Sambil menarik nafas panjang Jenar langsung menuju ke dapur. Dan wow dapurnya sangat luas dengan peralatan yang tertata rapi. Jenar tidak menyangka nantinya akan memasak menggunakan peralatan ini. Dan memang ini benar - benar pengalaman pertama buat Jenar.
Pekerjaan yang amat sangat dia inginkan sejak dulu yaitu menjadi chef profesional. Walaupun saat ini posisinya hanya sebagai asisten saja, tapi ini merupakan awal yang bagus.
Tiba - tiba dari arah belakang.
"Maaf, bisa minggir sedikit" ujar seorang pria setengah baya kalo dilihat dari wajahnya dia kira - kira berumur tiga puluh tahunan.
"Oh ya, maaf." jawab Jenar sambil menggeser posisinya "Ehm, maaf mas bisa bertanya sebentar?"
Langkah pria itu terhenti sejenak dan kemudian menoleh ke arah Jenar. Matanya melihat Jenar dari atas sampai bawah dengan penuh selidik.
"Perkenalkan saya Mahesa Jenar, saya mendapat surat panggilan dari restoran ini. Kira - kira dimana saya bisa menemui chef Efendi?" tanya Jenar sambil menyerahkan surat panggilan.
"Oh, kamu calon karyawan baru ya. Kamu bisa menemui chef Efendi di ruang itu." tunjuk pria itu ke sebuah ruangan yang agak terpisah dari dapur yang didominasi warna putih tulang.
"Baik, terima kasih mas." jawab Jenar sambil menaikkan alis.
"Bayu, panggil aku Bayu" jawab pria itu
"Eh iya mas Bayu, terima kasih bantuannya saya permisi dulu." Jenar segera berpamitan, takut kalau chef Efendi sudah menunggunya. Dia tidak mau memberikan kesan tidak disiplin diawal kerja.
Dengan mempercepat langkahnya Jenar mengetuk pintu yang didominasi warna coklat tua itu. Terdengar suara yang berat dari dalam ruangan.
"Masuk."
Didorongnya pintu itu "Selamat pagi chef, perkenalkan saya Mahesa Jenar. Saya datang karena mendapatkan surat panggilan." Jenar menjelaskan kedatangannya sambil menyerahkan surat itu.
Tampak laki - laki berumur setengah abad mengenakan kacamata dan rambutnya yang mulai memutih duduk di belakang meja sambil memainkan sebuah tablet. Pandangannya fokus pada gadis yang ada di depannya. Ia meletakkan tablet yang dari tadi ia mainkan dan beralih dengan membuka surat di depannya. Perlahan ia membuka dan membacanya.
"Hmm.. ya..ya nama kamu Jenar. Nanti kamu akan menggantikan Mariska karena dia resign dari restoran ini. Dan ingat kamu harus berangkat tiga puluh menit sebelum restoran dibuka. Hari ini kamu hampir terlambat ya, tapi tidak apa - apa masih bisa saya maafkan."
"Maaf chef tadi saya mengalami kecelakaan didepan." jawab Jenar.
"It's okey, semuanya bisa terjadi di awal bekerja."
Tiba - tiba ceklek.. brakk!!!
Suara pintu dibuka dengan buru - buru. Seorang wanita masuk kira - kira berumur empat puluh tahun.
"Gawat! Gawat chef!" teriaknya panik. Wanita yang menggunakan blazer dan rok warna hitam itu terlihat panik. Rambutnya disanggul keatas dengan rapi memiliki warna kulit sawo matang. Walaupun sudah berusia tetapi tidak mengurangi kecantikan dan ketegasan nya. Melihat style nya dia pasti kepala pelayan direstoran ini.
"Tenang.. Tenang Bu Erina.. Tenang." chef Efendi berusaha menenangkan.
"Bagaimana aku bisa tenang chef, itu diluar ada Tuan Adam!" sambil menunjuk arah pintu.
"What? Tuan Adam? Waduh ini benar - benar gawat. Kenapa asistennya tidak memberitahu kita kalau dia mau berkunjung." tiba - tiba wajah chef Efendi yang semula tenang jadi ikut panik.
"Itu dia chef, apa yang harus kita lakukan." jawab Bu Erina
"Oke.. kamu segera kembali ke depan dan sambut beliau, untuk urusan belakang biar aku yang atur." perintah chef Efendi.
"Siap chef aku pergi dulu." sejenak Bu Erina menghela napas panjang, merapikan rambut dan bajunya sebentar untuk kemudian mengambil langkah panjang menuju ke ruang depan. Tampak beban berat diwajahnya.
"Jenar." panggil chef Efendi. "Kamu segera berganti baju dan bantu aku. Ini akan menjadi hari yang melelahkan." perintah chef Efendi.
"Baik chef." segera Jenar mengganti bajunya dengan seragam lengkap (hat cook, necktie, apron, side towel, trousers dan safety shoes).
semua perlengkapan itu sudah sering Jenar pakai ketika kuliah. Tapi kali ini berbeda, seragam yang dia kenakan cendurung berwarna hitam dan memiliki kebanggaan tersendiri tentunya.
Setelah selesai mengenakan seragam. Dengan menarik napas panjang Jenar setengah berlari menuju dapur.
"Attention please! perkenalkan ini Mahesa Jenar panggil saja Jenar. Dia yang menggantikan Mariska menjadi asistenku." jelas chef Efendi
"Selamat pagi semua perkenalkan saya Jenar, mohon bantuan dan bimbingan teman - teman semua"
"Oh ya Jenar mari aku perkenalkan satu - satu. Ini Dirga dia asisten satu, khusus untuk hidangan appetizer."
