...
...
13:40
Kali ini Ava tengah berada di sebuah supermarket terdekat di rumahnya. Memilih berbagai macam camilan dan minuman yang sudah tersedia, memasukkan satu persatu logistik yang ia pilih.
...
...
Tadi jam sebelas mereka sudah masuk ke dalam grup kelompok sembilan, nama pembinanya kak Risa Dwi Feby biasa di panggil, Kak Risa. Dia anak kelas XI Ipa 5 dan entah bagaimana rupa kak Risa karena Ava belum pernah melihatnya.
Setiap kelompok jumlahnya ada tiga puluh lima anak, lima belas perempuan dan dua puluh anak laki-laki. Serta di bagi tiga orang anak menyandang satu tugas, entah kebetulan atau di sengaja Ava, Ana, dan Agnes kebagian tugas membawa logistik, dan nanti uangnya akan di ganti dengan cara patungan.
Tapi Ava menolaknya dengan alasan, 'Nggak papa biar saya aja, saya, 'kan, holkay'.
What the hell?
Demi Tuhan, yang baca pesan itu pasti kesal, dan ingin sekali menabok wajah rupawan Ava. Dan yang bikin lebih geregetan lagi, Ava tidak sadar akan dirinya yang kelewat sombong.
Holkay mah bebas.
Ana dan Agnes tidak mau ikut belanja karena katanya mager. Ava menyetujui untuk belanja sendiri tapi dengan syarat Ana dan Agnes mempersiapkan keperluan kemahnya tanpa ada yang tertinggal, dan setelah Ava pulang harus sudah siap.
Setelah selesai Ava menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya.
"Mas, saya mau belanja lagi. Saya balik harus selesai, yaa." tuntut gadis itu.
"Iya, silahkan." jawab Penjaga kasir itu ramah.
Ava memilih-milih varian rasa ice cream. Ava mengambil tiga ice cream rasa alpukat, dua rasa melon, dan dua lagi rasa vanila.
Brukk
Saat Ava berbalik, ia tak sengaja menabrak seseorang.
Untung saja ice cream miliknya tidak jatuh. Gadis itu bernafas lega dan melihat siapa orang itu.
Alan.
Ya. itu Alan yang tengah berdiri dengan kedua tangannya di depan dada untuk menengahi, agar dirinya tidak menabrak dada cewek itu. Gawat kalau kena.
"Sorry, nggak kena kok ..." jelasnya dengan wajah canggung.
"Apanya yang nggak kena?" tanya Ava memancing.
"Dada, lo,"
Ava tersenyum simpul. "Kena juga nggak papa. Awokawokawok ..." Alan terkekeh pelan, "... yaudah yaa, gue balik dulu," pamit Ava berjalan melalui Alan.
Ava berhenti sejenak, berbalik dan menatap Alan dari bawah ke atas yang juga tengah melihat ke arahnya, hoodie merah dan celana selutut membuat kesan casual di diri Alan. "Lo, ngapain di sini?"
"Gue dapat tugas dari kak Risa, disuruh beli hadiah buat nanti pas malam pertunjukan," jawab Alan santai.
"Owwh." kata Ava lalu berbalik menuju kasir. Alan tersenyum sekilas menatap kepergian Ava.
"Nih mas sekalian," Ava memberikan tujuh ice cream yang ia pilih tadi.
"Totalnya tiga ratus ribu." kata Penjaga kasir. Ava memberikan tiga lembar uang berwarna merah.
Ternyata belanjaannya ada tiga plastik besar dan satu plastik kecil berisi ice cream. Ava memasukkan belanjaannya kedalam mobil di bagian belakang. Ava membawa mobil mewah berwarna hitam hadiah kelulusan tahun lalu yang di berikan Ayah nya, 'kan, tidak mungkin membawa barang belanjaan sebanyak ini dengan motor.
Menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar. Ava tidak berani membawa mobil jauh-jauh, karena ia belum cukup umur untuk membawa mobil. Lagi pula Ava belum terlalu handal dalam mengandarainya.
Ada yang tidak beres?
Ava menepikan mobilnya karena ia merasa mobilnya akan mati. Ava keluar dari mobil mengitari seluruh badan mobil.
"Gimana, nih? Mana tahu gue kalo soal ginian?" Menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu melipat tangan di depan dada, "... pake acara mogok segala lagi? Laper dah nih gue,"
Sebuah motor sport hitam mendekat ke arah Ava. Tidak terlihat wajahnya karena orang itu memakai helm full face yang warnanya senada dengan motor sang pemilik.
Dia turun dari motor dan membuka helm.
Dia ....
Aras.
"Astaga jantung gue nggak terkontrol."
Aras terlihat sangat cool dengan rambutnya yang basah, rahangnya yang tegas, dan wajah rupawan miliknya.
Cowo itu mendekati Ava. "Mobil lo kenapa, Va?" tanya Aras bergantian menatap Ava dan mobilnya.
"Mogok nih. Bantuin dong Kak, gue nggak tahu masalah ginian ..." jelas Ava memohon.
"Yaudah. Gue cek dulu," Aras mengitari mobil dan masuk kedalamnya.
Mencoba menstater tapi tak bisa menyala, sudah berkali-kali Aras melakukannya. Cowok itu menyadari sesuatu lalu melihat ke arah speedometer. Bensinnya abis ternyata!
Aras keluar dari mobil sambil tertawa, mendekat ke arah Ava. "Ini mah bukan mogok namanya, tapi bensinnya habis," Ava tersenyum malu. Ternyata ia lupa mengisi bensin.
"Yaudah. Lo tunggu di sini, gue beliin bensin dulu." tutur Aras manaiki motor lalu memakai helm.
