Sudah seminggu ini Jenar bolak balik antara rumah dan tempat kontrakan untuk mengangkut barang - barangnya, mau sewa mobil angkut harus mikir dua kali karena mahal. Akan tetapi dia masih tetap semangat dalam bekerja. Di umurnya yang baru dua puluh dua tahun ini merupakan pencapaian yang bagus. Hari ini ia terakhir harus bolak balik dan resmi menempati rumah adik bik Ijah. Ibu selalu mewanti wanti agar Jenar berhati - hati karena maraknya kejahatan sekarang ini.
Pagi ini jenar bersiap untuk berangkat ke restoran, dengan mengenakan rok jeans tujuh per delapan dipadukan kaos warna putih dan kemeja kotak - kotak tanpa kancing. Tak lupa sepatu sneakers yang selalu setia menemani dalam setiap langkahnya. Setelah puas mematutkan diri di cermin Jenar segera berangkat ke restoran.
"Pagi bik Ijah."
"Pagi neng, mau berangkat kerja ya?"
"Iya bik." jawab Jenar sambil mengunci pintu "Mang Udin kemana bik kok nggak keliatan?"
"Tadi pagi tuan muda telepon minta diantar ke suatu tempat, namanya kerja ikut orang neng ya harus nurut perintah." jawab bik Ijah sambil menyiram bunga "Untung tuan muda orangnya baik." lanjutnya.
Heh baik dari mananya orangnya sombong gitu, buat salah kok nggak mau minta maaf batin Jenar tersenyum simpul.
"Ya udah kalau begitu bik, saya duluan. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam, ati - ati neng."
Jenar bergegas mengendarai sepedanya karena sesuai peraturan di restoran harus berangkat tiga puluh menit sebelum restoran dibuka.
Sesampainya di restoran
"Pagi, mbak Hana."
"Pagi juga Jenar, eh kamu sudah tau belum hari ini tuan Adam mau berkunjung?"
"Belum mbak." jawab Jenar sambil menggeleng kebingungan.
"Nanti siang, beliau mau makan siang disini. Dah kamu siap - siap sana sambil mikirin masakan apa yang akan kamu hidangkan."
Jenar bergegas berganti pakaian. Aduh mau masak apa ya. Apa aku tanya sama Dirga saja ya pikir Jenar.
Jenar segera menemui Dirga. Dilihatnya Dirga sedang sibuk menyiapkan bahan - bahan.
"Maaf mas Dirga mengganggu waktunya sebentar." tanya Jenar hati - hati.
Dirga menoleh kearah Jenar tapi cuman sebentar untuk kemudian menyibukkan diri dengan kegiatannya "Mau apa?" tanyanya ketus.
Jenar menarik napas panjang "Apa betul tuan Adam mau makan siang disini?"
Dirga hanya mengangguk pelan. "Hmm."
"Kira - kira nanti kita mau menghidangkan apa ya?"
"Mana aku tau, kita masak sesuai pesanan tuan Adam, kenapa?! Kamu nggak bisa? Dasar amatir..!"
Ini orang kenapa sih sewot amat.. sabar.. sabar jangan emosi, Jenar menenangkan diri. Ia menarik napas panjang dan mengeluarkannya pelan - pelan.
"Maksud ku mungkin mas Dirga tau, jadi aku bisa persiapan gitu." Jenar menjelaskan
"Udah sana minggir, jangan ganggu aku. Pikir saja sendiri." jawab Dirga sambil mengibas - ibaskan tangannya mengusir Jenar.
"Iya..iya heh dasar perjaka tua." ucap Jenar pelan sambil meninggalkan Dirga.
"Apa kamu bilang..!"
"Nggak.. Nggak bilang apa - apa kok, salah denger kali."
"Awas ya kalau kamu berani macam - macam, aku jamin kamu nggak bakal lama disini!" ancam Dirga
Aduh mahluk yang satu ini habis sarapan apa sih ini emosian banget bisa stroke muda tuh batin Jenar.
