Akhirnya semua kembali seperti semula, “Jadi kalian ingin datang kerumah sebenarnya?” tanya Akari mengulang kembali penjelasan dari Mayumi, “Hmm, aku penasaran... apa saja yang Akari-sensei lakukan saat dirumah” jawab Mayumi tersenyum senang.
Ketika sampai...
“Wahh disini ada foto masa dulu” ujar Kaichira ketika melihat album berisi beberapa teman-teman Akari, “Surinato-san juga ada” jawab Yonezo ikut melihat.
“Tunggu dulu, pria berambut putih ini tidak ada di foto ketika kalian dewasa” ujar Mayumi sambil menunjuk seorang pria berambut putih dengan mata berwarna kuning emas.
Mayumi melihat orang itu di foto pertama, dimana foto orang tua mereka sebelum dewasa. Ketika dewasa foto Surinato baru terlihat dan Pria berambut putih tadi tidak ada.
“Ahh itu sahabatku yang sudah pindah 12 tahun lalu” jawab Akari sambil tersenyum palsu. Mereka bertiga merasa curiga.
Sorenya ketika dirumah...
“Yonezo, Kaichira ayo makan” panggil Yara menyebutkan nama putra dan putri nya itu, “HAI” jawab mereka berdua serentak.
Selesai makan...
“Kaasan” panggil Yonezo menghampiri ibunya yang sedang duduk membaca buku, “Dousta Yonezo?” tanya ibunya itu.
“Saat kami kerumah Akari-neesan... disana ada foto masa kecilnya dengan seorang pria dengan rambut putih dan mata kuning emas, dia itu siapa?” tanya Yonezo penasaran.
Sejenak Yara terdiam. Namun ia menyanggupi dirinya untuk berbicara, “Dia adalah Matsumoto Asato” jawab Yara sambil mengusap air matanya.
“Ibu kurang mengingat detail cerita tentang dirinya, jadi kalau kamu penasaran... Daisuke-kun tahu semua cerita tentang dirinya” tambah Yara tersenyum lembut.
“H-hai” jawab Yonezo ragu. Dia berencana untuk kerumah Daichiru— sahabatnya.
Ketika di rumah Daichiru...
“Soka, kamu ingin tahu sekali tentang Asato” simpul Daisuke ketika mendengar maksud dari kedatangan Yonezo kerumah mereka.
“Baiklah aku mulai” ujar Daisuke. Sejenak dia terdiam, “Matsumoto Asato ialah seorang pria yang begitu dicintai oleh Akari” kata Daisuke memulai ceritanya.
Mendengar itu Yonezo dan Daichiru terkejut mendengar hal itu, “Dari kecil mereka sudah bersama... sampai di Akademi dan aku juga merupakan salah satu sahabat kecilnya”
“Asato terkenal dengan julukan 'Hiken no Asato' karena tinju apinya yang dikenal memiliki panas lewat batas” jelas Daisuke.
“Dia juga terkenal dengan elemen lain yaitu angin... karena anginnya, dia mampu membesarkan api yang menjadi elemen utamanya... dan memiliki nilai buronan seharga 500 juta keatas” tambah Daisuke membuat kedua bocah itu kagum.
“Jadi kenapa kami belum pernah melihat dia?” tanya Daichiru penasaran. Sejenak Daisuke terdiam lalu, “Banyak dari kami yang menyatakan dia sudah meninggal” jawab Daisuke membuat mereka terkejut.
“Beberapa orang menggunakan kemampuan pengubah wujud meniru Surinato, Onadaruchi-sama, Yanara-san dan Tabutori-san... fakta ini kami dapatkan setelah mencari tahu melalui pengendalian ingatan yang dilakukan oleh Lily-sama”
“Seseorang yang meniru wujud Surinato menyerang Asato menggunakan jarum racun membuat Asato terluka parah dan kritis... karena merasa gagal, dia menjatuhkan diri dari atas jurang dan tenggelam dalam lautan” jelas Daisuke dengan wajah serius.
“Itu menyedihkan” gumam Yonezo ikut sedih mendengar itu, “Dia bahkan mengungkapkan perasaannya pada Akari sesaat sebelum menjatuhkan diri dari jurang itu... itulah kenapa hanya Akari yang selalu mempercayai kalau Asato masih hidup” jelas Daisuke.
“Jadi karena itu, dia bahkan menolak pria tampan dari banyak desa” jawab Daichiru terkekeh karena tahu fakta itu dari orang lain.
“Hai, Akari memilih melindungi desa dan orang-orang yang dia cintai... itu merupakan keinginan terakhir dari Asato” jelas Daisuke sambil tertawa memaklumi hal itu.
