Chapter 2

Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada Tuhan: ”Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.

Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.

Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.

Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.

Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.

Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.

Sebab Tuhan ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.

Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga.

Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.

Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.

Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.

...🕊️🕊️🕊️...

Malam itu, merupakan salah satu malam terdamai bagi Gabrielle. Bukan saja perkara hutangnya dilunasi, Arif bahkan tak berharap uangnya dikembalikan. Ia juga bisa makan kenyang dan tidur nyenyak tanpa mimpi.

Siapa yang tak iri dengan karunia itu?

Bagaimana bisa seseorang menolongnya tanpa mengharap imbalan? Itu adalah isi pikiran bibi Gabrielle. Tetap cemburu meski terbukti kekasihnya betul-betul aman sekarang. Justru semakin cemburu begitu mengetahui Gabrielle mampu melunasi hutangnya tanpa harus menjual diri.

"Kok lu mau-mauan nolongin si K.a.f.i.r?" tulisnya dalam sebuah pesan singkat yang kemudian dikirimnya pada Arif. "Ada hubungan apa lu sama si K.a.f.i.r?" tulisnya lagi pada pesan yang kedua. "Lu pacarnya?"

Tidak ada balasan.

"Lu nolongin orang K.a.f.i.r berarti sama k.a.f.i.r.n.y.a!"

Getar telepon seluler membangunkan Gabrielle. Kedua matanya masih terasa perih ketika ia membuka mata. Tapi kemudian ia memaksakan dirinya untuk membuka pesan yang masuk setelah membaca nama si pengirim: Arif Priyono.

Tidak ada kata-kata!

Hanya gambar screenshot yang memuat isi pesan bibinya.

Seketika hatinya tersengat api amarah yang tak terkendali.

Beraninya dia menghina orang yang telah menolongku!

Dia saudaraku---dan Arif hanya orang lain. Bukankah sebagai saudara seharusnya dia yang menolongku?

Apa pantas dia mengatakan hal seperti itu pada seseorang yang telah menolong saudaranya?

Dia gila atau bagaimana?

Isi dada dan kepalanya benar-benar mendidih. Dengan kedua tangan terkepal, ia bangkit dari tempat tidurnya tanpa berdoa seperti biasa.

Dengan langkah-langkah lebar, ia berjalan menuju kamar mandi dan mencuci mukanya. Lalu kembali ke kamarnya dan menggasak barang-barang pribadinya---mencari sesuatu yang lama disembunyikannya. Sesuatu yang coba ia lupakan dari masa lalunya yang kelam---pisau taktik.

Gabrielle menatap pisau itu dengan mata berkilat-kilat. Seperti seseorang yang telah lama tidak sadarkan diri kemudian terbangun dalam keadaan prima dengan energi terisi penuh---betul-betul siap memulai aktivitas pertamanya setelah sekian lama beristirahat.

Siapa yang akan menduga bahwa gadis p.e.c.u.n.d.a.n.g yang di-bully teman dan saudaranya sendiri ternyata adalah seorang pembunuh berdarah dingin?

Memang bukan hal yang pantas untuk dibanggakan. Tapi jika semua orang mengetahuinya, akankah seseorang berani menyinggungnya?

Itulah kebenaran tentang dirinya yang tidak pernah diketahui oleh siapa pun kecuali orang-orang tertentu dari masa lalunya.

Gabrielle adalah seorang pembunuh bayaran---pembunuh profesional bertarif spektakuler.

"Dan aku lelah menjadi p.e.c.u.n.d.a.n.g," geramnya dengan tatapan nanar memandang udara kosong seraya menggenggam pisau itu dengan gemetar. Lalu ia mengenakan pakaian kebesarannya sebagai petarung lengkap dengan segala macam atribut yang tidak dipahami oleh siapa pun yang bukan petarung. "Saatnya menunjukkan siapa diriku sebenarnya!"

Di dalam dunia sindikat pembunuh bayaran, ada semacam candu yang membuat seseorang menjadi ketagihan melakukan pembunuhan seperti gejala sakau yang membuat orang terkait merasa tersiksa jika ia tidak melakukannya---itulah yang sedang dihadapi Gabrielle pada saat ini, dan itu bersifat fisik.

