"Aku harus pulang, kamu berhutang penjelasan padaku! Pulang! Kalau tidak pulang aku akan datang ke sini untuk membawamu pergi!" ancam Malik pada Susan.
Susan hanya menggut-manggut dengan senyum kecil, mengerti tentang perintah pemuda itu. Akhirnya dengan berat hati, Malik meninggalkan Susan. Jika bukan karena Ravin, tentu saja Malik sudah kebablasan mencium Susan dengan status lampu kuning, belum hijau karena belum resmi jadian.
Susan hendak kembali ke dalam setelah Malik pergi, tapi langsung dikejutkan dengan suara yang ia kenal.
"Ish ... anak gadis kok di club malam-malam!" ledeknya.
Susan menoleh ke arah sumber suara, ia menangkap sesosok pria paruh baya yang ia kenal.
"Eh ... Paman Garry," sapa Susan dengan senyum canggung. "Paman nggak lihat Mama, 'kan!" batin Susan takut dengan keringat dingin yang tiba-tiba terkucur deras.
"Kamu ngapain malam-malam di sini, hah! Papah mamahmu nggak marah?" tanya Garry, teman sekolah plus teman bisnis ayah Susan.
"Nah itu, aku kesini karena disuruh. Dompet papah ketinggalan, jadi aku mau kasih ke dia," jawab Susan menunjukan dompet ayahnya yang ia ambil dari tas kecilnya.
Garry hanya membentuk huruf 'O' di mulutnya seraya manggut-manggut. Susan sendiri sedikit lega karena teman papahnya itu tidak menanyakan tentang Malik yang artinya dia tidak melihat.
"Paman juga mau ketemu papahmu, mau bareng?" Garry mengajak Susan naik bersama.
Susan pun naik bersama teman ayahnya itu. Club malam itu adalah milik orangtua Susan, ayahnya mewarisi club malam itu dari sang kakek, sedangkan ibunya memiliki bisnis restoran.
"Tadi pria itu siapa? Kayaknya nggak mungkin kalau teman sekolah kamu?" tanya Garry tiba-tiba ketika berada di dalam lift, membuat jantung Susan langsung berdegup kencang.
Susan ingin sekali mengacak-acak rambutnya sendiri, ia takut kalau sampai teman ayahnya itu mengadu pada orangtuanya.
"Pria mana sih? Kok aku lupa?" tanya Susan balik mencoba mengelak, nggak mungkin juga ia bilang kalau Malik sedang jadi calon pacarnya. Ia sampai menggaruk kepala yang tak gatal.
"Apa Paman yang saya lihat, ya?" Garry terlihat berpikir, tapi ia yakin jika Susan dengan pria itu yang tak lain adalah Malik terlihat begitu akrab.
"Hahahaha. Paman pasti salah lihat!" Susan mencoba mencari alasan, ia sampai tertawa kecil yang dibuat-buat.
"Oh ya, Rafa nggak ikut?" tanya Susan mencoba mengalihkan percakapan.
Garry menoleh pada Susan yang sedari tadi mendongak menatap dirinya, ia kemudian mengulas senyum seraya mengusap pucuk kepala gadis itu. "Ish ... Paman ke sini untuk urusan bisnis. Lagian, mana boleh anak-anak main ke tempat seperti ini!"
"Dih ... Paman, kami bukan anak-anak. Kami udah dewasa," bantah Susan tak mau disebut anak-anak karena menurutnya itu seperti dia dikata anak sekolah dasar.
"Dewasa dari mana?" Garry gemas dengan teman putranya, anak rekan bisnisnya itu.
"Kami sudah berumur tujuh belas tahun, mana bisa dibilang anak-anak," ujar Susan membela diri.
Garry semakin gemas, Susan memang terkadang terlihat dingin dan pendiam. Tapi sebenarnya gadis itu sangat menyenangkan kalau diajak mengobrol.
Akhirnya mereka sudah sampai di lantai tempat ruangan Juan, ayah Susan. Keduanya berjalan dan masuk secara bersamaan.
"Lho, kalian bisa bersamaan?" tanya Juan ketika melihat putrinya masuk bersama Garry.
