Bab 4 Tujuh belas tahun

"Aku harus pulang, kamu berhutang penjelasan padaku! Pulang! Kalau tidak pulang aku akan datang ke sini untuk membawamu pergi!" ancam Malik pada Susan.

Susan hanya menggut-manggut dengan senyum kecil, mengerti tentang perintah pemuda itu. Akhirnya dengan berat hati, Malik meninggalkan Susan. Jika bukan karena Ravin, tentu saja Malik sudah kebablasan mencium Susan dengan status lampu kuning, belum hijau karena belum resmi jadian.

Susan hendak kembali ke dalam setelah Malik pergi, tapi langsung dikejutkan dengan suara yang ia kenal.

"Ish ... anak gadis kok di club malam-malam!" ledeknya.

Susan menoleh ke arah sumber suara, ia menangkap sesosok pria paruh baya yang ia kenal.

"Eh ... Paman Garry," sapa Susan dengan senyum canggung. "Paman nggak lihat Mama, 'kan!" batin Susan takut dengan keringat dingin yang tiba-tiba terkucur deras.

"Kamu ngapain malam-malam di sini, hah! Papah mamahmu nggak marah?" tanya Garry, teman sekolah plus teman bisnis ayah Susan.

"Nah itu, aku kesini karena disuruh. Dompet papah ketinggalan, jadi aku mau kasih ke dia," jawab Susan menunjukan dompet ayahnya yang ia ambil dari tas kecilnya.

Garry hanya membentuk huruf 'O' di mulutnya seraya manggut-manggut. Susan sendiri sedikit lega karena teman papahnya itu tidak menanyakan tentang Malik yang artinya dia tidak melihat.

"Paman juga mau ketemu papahmu, mau bareng?" Garry mengajak Susan naik bersama.

Susan pun naik bersama teman ayahnya itu. Club malam itu adalah milik orangtua Susan, ayahnya mewarisi club malam itu dari sang kakek, sedangkan ibunya memiliki bisnis restoran.

"Tadi pria itu siapa? Kayaknya nggak mungkin kalau teman sekolah kamu?" tanya Garry tiba-tiba ketika berada di dalam lift, membuat jantung Susan langsung berdegup kencang.

Susan ingin sekali mengacak-acak rambutnya sendiri, ia takut kalau sampai teman ayahnya itu mengadu pada orangtuanya.

"Pria mana sih? Kok aku lupa?" tanya Susan balik mencoba mengelak, nggak mungkin juga ia bilang kalau Malik sedang jadi calon pacarnya. Ia sampai menggaruk kepala yang tak gatal.

"Apa Paman yang saya lihat, ya?" Garry terlihat berpikir, tapi ia yakin jika Susan dengan pria itu yang tak lain adalah Malik terlihat begitu akrab.

"Hahahaha. Paman pasti salah lihat!" Susan mencoba mencari alasan, ia sampai tertawa kecil yang dibuat-buat.

"Oh ya, Rafa nggak ikut?" tanya Susan mencoba mengalihkan percakapan.

Garry menoleh pada Susan yang sedari tadi mendongak menatap dirinya, ia kemudian mengulas senyum seraya mengusap pucuk kepala gadis itu. "Ish ... Paman ke sini untuk urusan bisnis. Lagian, mana boleh anak-anak main ke tempat seperti ini!"

"Dih ... Paman, kami bukan anak-anak. Kami udah dewasa," bantah Susan tak mau disebut anak-anak karena menurutnya itu seperti dia dikata anak sekolah dasar.

"Dewasa dari mana?" Garry gemas dengan teman putranya, anak rekan bisnisnya itu.

"Kami sudah berumur tujuh belas tahun, mana bisa dibilang anak-anak," ujar Susan membela diri.

Garry semakin gemas, Susan memang terkadang terlihat dingin dan pendiam. Tapi sebenarnya gadis itu sangat menyenangkan kalau diajak mengobrol.

Akhirnya mereka sudah sampai di lantai tempat ruangan Juan, ayah Susan. Keduanya berjalan dan masuk secara bersamaan.

"Lho, kalian bisa bersamaan?" tanya Juan ketika melihat putrinya masuk bersama Garry.

"Iya, tadi ketemu di bawah. Mamah lagi melakukan panggilan Video sama Anie, jadi nyuruh aku nganterin dompet Papah," jawab Susan seraya meletakkan dompet ayahnya di atas meja.

"Oh, pantes!" gumamnya.