Tiba - tiba chef Efendi datang
Plok..plok.. plok..plok "Attention please." chef Efendi mengalihkan perhatian kita semua. "Tuan Adam sudah datang sebaiknya kita bersiap, seperti biasa Dirga kamu urus Appetizernya dan Jenar Dessertnya sisanya biar saya yang kerjakan"
"Siap chef." jawab kami serempak
"Ayo kita mulai"
"Maaf chef, untuk main course nya chef mau buat apa?" tanya Jenar.
"Tadi tuan Adam pesan Coq au Vin masakan dari daging ayam." jawab chef Efendi
Coq au Vin adalah daging ayam yang dimasak dengan anggur merah dalam waktu yang cukup lama, sehingga teksturnya lembut dan enak. Ditambah irisan jamur dan bumbu khas perancis.
Kalau memang chef Efendi akan menghidangkan itu dessert yang cocok adalah Savarin. Aku buat Savarin spesial aja pikir Jenar sambil tersenyum.
"Chayo." ucap jenar sambil mengepalkan tangannya.
Segera dia mengambil bahan - bahan yang diperlukan. Savarin adalah kudapan manis khas perancis. Bentuknya seperti donut dan ada buah - buahannya. Tapi ada yang spesial dengan Savarin buatan Jenar.
Jenar mengambil tepung komachi dicampur dengan ubi madu yang sudah di oven dan telur. Dicampur semua bahan menjadi satu kemudian dibentuk seperti donut. Untuk buah - buahannya seperti biasa direndam dengan air gula, kelopak bunga chamomile, cinnamon. Kelopak bunga Chamomile ini menjadi bahan rahasia Jenar membuat Savarin. Disamping wangi bunga Chamomile juga memiliki efek menenangkan.
"Hampir selesai, tinggal buat krimnya saja". Jenar mengecek kembali dessert buatannya.
Kali ini Jenar membuat krim vanila.
"Jenar kamu sudah selesai?" tanya Alina
"Sudah tinggal menata dipiring aja." jawab Jenar sambil tersenyum.
"Soalnya tuan Adam sudah mengintruksikan buat mengeluarkan makanannya. Bisa cepat sedikit." pinta Alina.
Tiba - tiba bu Erina masuk kedapur dengan tergopoh - gopoh.
"Alina, kenapa makanannya belum keluar?"
"Ini bu, tinggal menunggu dessertnya aja." jawab Alina sambil melirik ke arah Jenar.
"Sudah selesai kok bu." Jenar menyahut
Dari jauh tampak Dirga tersenyum sinis "Heh dasar lamban."
"Bagus, cepat bawa keluar."
Alina dan Bayu bergegas membawa makanan ke VIP room. Ternyata disana tuan Adam sedang membicarakan bisnis dengan tuan Wijaya pemilik restoran ini
"Om yakin, dibawah kepemimpinanmu restoran ini akan lebih maju." ucap tuan Wijaya.
"Mudah - mudahan Om."
"Mari kita makan dulu, makanannya sudah siap. Soal bisnis om yakin padamu seratus persen." tuan Wijaya menoleh ke arah Erina.
"Erina." panggil tuan Wijaya. Kemudian memberikan kode untuk menghidangkan makanan. Bu Erina mengangguk dan menyuruh Alina untuk meletakkan hidangan di meja.
"Silahkan tuan." ucap Alina sambil tersenyum dan matanya terus menatap Adam.
"Saya tidak suka kamu memandang saya seperti itu, jangan lakukan lagi." perintah Adam.
"Maaf." ucap Alina lirih dan tertunduk kembali disisi Bayu.
Bayu merasa kasihan dengan Alina yang menahan malu. "Makanya jangan kegatelan." ucap Bayu pelan.
"Namanya juga usaha." jawab Alina sedikit sewot karena usaha menarik perhatian Adam gagal.
"Ayo Adam silahkan dinikmati." tuan Wijaya mempersilahkan.
Appetizer dan main course nya enak semua. Tapi Hidung Adam tergelitik dengan bau wangi dessertnya.
