Keesokan paginya Rara terbangun dengan suara bising dari luar yang lebih tepatnya berada di ruang tengah . '' Siapa yang datang sepagi ini dan membuat keributan . '' Rara melangkahkan kakinya turun dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar .
Diruang tengah terlihat ada bi Ina dan paman dan bibi Rara .
'' Kenapa mereka datang kemari ? '' Rara melangkah menuruni anak tangga . Melihat Rara turun bibinya menghampiri dan berkata .
'' Ra sayang , bibi kemari untuk berbicara dengan mu tetapi pembantu mu tidak mau membangunkan mu.'' Rara mengerti apa yang di katakan bibinya .
Rara mengajak mereka duduk di ruang tengah yang juga ditemani oleh bi Ina di samping Rara . '' Kenapa tidak menunggu hingga nanti siang , bukankah kalian mengundangku makan siang bersama ? '' Rara sedikit heran apa yang membuat mereka harus datang pagi pagi sekali .
'' Begini Ra , kami berencana untuk segera menikahkan mu dengan pria pilihan kami . setelah kau menikah rumah ini akan jatuh pada sepupumu Agung .'' Rara terhenyak.
'' Meski aku menikah rumah ini tidak akan aku berikan pada siapapun , karena rumah inilah satu satunya peninggalan papa dan mama . '' Rara kembali teringat kenangan bersama orang tuanya.
'' Astaga Rara , kenapa kau tidak membeli rumah baru lagi . Kau itu seorang dosen dan bisa membeli rumah sendiri dan berikan rumah ini kepada Agung . kau itu sangat pelit . '' Bibinya memang bermulut pedas jika keinginannya tidak terpenuhi , saat akan meminta mulutnya akan manis .
'' Tidak bibi , keputusanku tetap sama tidak akan memberikan rumah ini kepada Agung . Kenapa kalian tidak membelikan rumah untuk Agung saja , perusahan papa kan sangat menguntungkan .''
Perusahaan papanya sudah jatuh ke tangan pamannya , dan pamannya sekarang ingin merebut rumah peninggalan orang tuanya . Tidak , jika masalah rumah maka Rara akan mati Matin mempertahankannya .
'' Kenapa harus paman , jika memang kau itu tidak mau untuk memberikan rumah ini sebagai gantinya kau saja yang membelikan Agung rumah . '' bi Ina yang sedari tadi menahan kesal ingin berbicara tetapi Rara mengisyaratkan untuk tetap diam .
'' Aku akan membelikan rumah untuk Agung tapi aku juga tidak mau di jodohkan . '' Bibi Rara menyeringai lalu berkata , '' Jika pernikahanmu itu tidak menguntungkan untuk apa kami melakukannya membuang uang saja . '' Rara mengangguk mengerti dari semua drama yang terjadi sekarang ini .
'' baik kami akan pamit dan ya , ingat untuk membeli rumah untuk Agung . '' Paman dan bibinya meninggalkan rumah tanpa permisi .
'' Non kenapa di berikan , non kan tau sikap mereka . '' Rara tersenyum melihat rasa kesal pada wajah bi Ina . '' Tidak apa bi , Rara bahagia bisa membelikan rumah untuk Agung . Bagaimana pun Agung adalah sepupu Rara . '' bi Ina tersenyum menatap Rara yang berada di depannya .
Selamat tuan , nyonya kalian berhasil menjadi orang tua karna memiliki anak yang baik seperti non Rara . Bi ina berlinang air mata melihat sosok Rara yang kuat meski selalu di manfaatkan oleh pamannya .
'' Sudahlah bi jangan nangis , nanti Rara ikut nangis juga . '' Rara melangkah menghampiri bi Ina dan mengusap air matanya . '' Oh iya , bi na hari ini Rara gak ada mata kuliah , Rara akan pergi membeli bahan makanan bersama bi na . '' Bi Ina mengangguk sambil tersenyum .
Setelah drama pagi tadi , kina Rara tengah di kamar dan sedang berganti pakaian setelah mandi tadi . Rara keluar kamar lalu turun dan mengajak bi Ina untuk ke supermarket . Di dalam perjalan ke supermarket bi Ina saling bercerita , hanya bi Ina yang kini di miliki oleh Rara dan Rara sangat menyayangi bi Ina .
