Nadine sedang berjalan kearah parkiran. Tak lama sebuah mobil berhenti didekatnya. Ternyata itu asisten CEO. Tatapannya masih dingin dan kaku. Dan sampai detik itu Nadine tak pernah tau nama CEO dan asistennya. Sungguh karyawan yang luar biasa. Entah apa tanggapan bksnya bila mengetahui hal ini.
Sepuluh menit kemudian mereka sampai disalah satu resto bintang lima. Nadine keluar dari mobil dan mengikuti arahan asisten CEOnya. Lalu mereka duduk menunggu kliennya. Namun sampai pramusaji menyediakan makanan pembuka, klien belum juga datang. Nadine mendengus kesal.
Bagaimana mungkin orang yang akan memberika modal untuk pembukaan cabang bank baru bisa seenaknya datang terlambat. Coba bila dirinya yang datang terlambat, pasti perjanjian akan dibatalkan. Belum lagi disemprot bosnya. Nadine kesal, lalu iseng membuka hp nya. Ada pesan untuknya dari Rehan dan Vico.
Bagaimana meetingnya? Kabari aku segera mungkin. Miss u
Nadine tersenyum betapa perhatiannya Vico padanya. Ia segera membalas.
Dia telat! Aku harus menghabiskan makan siangku sendiri eeeh bareng asisten
Lalu Nadine beralih ke pesan berikutnya. Dari Rehan.
Maaf, aku makan siang di kantor. Kamu merindukan aku? Aku memang keren.
Nadine mencibir melihat balasan Rehan. Tak lama asisten CEO menerima panggilan telepon, ia menjauh. Lalu kembali beberapa menit kemudian.
"Nona, habiskan makanannya. Kita kembali ke kantor" Katanya.
"Kenapa?" Tanya Nadine.
"Dibatalkan, tapi Tuan ingin kita menghabiskan uang yang diberikan untuk mentraktir klien"
Nadine tersenyum senang.
"Bisakah aku meminta uangnya saja?" Tanya Nadine, lumayan uangnya buat shopping nanti malam. Sayangnya si asisten menggeleng.
"Khusus untuk makanan saja" Jawabnya kalem. Nadine mengangguk.
"Okeeeee... hei kisanak, namamu siapa? aku belum tahu" Kata Nadine.
"Maaf Nona, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Zahran." Katanya sambil mengulurkan tangan.
"Namaku Nadine, tolong jangan panggil aku nona lagi. Panggil namaku saja" Pinta Nadine.
"Tidak bisa, ini perintah tuan" Jawabnya
"Memangnya siapa nama tuanmu itu?"
"Saya tidak boleh membocorkan hal apapun berkaitan dengan bos kepada siapapun" Jawabnya dingin. Nadine mencibir kesal. Dia tak mendapatkan info apapun tentang bosnya.
"Selesai, ayo kembali ke kantor!" Ajak Nadine. Mereka pun berlalu dari sana.
***
"Hei Nad... Jangan lupa nanti malam" Bisik Sharen setelah Nadine kembali ke kantor. Nadine mengangguk.
Lalu mereka kembali disibukkan dengan tumpukan laporan nasabah. Menghitung kembali hasil laporan. Hingga tak terasa sudah waktunya jam pulang. Nadine dan Sharen bergegas mengemasi meja dan bersiap pulang.
Nadine dan Sharen menunggu di depan kantor. Mereka menunggu Vico yang masih di jalan. Tak lama sebuah mobil berhenti dihadapan mereka dan terlihatlah wajah Vico.
"Ayo, siap mengantarkan semua tuan putri" senyumnya saat melihat Nadine dan Sharen.Nadine tersenyum senang tapi tidak dengan Sharen. Ia tak percaya Nadine dan Vico dekat saat ini. Ia tak suka Nadine bergaul dengan orang urakan seperti Vico.
"Sharen, aku mau ngasih tau sesuatu. Aku sama Vico udah jadian" Kata Nadine tersenyum ke arah Sharen.
"Oh ya selamat yaaa" Kata Sharen meskipun senyumnya tak seperti biasanya. Vico tersenyum mendengar penuturan Nadine.
Tak lama mobil mereka memasuki parkiran sebuah mall. Setelah mendapatkan tempat parkiran mereka bertiga keatas menuju pusat perbelanjaan.
"Take your time, aku nunggu di coffee shop di ujung sana yah" Kata Vico sambil menunjuk. Nadine memgacungkan jempol lalu menarik tangan Sharen.
"Mau nyari apa?" Tanya Nadine.
"Beberapa atasan, juga nanti mampir di toko roti ya. Stok dirumah habis. Sekalian belanja bulanan deh" Kata Sharen. Nadine mengangguk, emang enak jadi orang kaya. Semua yang diinginkan tinggal ambil. Tak peduli apakah tanggal muda atau tua. Beda dengan Nadine yang harus sedikit berhemat, karena ia rutin setiap bulan mengirimi kedua orangtua dan adik-adiknya sebagian rejeki.