"Bu Erina wangi apa ini?" tanyanya.
"Ini wangi dari dessertnya tuan, kami membuat Savarin. Silahkan mencicipinya."
Adam segera menyuapkan dessert tadi ke dalam mulutnya. Hmmm, ini bener - bener enak pujinya dalam hati. Rotinya begitu lembut ditambah dengan cream vanilla yang tidak begitu manis dan buah - buahan segar. Aroma wangi chamomile menambah cita rasa pada Savarin.
"Bu Erina apakah dessert ini dibuat oleh chef yang sama dengan yang membuat Daifuku?" tanya Adam
"Betul tuan."
"Aroma wangi apa ini?"
"Itu kelopak bunga chamomile tuan."
"Kreatif sekali." sahut tuan Wijaya. "Nah Adam.sekarang kau percaya kan berinvestasi di restoran ini tidak akan rugi. Kami memiliki chef yang profesional."
Aku sebenarnya penasaran dengan chef ini. Tapi aku malu untuk meminta bertemu, nanti kalau dia tau aku memuji masakannya bisa ngelunjak dia batin Adam.
"Iya, om benar."
"Baiklah Adam, Om tidak bisa lama - lama karena harus mengurus pasport. Ini kunci restoran dan semua berkas Om serahkan padamu." ucap tuan Wijaya memecah keheningan.
"Baik Om, terima kasih."
Berakhir sudah pertemuan singkat antara tuan Adam dan tuan Wijaya. Saat ini restoran 'Avec Amour' resmi menjadi milik Adam. Adam segera menyuruh asistennya untuk membuat renovasi sedikit agar restoran terlihat lebih menarik. Tak terasa waktu sudah menjelang malam.
"Maaf tuan Adam, restoran saat ini sudah tutup. Apakah tuan masih memerlukan saya disini?" tanya bu Erina.
"Tidak usah bu Erina pulang dulu saja. Ada beberapa hal yang harus saya cek sendiri."
"Baik, kalau begitu saya permisi pulang dulu." pamit Bu Erina sambil menutup pintu kembali.
Sementara itu dibagian dapur semua nya sudah bersiap untuk pulang. Akan tetapi Jenar masih betah dan berencana akan menggunakan dapur untuk membuat inovasi dalam hidangan. Kebetulan chef Efendi mengijinkan.
"Jenar, jangan lupa nanti kalau sudah selesai matikan kompor, lampu dan kunci pintunya." pesan chef Efendi.
"Baik chef."
Jenar mulai membuat sup jamur. Setelah mencampurkan bahan - bahan yang ada Jenar tinggal sebentar ke toilet karena perutnya tidak mau diajak kompromi.
Adam berjalan - jalan berkeliling restoran. Kalau malam akan lebih leluasa buat dia untuk mengecek semua kondisi karena suasana sudah sepi. Sesekali dia mencatat beberapa hal yang akan dia rapatkan besok pagi. Akan tetapi aroma harum sebuah masakan tiba - tiba menggelitik hidungnya.
"Hmm, harum sekali masakan ini." Adam segera masuk ke dapur untuk melihat siapa yang malam - malam begini sedang memasak.
"Sepi." gumam Adam dengan raut wajah keheranan
Dia berjalan terus menuju kompor yang masih menyala dengan panci sup diatasnya.
"Keliatannya enak." Adam menengok ke kanan dan ke kiri. Dengan sebuah sendok dicicipinya masakan itu.
"Enak." ucapnya. Tak terasa dia sudah mencicipinya berkali - kali, tanpa memperdulikan situasi di sekelilingnya.
Tiba - tiba dari arah belakang ada bayangan hitam yang membawa tongkat pemukul dan
Bugh! Bugh! Bruuk! Braak! Tengkuk dan kepala Adam terpukul oleh benda keras. Langsung pingsan seketika.
🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Mei Wulandari
lhooohhh
2024-11-01
0
Sleepyhead
Platting 😁
2024-09-03
0
Sleepyhead
Hwaiting Jen
2024-09-03
0