Part 11

"TUNGGU...!" Teriak seseorang. Semua terdiam dan melihat siapa yang berteriak. Ternyata dia adalah ...

Dia adalah Rehan. Entah apa yang dilakukannya disini. Tapi sepertinya keadaan terselamatkan. Rehan berjalan mendekati mereka.

"Ada apa ini? Ramai sekali..." katanya sambil berdiri disamping Nadine.

"Tidak ada apa-apa, permisi..." kata Sharen lalu berbalik dan pergi. Nadine mengikutinya.

Rehan lebih memilih berlalu dan mengikuti Nadine dan Sharen. Mereka berjalan ke arah parkiran dan akan kembali pulang. Rehan memutar balik mobilnya dan kembali ke rumahnya. Sepertinya Nadine dan Sharen butuh waktu menenangkan diri.

"Salahku dimana Nad?"

"Kamu nggak salah, emang dia aja yang rada nggak bener. Dimana kurangnya kamu? nggak ada!" jawab Nadine berapi-api.

"Aku nggak nyangka, padahal kita udah deket dan ngerencanain semua. Sekarang semua itu musnah!"

"Ssst... sabar. Kita lihat sampai dimana dia bisa bertahan ama cewek ABG begitu. Ampuun deh seleranya. Jauh kamu kemana-mana"

"Aku nggak tahu, aku harus gimana Nad?" Tanya Sharen bersimbah air mata.

"Bangkit! buat apa nangisin cowok yang jelas-jelas nggak setia dan mentingin cewwk lain. Ayolah... Kalian sudah hampir nikah. Dan dia dengan bo*ohnya bertingkah!" Kata Nadine. Sharen hanya diam, tapi air mata masih mengalir di pipinya.

"Aku tidur disini, terserah boleh atau nggak!" Kata Nadine. Sharen menatap Nadine penuh haru.

"Jangan liat aku kayak gitu, ntar dikira kamu naksir aku. Iiiih... ogah!" Nadine bergidik, Sharen tersenyum sekilas melihat tingkah Nadine. Entah bagaimana jadinya bila tifak ada Nadine saat itu. Mungkin ia akan berteriak dan bertingkah seperti anak kecil kehilangan lollipopnya.

"Thanks Nad" Ucap Sharen tulus.

"Welcome, dah ah... tidur yuk!" Ajak Nadine menarik tangan Sharen. Mau tak mau Sharen ikut ke kamar, mengganti baju dan pura-pura tidur di samping Nadine.

Memangnya segampang itu melupakan kejadian tadi? Tidak, masih membayang dengan jelas semua kejadian tadi. Sakit sekali rasanya di khianati tepat di depan mata. Perlahan air mata Sharen kembali mengalir. Seribu tanya di kepalanya tak terjawab. Terlalu banyak pertanyaan mengapa untuknya.

Sharen menarik napas, lalu berbalik memunggungi Nadine. Ia tak ingin Nadine memgetahui bahwa ia masih menangisi Devan. Tapi pikirannya selalu mengarah kesana dan tak mampu di bendung.

Apalagi Sharen mengingat semua kebaikan dan tinhkah laku Devan selama ini. Bagaimana ia dengan rela menunggui Sharen saat sakit demam berdarah di rumah sakit berhari-hari. Bagaimana romantisnya Devan mengajaknya makan malam. Mengantar dan menjemputnya, bahkan kenangan manis berupa kiriman bunga dan cemilan untuknya.

Tapi semua itu hancur berantakan akibat kejadian hari ini. Entah apa yang salah pada dirinya, hjngga Devan bisa berselingkuh dengan wanita lain. Padahal selama ini sikap.Devan takmpernah berubah untuknya. Devan masih seperti Devan yang dulu.

***

Kelelahan mendera tubuhnya, tapi aroma khas membuat Sharen membuka matanya. Dia melihat kesekeliling tak di temukannya Nadine. Lalu ia melirik ke jam disamping meja. Pukul 02.00 dini hari. Sharen menguap dan mendengar perutnya berbunyi.

Ia segera bangkit dan menuju dapur. Lalu melihat Nadine berkutat dengan sayuran dan merebus mie instan. Dia tersenyum. Ia lupa Nadine pasti merasa lapar, karena tadi tak sempat menyantap makan malam.

"Mau ku bantu?" Tawar Sharen.

"Hei... Ngagetin aja, Nggak usah ah. Kamu mau?" Tanya Nadine.

"Boleh deh, yang pedes yah!" Pinta Sharen.