Sekujur tubuhnya gemetar tak terkendali dan keringat dingin menggelinding di pelipisnya, kepalanya berdenyut-denyut. Perutnya menegang dan terasa mual. Otot-otot tangan dan kakinya mengejang dan menghentak-hentak menuntut pergerakan. Ia betul-betul bisa sakit jika tidak segera melampiaskannya.

Setelah selesai dengan semua persiapan kostumnya, ia kemudian menyelipkan pisau taktis itu pada gelang sabuk di pergelangan tangannya. Lalu melangkah keluar dan melupakan ritual khusus yang biasa ia lakukan sebelum melakukan segala sesuatu---berdoa.

Gabrielle telah melupakan jati dirinya sebagai manusia baru!

Kemarahan telah mengambil alih dirinya secara keseluruhan. Persetan dengan pengampunan, pikirnya pahit. Bibiku tidak terampuni---tidak manusiawi.

Ia masih bisa terima ketika ia dikata-katai, sekotor apa pun perkataan itu ditujukan pada dirinya. Tapi ia tak bisa mengampuni siapa pun yang menghina orang-orang yang berpihak kepadanya.

Setelah ia mengunci pintu kamarnya, ia berbalik dan menabrak seseorang---seorang pria berambut lurus sebahu berwajah terang.

Sepintas wajah pria itu mengingatkan dirinya pada manekin di etalase. Tubuhnya tinggi, ramping dan berbahu lebar. Ia mengenakan jaket kulit hitam mengkilat di atas kemeja putih bersinar yang menyilaukan. Ia tak sempat memperhatikan celana dan sepatunya karena terpukau pada wajahnya yang tidak manusiawi---terlampau rupawan.

Gabrielle mematung tercengang dengan mulut membulat.

Pria itu menatapnya dengan raut wajah datar. Tapi kedua matanya berkilat tajam dan menguncinya.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya Gabrielle sedikit tergagap.

"Anda yang membutuhkan bantuan," balas pria itu tanpa berkedip.

Baiklah, pikir Gabrielle. Cowok 3G: Gondrong, ganteng, gila---kriteria pria idamannya.

"Apa Anda tersesat?" tanya Gabrielle sekali lagi.

"Anda yang sedang tersesat!"

Lagi, batinnya. Jadi siapa sebenarnya yang gila di sini? Aku? Atau dia?

"Kembali ke kamarmu sekarang, Gabrielle!"

Gabrielle terkesiap sekarang. Aku pasti sedang bermimpi, katanya dalam hati. Aku tidak mengenalnya dan dia tahu namaku.

"Kembali ke kamarmu dan jangan pernah keluar sampai bekalmu habis!" ulang pria itu semakin membingungkan.

"Siapa Anda sebenarnya?"

Pria itu diam saja. Hanya menatap ke dalam mata Gabrielle.

Tak lama kemudian, pintu kamar Gabrielle berderak membuka.

Gabrielle terhenyak dan menyentakkan kepalanya ke samping---menatap pintu kamarnya dengan mata terbelalak. Aku yakin sudah menguncinya tadi.

"Stay at home, Gabrielle!" tandas pria tadi terdengar seperti menjauh.

Gabrielle menyentakkan kembali wajahnya ke depan---ke arah pria itu, tapi pria itu telah menghilang---menghilang dalam sekejap.

Mustahil!

Gabrielle tercengang dengan wajah memucat. Aku pasti sedang bermimpi, katanya dalam hati. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang dan sekujur tubuhnya kembali gemetar. Keringat dingin menggelinding lagi di pelipisnya. Lebih parah dibandingkan sakau.

Kelopak matanya bergetar dan bola matanya bergerak-gerak gelisah memandangi udara kosong di hadapannya. Tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang baru saja berdiri di hadapannya---di koridor yang panjangnya mencapai lima sampai enam meter. Butuh waktu beberapa detik untuk bisa menghilang di kelokan. Dan itu bukan satu detik---pria itu menghilang dalam satu kejapan mata.

Fix, batinnya. Aku gila!

Terpopuler

Comments

Baphy Dafy Duck

Baphy Dafy Duck

kena psikis deh 😥

2021-10-08

0

Danniel Trubsal

Danniel Trubsal

Mukjizat itu nyata, Gabe

2021-10-02

0

Marina Mare

Marina Mare

tapi kenapa sih bibinya kok jahat banget 😭

2021-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!