"Hai." sapa Jenar.
Dirga ini memiliki warna kulit sawo matang khas orang jawa, berperawakan tinggi dan mata yang tajam sehingga dia terkesan angkuh. Hiii Jenar tergidik ngeri dan segera mengalihkan pandangannya menunduk ke bawah.
"Yang ini namanya Bayu dia bagian cuci piring dan bertanggung jawab atas kebersihan semua peralatan kita. Yang dipojok dan bermata sipit itu Kenzo dia keturunan Jepang, dia mengurus stock belanja kita." jelas chef Efendi.
"Hai salam kenal." sapa Jenar sambil tersenyum.
"Nah yang agak gemuk itu Hana dia yang membelanjakan semua bahan yang ada disini. Dia yang paling tahu mutu dan kualitas bahan kita. Yang disebelah yang cantik itu namanya Alina dia bertugas menyajikan hidangan kita ke tamu restoran ini. Kamu sudah mengenal semua ya Jenar?"
"Sudah chef, hai Hana, hai Alina." sapa Jenar sambil melambaikan tangan.
"Hai juga Jenar selamat datang dan selamat bergabung dengan tim kita ya." sambut Hana dengan ramah
Hmmm, Hana orangnya cukup ramah tapi untuk Alina dia sepertinya kurang bersahabat. Memang sih dia sangat cantik, berkulit putih bersih, perawakannya tinggi sebenarnya dia lebih cocok jadi model batin Jenar.
"Oke cukup perkenalannya, kita sekarang harus bergegas mempersiapkan beberapa masakan istimewa di restoran karena kita kedatangan tamu spesial yaitu Tuan Adam. Kita harus semaksimal mungkin melayani beliau." perintah chef Efendi.
"Baik chef." jawab kami semua serempak.
"Dirga kamu buat appetizer nya. Kali ini kita akan menghidangkan Escargot dengan bawang putih dan parsley. Kamu sangat ahli memasak itu." perintah chef Efendi sambil mengeluarkan daging di almari pendingin.
"Baik chef." jawab Dirga
Escargot adalah sejenis siput tanah yang berasal dari Burgundy Perancis dan ini adalah hidangan mahal. Walaupun Jenar pernah memasak siput ini tapi untuk memakannya, dia belum pernah.
Berarti tamu ini benar - benar istimewa pikir Jenar dalam hati
"Jenar kamu buat dessert dan beveragenya ya. Untuk main course biar saya yang mengerjakan." perintah chef Efendi sambil memanggang daging dengan cekatan.
"Baik chef." jawab Jenar mengambang
Aduh kenapa aku jadi blank kayak begini ya. Kira - kira nanti apa yang aku hidangkan. Berkelas atau tidak ya, duh jadi bingung begini pikir Jenar.
Jenar berjalan ke arah Hana dan Alina untuk mencari tahu siapa sebenarnya tamu spesial ini. Siapa tahu setelah mendapat informasi dari mereka, kreasi akan memasaknya bisa keluar.
"Mbak Hana, aku mau tanya boleh?"
"Boleh aja Jenar." jawab Mbak Hana
"Hmm sebenarnya siapa sih Tuan Adam? Kenapa dia menjadi tamu spesial direstoran kita ini?" tanya Jenar.
"Lho kamu belum tahu ya. Tamu kita namanya Tuan Adam Athan Akihiko dia anak satu - satunya Tuan Akihiko dan Nyonya Indira. Dia pemilik salah satu hotel bintang lima di Jakarta dan memiliki beberapa restoran di Bali dan Bandung. Rencananya dia akan membeli restoran kita ini."
Jenar mengangguk angguk. "Tuan Adam ini memiliki lidah perasa yang tajam dan selalu memberikan kritikan pedas untuk restoran yang menyajikan hidangan yang tidak berkelas." lanjut Mbak Hana
"Hmm dia keturunan Jepang ya Mbak?" tanya Jenar lagi.
"Iya betul keturunan Jepang Jawa. Kamu belum tahu wajahnya ya? Wah rugi besar kamu Jenar." ujar Mbak Hana sambil tertawa.
"Belum Mbak, memangnya kenapa?" tanya Jenar lagi
"Hmm dia sangat tampan, tinggi, putih, hidungnya mancung, wajahnya penuh kharismatik, walau matanya agak sipit tapi tatapannya tajam. Kalau aku belum punya cowok sudah aku gebet dia." jawab Mbak Hana percaya diri.
Tiba - tiba suara Dirga membubarkan obrolan mereka.
"Hei anak baru, kerjaan kamu jangan menggosip terus ya. Lihat yang lain sudah sibuk kamu malah enak - enakan disini!" teriak Dirga
"Maaf mas." jawab Jenar sambil berjalan menuju ke mejanya memulai membuat dessert.
Jenar sempat bingung, tapi setelah mendengarkan penjelasan dari Mbak Hana tadi kreasinya sedikit terbuka. Dia sudah tahu apa yang akan dia hidangkan nanti.
Ayo semangat teriak Jenar dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
tuan adam pasti akankamu buat tetkesan meski hanya dengan hidangan dissert
2022-09-20
2
Kamaleea Sae Riche
jempolku selalu buatmu thor.... semoga makin menarik ceritanya
2021-07-05
0
Siti nurjanah
suka thor .. aku udah mampir ya thor, semangatt
2021-03-28
0