"Iya." jawab Ava malu. Aras melajukan motornya meninggalkan Ava.
"Gila, malu banget, gue."
***
14:05
"Mana sih, lama banget? Berak dulu kali, yaa?"
Ava kini duduk mengemper di depan toko yang sudah tutup. Memandangi mobil mewah hitam miliknya yang sama sekali tidak bergerak
"Duhh laper banget lagi, di sini juga kenapa nggak ada yang jualan apa gitu? Sepi banget kayak hati gue." gerutu Ava menendang kerikil kecil di depan nya.
Sebuah motor matic mendekati Ava. Dan parkir di depannya.
"Kayak ngga ada tempat parkir aja? Kalau gini kan kesannya gue kayak gelandangan."
Orang itu membuka helmnya.
Dia ....
Alan.
"Ava, lo ngapain di sini? Kok, nggak pulang?" tanya Alan datar dengan wajah datar.
Ava menghembuskan nafas kasar. "Bensin abis, terus nungguin kak Aras beli bensin. Lama banget lagi," jelas Ava kesal bibirnya perlahan lahan mulai maju ke depan.
"Kalau lo, ngapai di sini?" Giliraan Ava yang bertanya.
"Tadi gue lewat, terus nggak sengaja liat lo ngemper di sini,"
"Oowh gitu."
Kruk
Kruk
Tiba-tiba saja perut Ava berbunyi. Memang, yaa, cacing di dalam perutnya ini tidak tahu diri, dan untuk kedua kalinya belum genap setengah hari Ava sudah membuat dirinya di tertawakan.
Alan terkekeh pelan. "Lo, lapar?" tanya Alan.
Ava mengangguk. "Hehe. Iya ..."
Alan memakai helm nya. "Yaudah yuk kita makan dulu, daripada lo di sini lontang-lantung nggak ada kerjaan." ajak Alan menawarkan ajakan yang sangat menggiurkan.
Ava berpikir sebentar, kalau nanti Aras kembali dan Ava tidak ada bagaimana?
"Alah tinggal chat aja gue lagi makan."
Ava mengambil hp nya mencari nomor Aras dan mengirimkan pesan pada cowok itu.
^^^Ava^^^
^^^Kak Aras gue mau makan dulu, nanti kalau udah nyampe chat atau telpon aja.^^^
Ava bangkit. "Yaudah, yuk!"
Akhir nya Ava menyetujui ajakan cowok itu. Ava duduk di belakang dan berpegangan pada hoodie maroon Alan.
Alan tersenyum di balik kaca helmnya.
"Rejeki anak sholeh."
***
Ava dan Alan kini ada di sebuah cafè yang menurut Ava minimalis tapi keren dengan ada nya mural mural bertema kehidupan dan sindiran.
Tema dan suasananya anak muda banget.
...
...
Mereka berdua sudah menghabiskan sepiring black pepper sauce spaghetti, dan tentunya kalau Ava memesan jus alpukat, sedangkan Alan hanya memesan air mineral.
...
...
"Eeh, Lan, lo tadi beli kado apa?" tanya Ava sambil meminum jus miliknya.
"Lo liat aja nanti. Yang pasti berguna banget buat, kak Risa," jawab nya sambil tersenyum manis.
Idih senyum nya bikin gue diabetes!
"Kok, lo tau nama gue, Va?" kini giliran Alan yang bertanya.
"Ooh kata Agnes kemarin. Katanya lo orangnya cuek," jelas Ava terus terang tanpa ada beban.
Alan mengernyitkan dahinya. "Cuek?"
Ava mengangguk pelan. "Iya, tapi kayaknya dia bohong deh, lo nggak cuek kayaknya?"
"Giliran gue, kok lo tau nama, gue?"
Alan menghela nafas pelan. "Lo tau alasan nya, Va."
Ava mengangguk sambil tersenyum sombong. Famous.
Hp Ava berbunyi dan ternyata ada pesan masuk dari Aras.
Aras
Gue udah di sini, Lo buruan balik.
"Alan, balik yuk! Kak Aras udah di sana." Mereka berjalan menuju kasir.
Alan yang membayarnya karena sebelum masuk ke dalam cafè tadi. Ava lupa kalau dompetnya tertinggal di mobil.
Setelah membayar mereka segera menjalankan motornya menyusul Aras.
***
Terlihat di sana sudah ada Aras yang duduk di atas motor dengan gagahnya. Ava turun dari motor dan menghampiri Aras sedangkan Alan masih setia duduk di motornya, sambil melihat interaksi kedua orang itu.
"Maaf yaa, Kak, tadi gue makan dulu sama, Alan," Ava menunjuk ke arah Alan. "Jadi nggak enak nih udah bikin cogan nunggu." lanjutnya dalam hati.
"Iya, nggak papa kok. Gue juga maaf udah buat lo nunggu lama sampai kelaperan," balas Aras menatap Alan sekilas.
"Gue yang bantuin beliin bensin, malah dia yang yang jalan berdua terus gue di tinggalin. "
...***...
...Ditulis tanggal 10 April 2020...
...Dipublish tanggal 14 Februari 2021...
...***...
...Jangan lupa tinggalkan jejak untuk menghargai karya Author, supaya Authornya juga senang dan semangat nulisnya. Nanti kalau kalian nemu ada yang copas cerita Aku atau apa tolong banget kasih tahu Aku, ya! Tapi ngasih tahunya jangan komen, langsung aja chat Aku. Thank you and happy reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-07-28
0
Miss haluu🌹
Serasa jd anak SMA lg akuh...😆
Remaja-remaja keceh...😂😂
2021-03-30
0
Yura
Pilih yang mana tuh, Ava? Si ketua geng, apa yang belesung pipit?
2021-02-20
2