Setelah pertemuannya dengan Susan, Malik benar-benar tidak bisa menghilangkan senyum Susan dari ingatannya. Siang malam, makan kerja, pikiran tentang Susan terus menemani kesehariannya.
"Tuan! Besok izin libur, ya!" Malik memberanikan diri bicara dengan Ravin karena tidak tahan untuk segera biza bertemu Susan.
"Besok hari apa? Kenapa tiba-tiba minta libur?" tanya Ravin memicingkan mata curiga.
Malik menggaruk tengkuknya, memutar otak mencari alasan yang pas agar bosnya itu mengizinkan. Baru terpikirkan sebuah ide, bibirnya yang siap terbuka terhenti oleh ucapan Ravin.
"Cuti kalau mau cuti, lagi pula sudah enam bulan lebih kamu tidak ambil cuti." Izin dari Ravin seakan menjadi angin segar untuknya, seperti sebuah pertanda agar ia melanjutkan apa yang ingin ia lakukan.
"Jangan sampai aku di cap bos kejam karena tidak memberi cuti," imbuh Ravin.
Malik terlihat begitu senang, ia kemudian melanjutkan kerjanya. Segera membereskan tugas-tugasnya agar besok bisa cuti dengan tenang.
_
_
_
_
Siang itu Malik terlihat pergi dari rumah Ravin menggunakan mobilnya sendiri. Mobil itu ia beli dari bonus tahunan yang diberikan Ravin.
Siang itu Malik terlihat berdiri bersandarkan mobilnya, ia menatap pagar sebuah sekolah menengah atas, Malik memakai pakaian santai, celana denim warna hitam panjang yang ia padukan dengan kaos dan kemeja berwarna soft, tak lupa kacamata hitam menutup bola mata coklatnya. Ia benar-benar seperti ingin pergi kencan.
Lima belas menit berlalu, gadis ABG yang ingin ia temui akhirnya terlihat batang hidungnya. Susan berjalan dengan teman perempuannya seraya bersenda gurau, benar-benar memang gadis yang baru gede.
Susan terkejut melihat Malik ada di sana. Melangkah dengan ragu, Susan tidak yakin jika pemuda itu mencarinya.
Malik langsung melepas kacamata hitamnya begitu melihat Susan, ia lantas berjalan mendekat ke arah gadis yang mencuri hatinya itu.
"Susan!" panggilnya.
Susan yang awalnya ragu, lantas langsung menghampiri Malik dengan senyum manis yang semakin membuat Malik hampir jatuh bangun karena terpesona.
"Eh ... Mama! Cari siapa?" tanya Susan basa-basi.
"Kamu," jawabnya tanpa ragu.
"Aku?" Susan tidak percaya sampai menunjuk dadanya dengan jari telunjuk. "Kenapa cari aku?" tanyanya lagi.
"Emm ... boleh ngobrol di tempat lain, nggak!" ajak Malik mengamati sekitar.
Malik merasa aneh karena dipandang oleh siswa yang berlalu-lalang, apa dia yang terlalu tampan atau sebenarnya karena umurnya yang terlalu tua?
"Oke!" Susan mengiyakan ajakan Malik.
Bahagia, Malik mengajak Susan masuk ke mobilnya. Ia kemudian mulai mengemudikan mobil itu meninggalkan lingkungan sekolah.
Di dalam mobil, Susan tampak mengamati mobil yang dikendarai Malik, jiwa penasarannya akhirnya muncul untuk mencari tahu.
"Mobil ini termasuk mewah dan canggih. Apa ini milik bosmu?" tanya Susan menatap Malik yang fokus menyetir.
Malik mengulas senyumnya, sebagai pemuda yang hanya bekerja sebagai seorang asisten, tentu saja yang melihat mobil itu akan beranggapan jika milik tuannya. "Bukan, ini milikku. Meski aku cuman seorang asisten pribadi, tapi gajiku sebulan bisa untuk hidup beberapa bulan," jawabnya sedikit pamer pada gadis yang ia sukai berharap jika Susan akan sedikit memandangnya. "Mobil ini aku beli dari bonus," lanjutnya.
"Wah, gajimu besar juga! Bosmu pasti baik, sampai memberikan gaji yang besar," timpal Susan.
Malik hanya membalas ucapan Susan dengan sebuah senyuman. Akhirnya Malik kembali fokus pada jalanan, ia mengajak Susan pergi ketempat yang gadis itu inginkan.
Sebagai seorang remaja, tentu saja Susan lebih suka pergi ke kedai eskrim atau cafe yang menyajikan aneka camilan dan bukannya restoran mewah. Kini disinilah mereka, Susan mengajak Malik pergi ke Cafe langganannya, eskrim rasa strawbery coklat tersedia di atas meja dengan gelas saji, juga dua porsi Nachos dan Onion Ring.