“Apa yang membuat Asato-san begitu dicintai oleh desa?” tanya Daichiru penasaran, “Karena Asato yang masih kecil dan muda, berhasil memimpin klan Matsumoto yang seharusnya di pimpin oleh pamannya... dan klan Matsumoto mulai dianggap kembali” ujar Fionyu sambil menyiapkan teh.
“Itulah kenapa Akari begitu setia menunggu kedatangan Asato... dia terus mengembangkan dirinya sebaik mungkin” tambah Fionyu kemudian menuangkan teh hangat ke beberapa cangkir.
“Tidak kusangka, dibalik wajah ceria Akari-neesan ternyata menyimpan sebuah kisah menyedihkan” ujar Yonezo menghela napas panjang.
“Ahh iya Daisuke-san” kata Yonezo mengingat sesuatu, “Terjawab sudah kecurigaanku, baiklah aku permisi... Kaichira sedang sendirian dirumah” ujar Yonezo sambil bangkit berdiri lalu menunduk.
“Hai, jangan terlambat ke Akademi besok” jawab Daichiru sambil mengantarkan temannya itu ke pintu keluar.
Yonezo akhirnya pulang kerumah. Hari sudah mulai gelap. Ketika dia sampai dirumah, dia masuk kerumah menuju kamar.
Membuka sebuah buku berwarna hijau. Itu buku yang dibelikan oleh Akari 2 bulan lalu, agar dia bisa lebih semangat untuk berlatih.
Buku itu berisi pengetahuan tentang pengendalian energi, ciri elemen, dan beberapa kemampuan baru lainnya.
Terdengar suara telepon. Jadi dia turun untuk menjawab telepon dan seseorang, “Halo?” tanya Yonezo, “Yonezo, ini otoosan” jawab orang ditelepon itu yang merupakan ayahnya.
“Toosan, ada apa?” tanya Yonezo, “Anu.. gomen, sepertinya aku harus pulang besok.. kami mengecek laporan mengenai peristiwa mengganggu di desa” jawab Kaito sambil memberikan permintaan maaf.
Sejenak Yonezo menghembuskan napasnya lalu, “Hai... jaga diri baik-baik, otoosan” ujar Yonezo memaklumi hal itu. Ayahnya memang harus disibukkan dengan tugas desa.
Akhirnya telepon ditutup, “Itu siapa niisan?” tanya Kaichira, “Itu toosan, dia bilang besok baru pulang” jawab Yonezo. Mendengar hal itu, Kaichira merasa sedih. Dia jadi bingung, besok dia akan mengikuti kompetisi melukis.
Jadi dia bingung, kakaknya itu harus sekolah, ibunya harus membantu menyiapkan acara, sedangkan sang ayah harus bekerja.
“Besok sebisa mungkin, aku akan meluangkan waktu untuk melihatmu di kompetisi besok” ujar Yonezo sambil mengelus kepala adiknya itu dengan lembut.
Mendengar itu, Kaichira kembali bersemangat. Dia merasa senang mendengar hal itu. Akhirnya Yonezo balik kekamarnya untuk membaca bukunya itu.
Paginya...
Kaito pulang kerumah ketika pagi hari. Dia melihat Yonezo yang akan berangkat ke Akademi sambil menggunakan Kutsu miliknya, “Okaeri toosan, seseorang sudah menunggumu disana” ujar Yonezo melewati ayahnya itu.
“H-hai” jawab Kaito namun dia belum siap berbicara. Namun dalam sekejap, Yonezo sudah menghilang.
Ketika didalam rumah...
“Tadaima” gumam Kaito pelan, “Okaeri papa” sambut Kaichira sambil keluar dari sebuah ruangan menyambut ayahnya itu.
“Papa, hari ini aku akan mengikuti lomba melukis... lihat ini” ujar Kaichira sambil menarik tangan ayahnya itu, “Hai” jawab Kaito tersenyum.
Sementara Yonezo...
“Oi, Yonezo” panggil Sanosuru ketika melihat temannya itu memasuki gerbang Akademi, “Sanosuru” jawab Yonezo. Mereka masuk kedalam bersama-sama.
“Kumonaru-san meneriakimu pagi-pagi karena masih mengantuk” simpul Yonezo sambil terkekeh ketika mendengar cerita dari temannya itu.
“Kau tidak tahu bagaimana okaasan menggunakan teknik kipas raksasanya yang hampir sama seperti Akari-sensei... sekali kibasan bisa membuat aku dan oyashi harus memperbaiki kembali sebagai gantinya” jawab Sanosuru sambil menguap.
“Akari-neesan juga begitu ketika marah” bisik Yonezo mengingatkan mereka pada sesuatu, “MO, KAU MENGAJAK DIRIKU LEBIH SERIUS BUKAN?” terngiang dikepala mereka teriakan mengamuk dari Akari dan mengingat mata putih dan rambut hitamnya yang terbang.