Mereka melewati beberapa yang menjual pakaian. Lalu memilih dua buah tunik, celana panjang dan sepasang sendal. Nadine hanya membeli baju tidur lalu mengikuti Sharen membeli buah dan memesan beberapa roti untuk pulang.
Tak terasa waktu berlalu. Sharen memutuskan untuk kembali pulang. Rasanya kebutuhannya sudah tercukupi. Namun saat Sharen dan Nadine keluar, Nadine menepuk bahu Share .
"Lihat tuh, aku salah orang nggak sih?" Tanya Nadine menunjuk ke salah satu tempat manjual makanan cepat saji. Diantara antrean panjang, terlihat Devan menggandeng seseorang. Wanita tinggi, berambut panjang dengan rok mini mengembang. Sharen mengernyit, tak mengenali si wanita.
"Itu beneran Devan, Nad. Sama siapa dia?" Tanya Sharen.
"Mau nyamperin?" Tanya Nadine. Sharen menggeleng ragu.
"Kita mendekat aja, tapi jangan sampai dia tahu. Ayo!" Ajak Nadine sambil menarik tangan Sharen. Sharen pasrah ditarik oleh Nadine, hatinya sudah tak karuan rasanya. Bagaimana mungkin Devan mengkhianatinya. Selama ini sikap.Devan kepadanya tak berubah.
"Setelah makan kita kemana?" Tanya si wanita sambil menggelayut manja.
"Kemana saja, asal kau senang" Jawabnya sambil tersenyum dan mengacak rambut si wanita.
"Terimakasih sayang, nanti kita cek jam couple yang aku tunjukin ke kamu kemarin yah" Katanya.
"Ok sayang" Jawab Devan. Sharen mematung mendengar panggilan sayang antara Devan dan wanita itu. Betapa sakit hatinya melihat dan mendengar itu semua. Tanpa disadarinya, kedua pipinya telah dibasahi oleh air mata. Nadine menggoyang tubuh Sharen, agar Sharen kuat.
"De... Devaaan?" Panggil Sharen dengan suara lemah. Ternyata pasangan itu mendengar suara Sharen diantara hiruk pikuk keramaian di tempat itu. Devan berbalik dan melihat Sharen tak jauh di belakangnya. Dan pasti mendengar semua pembicaraannya dengan gadis disampingnya.
"Sha... Sharen? Kamu disini?" Tanya Devan tak percaya.
"Siapa sayang?" Tanya wanita itu sambil menggenggam erat jemari Devan tanpa ada penolakan dari Devan.
"Jadi gini kelakuan kamu?" Tanya Sharen.
"Aku bisa jelasin..."
"Aku tak perlu penjelasan. Aku sudah dengar semua Dev! Ternyata kamuuuu... " Sharen tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya.
"Kamu siapa?" Tanya wanjta itu lagi menunjuk Sharen.
"Aku Sharen yang akan menjadi masa lalu dia!" Jawab Sharen menunjuk Devan.
"Ap... Apaaaa? Tidak Sharen! Aku tak akan membiarkan itu terjadi!" Kata Devan dengan mjka memerah.
"Oh yaaa?" Kata Sharen sambil melirik jemari mereka yang masih bertaut. Devan segera menyadaringa lalu menghempaskan tangan
si wanita.
"Sharen... Aku akan jelasin semua. Maafkan aku. Semua ini nggak seperti yang kamu bayangkan" Devan panik sendiri mendekati Sharen. Sharen berdiri mematung.
"Aku membayangkan apa? Tak pernah aku membayangkan Dev. Justru aku melihat fakta hari ini. Lupakan pertunangan kita, jangan temui aku lagi. Kita sudahi semuanya. Ku mohon" Kata Sharen sambil mengusap air matanya.
"Tidak sayang. Jangan katakan itu. Aku masih sayang dan cinta kamu. Aku siap tinggalkan dia dan membuatmu percaya kembali padaku" Kata Devan memelas.
Sharen hanya meliriknya sementara si wanita menjerit.
"Apaaaa? Kamu mau ninggalin aku? " Teriak si wanita. Hingga banyak orang melihat kearah mereka. Nadine jadi kikuk tak tahu harus mau ngapain
"Diam kamu!" Bentak Devan.
"Sudahlah Dev, jangan bentak dia. Lepaskan aku. Kita jalani masing-masing. Maafkan aku, aku lelah" Kata Sharen lalu berbalik badan.
"TUNGGU... !" Teriak seseorang. Mereka semua terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Melia Andari
halo kk aku hadir paket lengkap ya smangat trus nulisnya..
Krn aku baca ceritanya bagus dan penyampaian bahasanya juga mudah diterima 🤗♥️
2023-10-02
0