Anie atau Aniela adalah anak angkat Aiden dan Thalia, kakak Susan. Livia memang sangat menyukai Anie karena gadis kecil itu sangat lucu. Bahkan kedua orangtua Susan tidak pernah mempermasalahkan status atau asal usul putri angkat kakak Susan.

"Ini sudah larut, kamu cepat pulang sana!" usir Juan yang tak ingin jika putrinya terlalu lama di Bar miliknya. Meski ia tahu jika Club malam itu adalah mata pencahariannya, tapi bukan berarti anak-anaknya juga harus mengerti tentang dunia malam. Itulah setidaknya yang ada di pikiran pria itu.

"Iya, iya. Main usir saja sih!" gerutu Susan sedikit mencebik.

Susan berpamitan pada Juan kemudian pada Garry, ia meninggalkan ruangan ayahnya itu.

"Kayaknya kamu harus lebih waspada, punya putri secantik dia pasti banyak yang lirik!" goda Garry kepada temannya itu.

Juan memicingkan matanya pada Garry, tapi mungkin ucapan temannya itu ada benarnya. "Ya, namanya juga anugerah, mau bagaimana lagi? Lihat ayahnya tampan ibunya cantik pasti anaknya cantiknya plus plus," kelakar Juan mencoba menyingkirkan pikiran negatif.

Garry mendekat ke meja temannya itu, lalu ia terlihat menatap Juan dengan begitu serius. "Kamu tahu apa yang aku lihat sebelum ke sini?"

Juan hanya diam tak menjawab, ia tahu apa yang dilihat Garry.

"Hmm ... kamu pasti sudah melihatnya lewat Cctv ya!" Garry menunjuk satu pintu yang terdapat di ruangan itu.

Juan mendesah kasar kemudian mengusap wajahnya pelan. "Aku tidak pernah melarang putriku berhubungan dengan siapa, yang terpenting bagiku dia bisa menjaga dirinya. Lagi pula pemuda itu aku merasa pernah melihatnya, tapi di mana aku lupa." Juan coba mengingat di mana pernah melihat pemuda yang menarik dan sempat memeluk putrinya itu.

Garry mengedikan kedua bahunya, kemudian melupakan sejenak pembicaraan itu dan mulai membicarakan tentang urusan bisnis.

-

-

Malik mengemudikan mobil dengan perasaan yang tidak tenang, pikirannya menerka-nerka apa yang di lakukan Susan di club malam. Malik tidak pernah tahu di mana Susan tinggal, bagaimana status aslinya, juga seperti apa kasta keluarganya.

Pemuda itu takut jika Susan ke sana karena suatu pekerjaan, yang jelas pekerjaan yang dilakukan di tempat seperti itu pasti tidak baik. Pikirannya terus menerka-nerka dengan asumsinya sendiri.

Tanpa sadar Malik mendesah kasar seraya memukul stir kemudinya membuat Ravin yang duduk di belakang terkesiap.

"Mal! Kamu ini kenapa, hah!" bentak Ravin sedikit melotot.

Sadar kalau dia telah mengagetkan tuannya, Malik nyengir kuda menatap Ravin dari pantulan kaca spion. "Hehehehe. Nggak ada kok Tuan!" elaknya.

Ravin mencebik kesal, ia kemudian mengingatkan Malik untuk mengemudikan mobilnya dengan benar.

_

_

_

_

Jangan lupa bantu like komen ya, terima kasih 🙏🙏🤗

Terpopuler

Comments

Jeni Jueni

Jeni Jueni

belum dengar penjelasan susan makanya dia galau

2024-03-02

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Berarti Malik salah paham nih ya, belum dengar penjelasan dr Susan udah cemburuan aja..

2023-08-06

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

lah masa udah PDKT 2 tahun g tau alanat rumahnya?