"Ada apa mencariku? Mau meminta bantuanku lagi?" tanya Susan seraya menikmati eskrim miliknya.
Malik terlihat menatap Susan yang sedang menikmati eskrimnya, beberapa hari tidak melihat malah semakin membuatnya tergila-gila. Sungguh cinta itu buta, tidak memandang usia dan status.
"Tidak! Hanya ingin bertemu saja," jawab Malik yang kemudian ikut menikmati eskrim yang sudah dipesankan Susan.
Susan hanya berdeham, ia masih menikmati manis dan dinginnya setiap sendok eskrim yang masuk ke rongga mulutnya.
Mencoba mengatur napasnya, Malik kini siap mengutarakan apa yang ingin ia katakandan sudah mengganjal selama beberapa hari ini.
"Susan."
"Iya, bagaimana?"
"Aku suka kamu," ungkap Malik.
Tentu saja apa yang diucapkan Malik membuat Susan hampir tersedak, untuk itu eskrim yang bisa meleleh di mulut, coba kalau onion ring atau nachos yang sedang masuk, pasti akan nyangkut di kerongkongan.
Mengambil selembar tissue kemudian mengelap bibirnya, Susan menatap Malik dengan sedikit tawa. "Mama, kamu bercanda, ya!" Susan mencoba mengelaka dari kenyataan.
Malik menggelengkan kepala, ia sangat yakin dengan apa yang ia katakan, Susan membulatkan mata lebar mencoba menelaah maksud dari teman online-nya itu.
"Mama, kamu serius?" tanya Susan meyakinkan dengan sedikit melotot pada pemuda itu.
"Serius, jika tidak aku tak akan menemuimu," jawabnya dengan keyakinan seratus persen.
Susan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa, ia kemudian sedikit memijat keningnya baru kembali menatap pemuda yang sedang menunggu jawabannya dengan sangat antusias.
"Ma, kamu tahu 'kan aku umur berapa? Bagaimana bisa kamu suka dengan gadis kecil seperti 'ku?" Susan hanya ingin tahu alasan sebenarnya.
Selama ini memang banyak teman seumurannya yang menyatakan cinta pada gadis itu, tapi mengingat dia yang lebih suka menghabiskan waktu dengan komputer, Susan memilih untuk tidak berpacaran karena takut jika akan menyita waktunya dengan alat-alat kesayangannya.
"Memangnya kita harus memandang umur seseorang untuk suka dan menyayangi. Bagiku asal kamu menerima, maka tidak perduli kamu umur berapa. Bahkan jika disuruh nunggu kamu dewasa pun aku bersedia," jawab Malik yang benar-benar terdengar gila, sepertinya pemuda ini sudah terkena virus cinta akut yang tidak bisa diobati.
Susan terlihat berpikir, entah kenapa dia sendiri memang menyukai kepribadian Malik sejak sering main game online dengan pemuda itu. Malik selalu bersikap sopan dan tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, apa mungkin karena umurnya? Sehingga ia tidak bersikap seperti anak kecil.
"Emm ... kamu yakin dengan ucapanmu?" tanya Susan memastikan.
"Ucapan yang mana?"
"Bersedia menanti aku sampai dewasa," lirih Susan yang tiba-tiba merasa malu.
Mendengar kalimat yang muncul dari bibir gadis itu seperti angin segar yang menerpa hati dan jiwanya, memberikan kesejukan yang tiada tara.
"Tentu yakin!"
"Kalau begitu, aku beri kamu kesempatan. Jika kamu bisa menungguku lima tahun lagi, aku akan bersedia jadi kekasihmu," ucap Susan kemudian, ia mengedarkan pandangan ke arah lain karena malu menatap Malik.
Sungguh dia sendiri merasa aneh, kenapa juga dia ingin memberi pemuda itu kesempatan, meski tahu jika jarak umur mereka saja hampir sebelas tahun. Malik bahkan tidak lebih muda dari kakaknya.
"Oke, aku setuju. Selama itu aku akan menunggu dan tidak akan pernah melirik gadis manapun demi kamu," timpal Malik penuh semangat. Lagi pula selama ini ia hanya berinteraksi dengan laptop dan kertas, bagaimana bisa ia melirik gadis lain.
Susan hanya mengangguk-angguk malu. Ya, memang cinta tidak memandang usia, semoga mereka berjodoh lima tahun kemudian
_
_
_
_
Jangan lupa like, komen, favorit juga ya ... tencuuu 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ini ya waktu Malik jemput Susan ke sekolah..
2023-08-06
1
Dirah Guak Kui
suka dgn anak yg masih umur 15thn
2021-11-05
0
Erika Darma Yunita
5 th yg akan datang.. malik umur 31,susan 20....wow..tapi gpp juga sih
2021-09-26
0