Sesampainya di supermarket Rara dan bi na masuk dan memilih beberapa belanjaan kebutuhan rumah untuk satu Minggu . Rara merasa ia melupakan dompetnya di mobil . '' bi , Rara kemobil bentar ya untuk mengambil dompet . '' Bi Ina mengangguk , Rara keluar Supermarket dan masuk ke mobil mengambil dompetnya .
Dari seberang jalan seperti ada yang memanggilnya , saat Rara menoleh seseorang yang sangat ia rindukan kini tepat berada di seberang sana bersama seorang wanita paruh baya . '' Kakak .......!!!!!" Rara tersenyum melihat tingkah bocah kecil satu ini .
" Jangan berlari ....... " Rara melihat Raya tengah menyebrang sambil berlari saat lampu merah , yang di ikuti oleh wanita itu dari belakang . Belum sampai di ujung jalan tiba - tiba raya terjatuh karena tersandung , Rara berlari dengan cepat langsung menghampiri raya begitu juga dengan wanita itu yang tidak lain adalah nyonya Lestari nenek Raya .
'' Raya , kan sudah kakak katakan jangan berlari kenapa kau tidak mendengarkan kakak . '' Rasa cemas pada diri Rara dilihat oleh Lestari dan di perhatikannya dengan teliti. Untuk pertama kalinya ada wanita yang memang sangat dekat dengan cucunya selain dia .
Raya masih menangis , Rara menggendong raya lalu lalu memangku raya sambil duduk di salah satu bangku di depan supermarket . '' apakah sangat sakit ?'' Raya mengangguk menatap Rara dengan air mata yang berada di sudut matanya .
'' Sini Kaka peluk maka sakitnya akan berkurang . '' Dan benar saja raya berhenti menangis dengan memeluk Rara . Lestari sangat terharu melihat interaksi antara mereka hingga ia duduk di salah satu kursi tak jauh dari mereka .
'' Apa rasa sakitnya sudah berkurang . '' Raya mengeratkan pelukannya . '' Rasa sakitnya sudah hilang tapi tidak dengan rasa rindu nya . '' Entah darimana Raya mendapatkan kata kata seperti itu dan kata itu terlontar begitu saja .
'' Wah wah , apa Raya sangat merindukanku ?'' Raya menjawab dengan mengangguk . Pelukan itu berakhir karena bi Ina memanggil Rara untuk membayar belanjaannya .
'' Raya sudah dulu ya , kakak harus bayar tagihannya dulu okey . '' Raya mengangguk lalu turun dari pangkuan Rara dan berjalan ke arah lestari . Rara menebak kalau wanita itu adalah neneknya Raya .
Setelah membayar semuanya , Rara keluar menemui Raya yang sedang menunggunya .
'' Hay nyonya . '' Sapa Rara kepada Lestari .
'' siapa namamu nak ?'' Rara duduk di sebelah Lestari lalu Raya kembali duduk ke pangkuan Rara .
'' Nama saya Rara Anatha .'' Lestari tersenyum ramah .
" Saya nenek dari Raya , Lestari ." Mereka berbincang hingga tidak menyadari kalau Raya tertidur dengan memeluk Rara .
" Eh , Raya ternyata tertidur . bagaimana nyonya akan membawanya . " Lestari tampak berfikir karena tadi Lestari sudah menyuruh sopirnya untuk pulang .
" Dengan taksi online saja , tapi apa bisa ya menggendong Raya , kerena dia sudah besar jadi sulit untuk menggendongnya . " keluh Lestari .
" Nyonya saya antar saja ya kerumah , saya juga bawa mobil . '' Lestari pertamanya menolak karna merasa sungkan tetapi Rara memaksa agar Lestari ikut saja dan pada akhirnya Lestari ikut juga .
Saat akan memindahkan Raya ke bi Ina , seketika tidak bisa karena pelukan Raya semakin erat setiap akan di pindahkan . Rara sudah menyerah jadi bi Ina dan nyonya Lestari duduk di belakang , dan Rara mengemudi dengan Raya yang masih tertidur dengan memeluknya .
" Apa kau yakin bisa menyetir dengan Raya berada di pangkuan mu ?" tanya nyonya Lestari . '' Tentu bisa nyonya . " Mobil melaju menuju rumah Raya dengan alamat yang sudah diberikan oleh nyonya Lestari .
Kalau bukan dari alamat nyonya Lestari bisa saja menjadi alamat palsu .
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Happy reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments