki

haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tonggalkan jejaak🤗
tkn prfil q ajaa yaa😍
vielen danke😘

2020-10-20

1

Mutia Tiara

Mutia Tiara

tapi kata2 nya thorrr agak di ubah 😁 kayak abg

2020-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!