Ravin langsung turun dari mobil begitu sampai di garasi, langkahnya terhenti ketika merasa jika Malik tidak turun dari mobil. Pria itu menoleh dan melihat Malik masih di belakang kemudi belum ada tanda-tanda mau turun.
"Mal! Kamu mau tidur di dalam mobil?" tanya Ravin yang tentu saja hanya meledek.
"Nggaklah Tuan! Kepalaku saja pusing gara-gara tadi minum, habis ini saya masuk," jawab Malik yang tidak ingin Ravin tahu apa yang ia lakukan.
"Aku kirain!" timpalnya.
Ravin langsung masuk begitu mendengar jawaban Malik. Sedangkan pemuda itu terlihat menekan tombol dial dari ponselnya, ia menghubungi Susan untuk memastikan jika gadis itu sudah pergi dari club malam.
"Halo!" suara Susan terdengar dari seberang panggilan.
"Kamu di mana?" tanya Malik begitu mendengar suara Susan.
"Perjalanan pulang, katanya suruh pulang."
Malik bernapas lega karena Susan menuruti apa yang ia katakan, tapi ia kembali berpikir apa benar Susan pulang, dia 'kan tidak lihat, siapa tahu bohong.
"Beneran nggak bohong?" tanya Malik memastikan. Tangan satunya memegangi kunci mobil, seakan siap menyalakan kembali mesin mobil itu jika Susan tidak jujur.
"Iya, Ma-ma! Aku udah naik taksi," dustanya. Sopir pribadi Susan mengernyitkan dahi mendengar nonanya itu mengatakan kalau naik taksi, melirik dari kaca spion, Susan hanya memberi isyarat dengan jari telunjuk yang ia sentuhkan di permukaan bibirnya agar sopirnya itu diam. "Mau ngomong sama sopirnya?" Tawar Susan iseng, ia tahu jika Malik tidak akan sampai melakukannya.
Malik tersenyum, ia sampai memegang dadanya karena merasa lega. "Ya sudah, anak gadis memang tidak baik keluyuran di malam hari apalagi ke klub malam," tandasnya. "Kamu ngapain tadi di sana?" tanya Malik menyelidik.
Susan hampir terperanjat ketika ingat hal itu, ia sampai memutar otak untuk menjawab pertanyaan Malik agar pemuda itu tidak curiga. "I-itu, tadi ngantar info buat orang. Pas ketemu kamu, aku baru ketemu orangnya." Dustanya kedua kali.
Malik menghela napas, ia tahu pekerjaan Susan sebagai Hacker, tapi tidak menyangka jika harus bertamu klien saja di klub malam seperti itu. "Ya sudah, lain kali mungkin kamu bisa menawar kalau bertemu jangan di klub malam. Bagaimana jika orang lain menilaimu jelek karena keluar masuk klub malam." Malik memberi nasehat.
Susan menghela napas lega, senang rasanya karena Malik percaya dengan alasannya. Setelah mendapat jawaban 'iya' dari Susan, serta ucapan selamat malam, Malik memutus panggilan itu kemudian keluar dari mobil untuk pergi menuju kamarnya.
-
-
Susan senyum-senyum sendiri ketika panggilan itu sudah terputus, gadis itu tidak menyangka jika bisa menjalin hubungan dengan pemuda yang jelas-jelas umurnya lebih tua darinya, bahkan lebih tua dari kakaknya. Ia menyukai sifat Malik yang tidak pernah mengekang apa yang ia lakukan selama itu baik, tidak seperti kebanyakan pemuda yang mendekatinya. Susan merasa risih jika ini-itu sudah di atur apalagi jika dituntut lebih, terlebih jika sampai dijauhkan dari komputer dan peralatan yang sudah menjadi separuh jiwanya. Selama ini Malik memang tidak pernah menuntut apapun, jika Susan bilang tidak ya Malik tidak akan memaksa. Dua tahun mereka menjalin hubungan dalam zona abu-abu, pergi besama berdua hanya bisa dihitung dengan jari, selebihnya mereka lakukan lewat chat.
"Non! Kenapa bilang naik taksi? Memangnya Non lagi bohong sama siapa?" tanya sopir Susan yang penasaran kenapa gadis itu harus sampai berbohong, terlebih saat dia senyum-senyum sendiri setelah mendapat panggilan itu.
"Teman Pak! Ihh ... Pak Ucup kepo juga!" kelakar gadis itu.
"Penasaran Non! Biasanya gadis seumuran Nona ini pasti akan pamer ketika bicara dengan temannya. Lah ... Non malah aneh, kenapa malah bohong?" Pak ucup yang nama sebenarnya Yusuf, itu pun keheranan.
"Karena dia beda, Pak!" Susan terlihat malu-malu bicara dengan sopirnya.
"Beda gimana? Bukankah temannya Non Susan semuanya dari kalangan atas?" tanya pak Ucup menyelidik.
"Pokoknya beda Pak, dia nggak pernah nanya aku miskin atau kaya. Rumah aku dimana, orangtua kerja apa? Dia nerima kondisi aku apa adanya, karena itu aku bilang dia beda," jelas Susan jujur.
Susan memang selalu jujur dengan sopirnya itu, pak Ucup sudah menemani dan mengantar-jemputnya sejak dia sekolah dasar, karena itu terkadang Susan lebih terbuka dengan sopirnya itu.
"Haduh Non! Kalau ngomongin temennya, kayak lagi ngomongin calon suami. Hahahaha." Pak Ucup tertawa mendengar penjelasan Susan.
"Ih ... Pak Ucup! Bisa aja!" Susan jadi malu-malu sendiri karena sopirnya sampai bicara seperti.
Susan menghela napas pelan, ia kembali menatap jalanan yang gelap diterangi lampu jalan yang temaram. Membicarakan masalah calon suami sepertinya masih jadi agenda ke seratus sekian, menjalin hubungan saja masih abu-abu tak jelas, ibarat lampu lalu lintas saja masih warna kuning belum ada tanda ke hijau. Namun, yang jelas Susan merasa nyaman dengan hubungannya dengan Malik sekarang. Tidak ada pemaksaan hubungan atau pembatasan pergaulan, Susan masih bisa berkumpul atau menemui teman-temannya tanpa mendapat larangan. Hal yang paling ia takuti jika menjalin hubungan yang serius adalah jika diposesifin, Susan paling benci hal itu.
_
_
_
_
Jangan lupa bantu like komen ya, terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nyayu Nadiah
masih abu-abu.....
2021-09-01
0
🍎Acihlicious 🍓
lima.tahun baru jadi kekasihnya belum seratus pacarnya berapa lama ...semoga sjh jangan smpi putus tengah jalan malikul haki😊😊😊
2021-08-03
0
Hany Hutagalung
lanjut Thor
5tahun kemudian 🤭🤭😀😀😀
2021-05-19
1