"Siap Nona!" Kata Nadine. Sharen berjalan ke meja makan, mengambil air dingin dan meminumnya hingga tandas segelas. Ia merasa haus dan lapar setelah menguras air mata. Sekarang ia pasrah dengan ap yang terjadi. Sedih itu pasti, tapi entah sampai kapan.

"Nih, yuk makan!" ajak Nadine sambil.meletakkan semangkuk mie instan juga sebotol kecap dan saus. Mie yang menggugah selera dengan toping daun seledri dan bawang goreng. Tapi ia seolah merasa kenyang.

"Makan!" Nadine menyodorkan sendok. Sharen mengambil sendok dan mengaduk mie tanpa berniat memakannya.

"Maaf ya Nad"

"Buat?"

"Bikin kamu kelaperan" Kata Sharen.

"Its oke, aku mah santuy. Kamu tuh yang harus makan banyak. Jangan sampai nanti pas ketemu Devan malah badan kamu kurus. Nggak semok lagi. Eeh maaf!" Kata Nadine sambil menangkupkan kedua tangannya sebagai permohonan maaf melihat Sharen terdiam saat Nadine menyebut Devan.

"Nggak apa-apa Nad, aku harus lupain dia" Jawab Sharen.

"Kamu nggak mau denger penjelasan dia?" Tanya Nadine

"Penjelasan apa? Semua udah jelas Nad, panggilannya dan sikap mereka. Buatku muak!" Sharen membuang muka.

"Ya emang sakit sih, tapi kan tetap harus diselesaikan. Tunjukin bahwa kamu kuat. Dengerin aja penjelasan dia. Keputusan tetap fi kamu. Aku percaya kamu tau yang terbaik"

"Susah Nad, satu sisi aku masih sakit hati. Tapi disisi lain aku masih sayang sama dia"

"Ya iyalah, sekian tahun pacaran. Pasti nggak mudah. Tapi pelan-pelan kamu pasti bisa!"

"Makasih banyak y Nad, aku nggak tahu kalau nggak ada kamu"

"Santai aja, kayak apa aja. Jangan terlalu formal, ntar ada tarifnya hehehe" Nadine terkekeh mau nggak mau Sharen juga ikut tersenyum meski samar.

Setelah makan, Nadine dan Sharen memutuskan untuk duduk di ruang santai milik Sharen. Ruang yang terdapat sofa empuk dan bantalan, serta televisi besar menghiasi dinding. Di sudut ruangan terdapat akuarium dengan berbagai jenis ikan. Aluarium itu dihiasi lampu berwarna biru, saat lampu dimatikan membuat suasana menjadi sendu

Mereka menonton televisi meski pikiran melanglang keluar. Terutama Shafen yang masih memikirkan Devan. Lelah rasanya memikirkan Devan, tapi itu semua tak dapat dinhapus dari ingatannya.

"Nad, kamu ngeliat ada yang aneh nggak sama Devan belakangan ini?" Tanya Sharen mengalihkan wajah dari televisi.

Nadine mengangkat bahu tanda tak tahu. Gimana mau tahu, ketemu aja jarang dan ia baru saja kembali dari rumah orangtuanya.

"Menurut kamu? Ada yang beda nggak?" Tanya Nadine. Sharen menggeleng.

"Dia tetap seperti Devan yang biasanya. Tak pernah berubah. Tapi kenapa hatinya mudah sekali berubah ya?" Tanya Sharen.

"Kita nggak tau, besok kita coba cari tau oke? jangan sedih lagi, kamu bisa lewatin ini"

"Semoga Nad, huhuhu Devan jelekkkkk!" Teriak Sharen. Air mata kembali menetes dinkedua pipinya. Nadine memeluknya memberikan kekuatan untuk Sharen agar tak larut dalam kesedihan.

Andai itu terjadi pada dirinya dan Vico entah apa yang akan dilakukannya. Tentu ia akan lebih sadis dan tak bisa mengontrol emosi seperti yang dilakukan Sharen. Ia akan menjambak dan mencakar wajah perempuan itu. Ia tak sanggup bila langsung melihat kenyataan seperti Sharen tadi. Ia termasuk wanita kuat dan pengalah. Mampu meredakan emosi di tempat keramaian. Entah apa yang ada dinpikiran Devan hingga ia betani berselingkuh terang-terangan dan di tempat ramai. Semoga besok ia dan Sharen menemukan jawabannya.

Terpopuler

Comments

simta dila

simta dila

kak ceritanya bagus tp knp beda sama sinopsisnya ya?

2023-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!