"Iya, tadi ketemu di bawah. Mamah lagi melakukan panggilan Video sama Anie, jadi nyuruh aku nganterin dompet Papah," jawab Susan seraya meletakkan dompet ayahnya di atas meja.
"Oh, pantes!" gumamnya.
Anie atau Aniela adalah anak angkat Aiden dan Thalia, kakak Susan. Livia memang sangat menyukai Anie karena gadis kecil itu sangat lucu. Bahkan kedua orangtua Susan tidak pernah mempermasalahkan status atau asal usul putri angkat kakak Susan.
"Ini sudah larut, kamu cepat pulang sana!" usir Juan yang tak ingin jika putrinya terlalu lama di Bar miliknya. Meski ia tahu jika Club malam itu adalah mata pencahariannya, tapi bukan berarti anak-anaknya juga harus mengerti tentang dunia malam. Itulah setidaknya yang ada di pikiran pria itu.
"Iya, iya. Main usir saja sih!" gerutu Susan sedikit mencebik.
Susan berpamitan pada Juan kemudian pada Garry, ia meninggalkan ruangan ayahnya itu.
"Kayaknya kamu harus lebih waspada, punya putri secantik dia pasti banyak yang lirik!" goda Garry kepada temannya itu.
Juan memicingkan matanya pada Garry, tapi mungkin ucapan temannya itu ada benarnya. "Ya, namanya juga anugerah, mau bagaimana lagi? Lihat ayahnya tampan ibunya cantik pasti anaknya cantiknya plus plus," kelakar Juan mencoba menyingkirkan pikiran negatif.
Garry mendekat ke meja temannya itu, lalu ia terlihat menatap Juan dengan begitu serius. "Kamu tahu apa yang aku lihat sebelum ke sini?"
Juan hanya diam tak menjawab, ia tahu apa yang dilihat Garry.
"Hmm ... kamu pasti sudah melihatnya lewat Cctv ya!" Garry menunjuk satu pintu yang terdapat di ruangan itu.
Juan mendesah kasar kemudian mengusap wajahnya pelan. "Aku tidak pernah melarang putriku berhubungan dengan siapa, yang terpenting bagiku dia bisa menjaga dirinya. Lagi pula pemuda itu aku merasa pernah melihatnya, tapi di mana aku lupa." Juan coba mengingat di mana pernah melihat pemuda yang menarik dan sempat memeluk putrinya itu.
Garry mengedikan kedua bahunya, kemudian melupakan sejenak pembicaraan itu dan mulai membicarakan tentang urusan bisnis.
-
-
Malik mengemudikan mobil dengan perasaan yang tidak tenang, pikirannya menerka-nerka apa yang di lakukan Susan di club malam. Malik tidak pernah tahu di mana Susan tinggal, bagaimana status aslinya, juga seperti apa kasta keluarganya.
Pemuda itu takut jika Susan ke sana karena suatu pekerjaan, yang jelas pekerjaan yang dilakukan di tempat seperti itu pasti tidak baik. Pikirannya terus menerka-nerka dengan asumsinya sendiri.
Tanpa sadar Malik mendesah kasar seraya memukul stir kemudinya membuat Ravin yang duduk di belakang terkesiap.
"Mal! Kamu ini kenapa, hah!" bentak Ravin sedikit melotot.
Sadar kalau dia telah mengagetkan tuannya, Malik nyengir kuda menatap Ravin dari pantulan kaca spion. "Hehehehe. Nggak ada kok Tuan!" elaknya.
Ravin mencebik kesal, ia kemudian mengingatkan Malik untuk mengemudikan mobilnya dengan benar.
_
_
_
_
Jangan lupa bantu like komen ya, terima kasih 🙏🙏🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Jeni Jueni
belum dengar penjelasan susan makanya dia galau
2024-03-02
0
Qaisaa Nazarudin
Berarti Malik salah paham nih ya, belum dengar penjelasan dr Susan udah cemburuan aja..
2023-08-06
0
Riska Wulandari
lah masa udah PDKT 2 tahun g tau alanat rumahnya?
2022-07-20
0