2022-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tarif
2 Bab 2 Aku suka kamu
3 Bab 3 Club' Malam
4 Bab 4 Tujuh belas tahun
5 Bab 5 Abu-Abu
6 Bab 6 Mau nikah?
7 Bab 7 Dua ratus persen
8 Bab 8 Peka
9 Bab 9 Ban kempes
10 Bab 10 Aku pacarnya
11 Bab 11 Resmi
12 Bab 12 Harta dan Kasta
13 Bab 13 Pelakor
14 Bab 14 Apartemen Baru
15 Bab 15 Delapan tahun silam
16 Bab 16 Rumah masa depan
17 Bab 17 Cinta dua pria
18 Bab 18 Pertemuan
19 Bab 19 Waktu tidak pas
20 Bab 20 Hancur
21 Bab 21 Belum bisa menerima
22 Bab 22 Daun muda
23 Bab 23 Apa aku salah?
24 Bab 24 Jalan Hidup
25 Bab 25 Masa lalu dan masa depan
26 Bab 26 Virus
27 Bab 27 Ngakalin
28 Bab 28 Pacaran
29 Bab 29: Memperebutkan
30 Bab 30: Maaf
31 Bab 31 Boston
32 Bab 32 Aishiteru
33 Bab 33 Tamu
34 Bab 34 jalan jalan
35 Bab 35 Kepalang tanggung
36 Bab 36 Gadis
37 Bab 37 Lingerie
38 Bab 38 Suasana canggung
39 Bab 39 Janji ya janji
40 Bab 40 Makan siang
41 Bab 41 Malam romantis
42 Bab 42 Melamar secara resmi
43 Bab 43 Bawa banyak barang
44 Bab 44 Minta restu
45 Bab 45 Prosesi pernikahan
46 Bab 46 Izin masuk
47 Bab 47 Rencana bulan madu
48 Bab 48 Honeymoon
49 Bab 49 Banyuwangi
50 Bab 50 Syahdunya
51 Bab 51 Pantai
52 Bab 52 Pulang
53 Bab 53 Bayi
54 Bab 54 Percaya
55 Bab 55 Traveling
56 Bab 56 Dibawa Mamah
57 Bab 57 Rica Ayam
58 Bab 58 Makin Sayang
59 Bab 59 Ibu Bagas
60 Bab 60 Alasan Della
61 Bab 61 Akhirnya
62 Mencelakai
63 Melakukan yang terbaik
64 Tidak akan percaya
65 Wanita simpanan
66 Pria suruhan
67 Big Baby
68 Psikopat
69 Berbohong
70 Pembodohan cinta
71 Burung berkicau
72 Apartemen tua
73 Menghina!
74 Menghukum mu
75 Side story: Uji coba
76 Dua garis
77 Ending
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Bab 1 Tarif
2
Bab 2 Aku suka kamu
3
Bab 3 Club' Malam
4
Bab 4 Tujuh belas tahun
5
Bab 5 Abu-Abu
6
Bab 6 Mau nikah?
7
Bab 7 Dua ratus persen
8
Bab 8 Peka
9
Bab 9 Ban kempes
10
Bab 10 Aku pacarnya
11
Bab 11 Resmi
12
Bab 12 Harta dan Kasta
13
Bab 13 Pelakor
14
Bab 14 Apartemen Baru
15
Bab 15 Delapan tahun silam
16
Bab 16 Rumah masa depan
17
Bab 17 Cinta dua pria
18
Bab 18 Pertemuan
19
Bab 19 Waktu tidak pas
20
Bab 20 Hancur
21
Bab 21 Belum bisa menerima
22
Bab 22 Daun muda
23
Bab 23 Apa aku salah?
24
Bab 24 Jalan Hidup
25
Bab 25 Masa lalu dan masa depan
26
Bab 26 Virus
27
Bab 27 Ngakalin
28
Bab 28 Pacaran
29
Bab 29: Memperebutkan
30
Bab 30: Maaf
31
Bab 31 Boston
32
Bab 32 Aishiteru
33
Bab 33 Tamu
34
Bab 34 jalan jalan
35
Bab 35 Kepalang tanggung
36
Bab 36 Gadis
37
Bab 37 Lingerie
38
Bab 38 Suasana canggung
39
Bab 39 Janji ya janji
40
Bab 40 Makan siang
41
Bab 41 Malam romantis
42
Bab 42 Melamar secara resmi
43
Bab 43 Bawa banyak barang
44
Bab 44 Minta restu
45
Bab 45 Prosesi pernikahan
46
Bab 46 Izin masuk
47
Bab 47 Rencana bulan madu
48
Bab 48 Honeymoon
49
Bab 49 Banyuwangi
50
Bab 50 Syahdunya
51
Bab 51 Pantai
52
Bab 52 Pulang
53
Bab 53 Bayi
54
Bab 54 Percaya
55
Bab 55 Traveling
56
Bab 56 Dibawa Mamah
57
Bab 57 Rica Ayam
58
Bab 58 Makin Sayang
59
Bab 59 Ibu Bagas
60
Bab 60 Alasan Della
61
Bab 61 Akhirnya
62
Mencelakai
63
Melakukan yang terbaik
64
Tidak akan percaya
65
Wanita simpanan
66
Pria suruhan
67
Big Baby
68
Psikopat
69
Berbohong
70
Pembodohan cinta
71
Burung berkicau
72
Apartemen tua
73
Menghina!
74
Menghukum mu
75
Side story: Uji coba
76
Dua garis
77
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!