“Wahh kalian berani juga membicarakan Akari-sensei” ujar Aonara mendengar percakapan mereka berdua.
“Selalu saja begini” jawab Sanosuru dengan wajah malas, “Sudahlah, ayo masuk ke kelas saja” ajak Aonara sambil menarik tangan kedua temannya itu.
Ketika istirahat...
“Neesan, hamburger keju satu... mayonesnya jangan terlalu banyak dan pakai saus tomat saja” pesan Yonezo pada seorang gadis yang menjadi pelayan di restoran burger dekat Akademi mereka, “Aku dan dia samakan saja menunya” tambah Daichiru dan Sanosuru.
“Minuman?” tanya gadis itu, “Es teh” jawab mereka serentak. Pesanan mereka segera dibuat oleh gadis itu.
“Oi Yonezo, minggu depan kita sudah mulai ulangan... apa kau tidak takut?” tanya Daichiru, “Untuk manusia seperti Yonezo, dia pasti mengatakan tidak” jawab Sanosuru memotong Yonezo lebih dulu.
Yonezo terkekeh mendengar hal itu, “Kalau kita belajar, itu sudah membantu untuk sebuah ulangan atau ujian” saran Yonezo.
“Benar... ahh iya, aku jadi penasaran biang kerok dari semua masalah monster yang ada di pertengahan desa beberapa hari lalu” jawab Daichiru masih penasaran.
Daichiru mewarisi sifat penasaran ibunya, Fionyu dan sifat polos dari ayahnya itu Daisuke. Jadi tidak heran, jika Daichiru orang yang penasaran dan membuat dia dianggap sebagai salah satu klan Reomato yang jenius.
“Aku juga... bagaimana jika kita menyelidiki hal ini secara diam-diam?” tanya Sanosuru tidak kalah penasaran. Sanosuru mewarisi sifat malas namun pintar dari ayahnya, Sanosuke. Sedangkan sifat penasaran miliknya itu turunan dari ibunya, Kumonaru.
“Baiklah... tapi kita menyelidiki ini sebaiknya saat sore hari, aku tidak yakin jika kita bolos” jawab Yonezo setuju.
Mereka menyusun rencana mereka. Berencana pada malam hari ingin mencari tahu dalang dibalik kejadian monster yang terus menerus menyerang desa.
Pesanan mereka akhirnya datang. Ketiga bocah itu mulai menikmati makan siang mereka. Setelah selesai mereka kembali ke Akademi untuk bersiap masuk kelas.
Bel berbunyi tanda mereka harus masuk ke kelas masing-masing dan pelajaran kembali dimulai. Kelas Yonezo dan teman-temannya dinamai sebagai kelas A-2. Karena mereka masih siswa baru dan dasar.
Seluruh murid kelas itu menunggu kedatangan Taruzen atau kerap dipanggil Ayara-sensei itu tidak datang kekelas sudah hampir sejam.
Akhirnya seseorang masuk kedalam, “Jadi ini kelas yang diajar oleh Taruzen” ujar seorang pria sambil berjalan masuk kedalam kelas dengan sikap yang kurang sopan.
Melihat hal itu, Yonezo menggunakan mata Hoshimenya itu untuk melihat isi pikiran secara diam-diam. Dia berhasil melakukan itu secara diam-diam, “Dimana Ayara-sensei?” tanya Aonara dengan wajah khawatir, “Ayara? dia sudah kami urus” jawab pria itu, “Anda siapa ojisan?” tanya Yamato, “Aku Haonoki Nakanori” jawab pria itu sambil menyebutkan nama aslinya.
“Apakah disini ada gadis yang bernama Mayumi Anata?” tanya Nakanori dengan wajah kejam. Mereka semua terdiam, karena merasa nyawa seorang teman mereka terancam.
“JAWAB!!” teriak Nakanori dengan marah. Akainori- anak perempuan seusia Yonezo yang merupakan sahabat Mayumi memberanikan diri untuk menjawab.
“Aku adalah Mayumi Anata” jawab Akainori membuat Mayumi terkejut. Akainori menghampiri Nakanori, “Ikut aku” ujar orang itu. Kedua orang itu pergi keluar kelas.
Mayumi yang tidak tega melihat pengorbanan sahabatnya itu, memutuskan untuk mengikuti Akainori. Namun seorang pria menahan dirinya, “Namaku Taichimura Amazaki... kalian kami jadikan sandera” ujar pria itu.
“Kalian—” gumam Mayumi kesal. Yonezo berdiri dari meja belajarnya, “Bocah kurang ajar” gumam Amazaki merasa kesal.
Jari tangan Yonezo bergerak dengan cepat membuat teman-teman sekelasnya itu terkejut ketika melihat itu.
“Berhenti”, “Shinwa”, “Aku bilang berhen—”, “KAMINARI KYUSHU” teriak Yonezo melemparkan bola angin yang bernama Shinwa ciptaan Akari.
Ukurannya memang kecil, namun dengan teknik itu lawan dapat lumpuh cukup lama. Dan akhirnya Amazaki terkapar lemas setelah mendapat serangan itu sekaligus sengatan petir dari Yonezo, “Kalian cari bantuan ke kelas lain... Mayumi ikut aku” ujar Yonezo, “HAI” jawab teman-temannya menurut.
Mayumi dan Yonezo berlari keluar kelas mencari Akainori dan Nakanori. Baru pertengahan jalan, mereka melihat sebuah jalan teleportasi berbentuk lingkaran besar.
“Yonezo” panggil Mayumi dengan wajah sedikit khawatir sambil menatap jalan teleportasi itu, “Sepertinya kita sepemikiran” jawab Yonezo ikut manatap jalan itu.
Dari dalam jalan itu, keluar beberapa ekor serangga kecil itu. Yonezo menarik tangan Mayumi untuk menghindari serangga itu.
“Dousta?” tanya Mayumi bingung, “Lihat ini” jawab Yonezo. Dia melemparkan salah satu surhiken kecil ke serangga berwarna ungu berbentuk cicak.
Surhiken itu berhasil mengenai cicak itu. Dan cicak itu meledak akibat serangan itu, “Serangga ini terbuat dari lilin ungu yang dicampurkan dengan bahan peledak... sekali sentuh, kita bisa terluka parah dan terlempar jauh” jelas Yonezo membuat Mayumi paham.
“Bagaimana cara menghabisi mereka semua?” tanya Mayumi, “Lilin pasti akan mencair jika terkena panas, bagaimana jika kita mencairkan mereka terlebih dahulu lalu menyegel semua dengan segel air” jawab Yonezo membuat Mayumi terkejut.
“Bukankah kita masih baru mempelajari itu?” tanya Mayumi bingung. Menurutnya segel air ialah segel yang sulit digunakan.
“Dalam situasi begini, kita tidak bisa mengeluh bahwa kita belum sanggup melakukan hal yang menurut kita sulit” jawab Yonezo bijak. Mendengar kalimat itu, Mayumi merasa kagum dengan sosok teman kecilnya itu.
“Baiklah, mari kita lakukan” ujar Mayumi bersemangat. Mereka kembali menyusun rencana mereka, dengan tujuan pertama harus menghancurkan gerbang masuk serangga lilin ungu yang dapat meledak itu.
Karena elemen utama Yonezo ialah, angin, petir, dan air, maka dia yang akan menggunakan segel air itu.
Sementara Mayumi memiliki elemen api, petir, dan angin. Jadi Mayumi bertugas mencairkan serangga-serangga kecil itu.
“Gulungan itu—”, “Benar.. ini gulungan senjata, didalamnya aku menyimpan sebuah Kipas Raksasa yang diberikan khusus pada anggota Suyhifang ataupun Hamari” jawab Yonezo lebih dulu sebelum Mayumi menyelesaikan perkataannya itu.
“Ikuzoo” ujar Yonezo turun lebih dulu. Mayumi masih di dalam terowongan atap gedung Akademi, “SENPU” teriak Yonezo mengibaskan kipasnya itu sekuat mungkin.
Serangga itu terbang. Sementara serangga itu terbang, Mayumi turun untuk menggunakan teknik rahasia milik klannya itu.
Getorokku, teknik ini dapat mencegah pengaliran energi ditubuh, gerbang teleportasi, penghapusan serangan, dan dapat memberikan efek mengerikan bagi lawan.
Namun teknik satu ini bukanlah sembarangan, biasanya usia 15 tahun keatas yang mampu menguasai teknik ini dengan baik, karena penggunaan energi yang cukup banyak.
“Sekarang Mayumi” perintah Yonezo. Mayumi mulai menggerakkan tangannya dan, “GETOROKKU” teriak Mayumi meninju tanah.
Gerbang itu mulai tertutup. Dari dalam gerbang itu terlihat seekor singa lilin mulai mendekat. Karena penggunaan energi terlalu banyak, energi Mayumi sudah mulai habis.
Yonezo memegang pundaknya, “Inilah yang Akari-neesan ajarkan padaku, NAGARE ENURUGI” aliran energi biru milik Yonezo.
Energi Mayumi bertambah. Akhirnya gerbang itu tertutup sebelum singa itu sampai.
“Selesai” gumam Yonezo sedikit kelelahan, “D-daijobu Yonezo?” tanya Mayumi khawatir, “Aku baik-baik saja... kita harus lanjut” jawab Yonezo bangkit kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments