...
...
06:45
Seorang gadis berdiri sambil tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, dengan balutan make up tipis dan rambut hitam agak coklat tergerai panjang. Cantik.
Bersiap untuk pergi ke sekolah yang sudah ia tempati tiga hari terakhir, SMAN Tri Bakti Jakarta Pusat.
SMA yang terkenal karena tidak mengenal sogok menyogok, beli bangku dan lain-lain yang bersifat memaksa atau di paksa karena uang. Serta lebih mengutamakan kejujuran, perilaku dan yang yang terakhir adalah cara bermain otak.
Ava mengambil tas gendong nya di kasur lalu menyampirkan di salah satu bahu, dan langsung turun ke lantai bawah.
"Agnes, Ana cepetan! Gue nggak mau, yaa, kita telat!" teriak gadis itu menatap ke lantai atas.
Dia ....
...
...
...[Ava Angelina Putri]...
"Iya!" jawab salah satu gadis yang turun ke bawah menyusul Ava.
Dia ....
...
...
...[Agnes Tri Sukmawati]...
Dan di susul satu gadis lagi yang menyusul mereka. "Sabar kenapa, sih?"
Dia ....
...
...
...[Isyana Azifa Delina]...
Ava memang tidak tinggal sendirian di rumah berlantai dua ini, tapi ada dua sahabatnya juga.
Setelah semuanya siap, mereka memakai helm dan segera pergi ke sekolah dengan motor matic mereka yang telah di modif sesangar mungkin siap untuk menembus jalanan Ibu Kota.
Motor mereka berjejer rapi di parkiran sekolah, Ava dengan motor dominan warna biru tua dan warna gold, Agnes dengan dominan warna hijau agak terang dan warna ungu tua, sedangkan Ana dengan dominan warna merah dan warna orange.
Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas sambil melihat lihat seluruh siswa di koridor. Karena masa MPLSnya juga sudah selesai, jadi para siswa di haruskan memakai seragam beserta atribut sekolah lengkap yang sudah di sediakan dan di berikan pihak sekolah tepat saat pendaftarannya.
Atau justru mereka lah yang menjadi pusat perhatian di seluruh sekolah, baik anak kelas X, XI atau XII. Mereka tergolong cukup famous untuk sekelas anak baru.
Itu semua di dukung dengan motor mereka yang bisa di kategorikan mencolok, wajah cantik, ramah, dan sangat friendly.
Mereka bertiga bersyukur karena MPLS sudah selesai kemarin, jadi hari ke empat dan dua hari ke depan tidak perlu membawa barang-barang aneh itu lagi. Barang-barang khas anak didik baru seperti name tag dari kardus, tas plastik, topi separuh bola, aneka logistik, dan lain-lain.
Memang menyenangkan, tapi harus kalian tahu itu sungguh melelahkan juga sangat ribet. Permainan, peraturan juga hukuman yang di berikan kakak pembina tidak tanggung-tanggung dan sangat aneh, kalian pasti tahu, 'kan, bagaimana rasanya.
Ruang kelas mereka di lantai dua, tapi mereka tidak satu kelas sama seperti di SMP dulu. Di lantai paling bawah ruangan para guru, dan di lantai paling atas kelas X anak Ipa. Sedangkan bangunan kelas XI dan XII berbeda, secara berturut turut Agnes di X Ips 3, Ava di X Ips 4, dan Ana di X Ips 5.
"Bye." pamit mereka bersamaan. Saling melambaikan tangan dan tersenyum, lalu masuk ke dalam kelas masing-masing.
Ava sengaja memilih tempat duduk nomor tiga dari depan di dekat jendela, karena ingin melihat para cogan-cogan baru lewat, dan siapa tahu ada yang nyangkut dengannya.
"Good morning," sapa seorang gadis sambil tersenyum lalu duduk di samping Ava.
Dia ....
...
...
...[Safira Oktaviana]...
Ava tersenyum manis sebagai jawaban lalu menopang dagunya. "Nanti istirahat ke dua ke lapangan basket, yuk! Sekalian cuci mata gitu?"
Safira memutar bola matanya malas, lalu menonyor kepala Ava. "Yee ... itu mah hobi lo, oon!"
"Hai cantik, nanti pulang sekolah jalan bareng, yuk?" ajak Dino yang tiba tiba duduk di depan Safira. Teman sekelas mereka.
Dia ....
...
...
...[Dino Danaraga]...
"Nggak sudi!" jawab Ava sambil memasang wajah ingin muntah.
"Lo pagi-pagi pengen di tampol yaa, Din, kayaknya?" sinis Safira menatap tajam Dino.
Ava dan Safira kebetulan sudah agak hafal dengan teman sekelas mereka, juga beberapa siswa dari kelas lain, tidak semua siswa disana dari sekolah berbeda, ada juga yang dulunya bersekolah sama dengan mereka. Dan saat pertama kali berkenalan dengan siswa baru lainnya, kebanyakan dari mereka langsung meminta nomor WhatsApp agar semakin dekat baik di dunia maya atau dunia nyata, bukan menyimpan semua nomor WhatsApp mereka yang meminta, karena pastinya juga, 'pilih pilih'.
Jangan salah paham dengan kata 'pilih pilih' karena kalian pasti tahu apa maksudnya.
"Aelah, nggak seru lo! Kurang ganteng apa coba? Perasaan gue di tolak mulu dah?" cibir Dino masih belum pergi.
Safira bangkit dan menggertak Dino dengan ancang-ancang melayangkan pukulan ke arahnya. "Pergi nggak lo! Pagi-pagi udah nganggu aja!"
"Eeiits. Sabar, Bos. Sabar ..." Dino bangkit dari duduknya, "... kayaknya, lo kalo puasa batal mulu deh, Fir?" ledek Dino lalu berlari menuju mejanya sendiri di pojok paling belakang. Maklum, ciri-ciri orang malas.
Ava tertawa ngakak. "Thanks, Fir. Nggak ada kapok-kapoknya genitin cewek. Eeh tapi nanti awas loh kalau lo suka sama dia!" ledek Ava terkekeh geli.
"Issh apaan sih, lo? Nggak, ya, ngapain coba suka sama tu perkedel tempe?" kata Safira ngegas mengibas-ngibaskan tangannya, "... malah nanti lo lagi yang suka sama dia?"
"Idih, nggak, ya? Nggak suka gue kalau modelan kek biji kopi gitu, kalau sekelas sama kayak dewa-dewa yunani sih, gue mau!" Ava tersenyum sambil mengerjapkan matanya.
Safira menempelkan punggung tangannya di dahi Ava. "Wah, wah, mulai halu nih? Lo kayaknya udah gila deh, Va?"
"Eeh eng-" ucapan Ava terpotong karena ada seorang guru yang datang.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa guru laki-laki yang cukup muda dengan postur tubuh besar nan tinggi.
"Pagi, Pak!" jawab seluruh siswa dan siswi kompak.
"Perkenalkan, nama saya Ahmad Risdianto, " kata Guru itu sambil menuliskan namanya di white board, "... biasa di panggil, Pak Dian. Saya guru Bahasa Indonesia, sekaligus wali kelas kalian ..." Pak Dian menyendenderkan dirinya di meja guru, dan menatap satu persatu muridnya, "... secara singkat saya sudah memperkenalkan diri saya. Sekarang giliran kalian, di mulai dari yang paling depan sebelah kanan, bentuk seperti ular, ada yang perlu di tanyakan?"
"Tidak!" jawab seluruh siswa maupun siswi.
Satu persatu mereka berdiri sambil memperkenalkan diri mereka. Suasana kelas yang asalnya hening menjadi sedikit ramai dan Ava hanya tinggal menunggu gilirannya, dan kejadian perkenalan diri sebelum sebelumnya juga pasti akan terjadi.
Safira berdiri dengan bangga dan memperkenal dirinya. "Perkenalkan, nama saya Safira Oktaviana. Asal sekolah SMPN Bina Bangsa Jakarta."
Safira kembali duduk dan sekarang giliran Ava.
Ava menghela nafas dan berdiri dengan malas, seluruh siswa di kelas itu langsung diam dan menatap ke arahnya.
"Perkenalkan, nama saya Ava Angelina Putri. Asal sekolah dari SMPN Bunga Pelita Jakarta."
"Udah tahu!" jawab seluruh siswa sambil tersenyum. Pak Dian saja yang melihat itu sampai terkekeh pelan.
Tanpa ada yang menyadari, di bagian tempat duduk paling pojok sebelah kiri sedari tadi ada dua pasang mata yang menatap Ava, lalu menunjukkan senyum smirknya.
Ava kembali duduk, dan tersenyum malu. Apalagi Safira yang selalu meledeknya dengan sebutan, 'Lucky girl'.
Ini lah kejadian yang menurut Ava unik, yang terjadi hanya di SMA setiap Ava memperkenalkan dirinya. Apa ada yang salah dengannya? Sefamous itukah dia?
Nasib orang cantik emang beda ya.
***
09:30
Kini Ava dan Safira tengah duduk di kantin paling belakang sekalian menyender dan curi curi pandang. Menunggu pesanan mereka datang, juga agar nanti Ava dan Safira terhindar dari cowo-cowo gila seperti Dino.
"Ini, Neng." kata ibu sang pemilik stand bakso datang dengan dua mangkok bakso super pedas, satu jus alpukat milik Ava, dan satu jus mangga milik Safira.
...
...
...
...
...
"Iya Ibu, makasih, yaa ..." kata Ava sebelum ibu yang Ava tak tahu namanya itu pergi.
"Di sini most wantednya siapa, sih? Nggak mungkin, 'kan, sekolah segede ini nggak ada most wanted, nya?" tanya Ava meminum sedikit jus miliknya lalu memakan bakso.
"Setiap sekolah juga punya idola kali, Va. Gue juga belum liat tuh!" jawab Safira fokus memotong bakso nya menjadi dua bagian.
Ava memberhentikan kegiatannya, menyatukan kedua tangan, mulai berkhayal. Dan saat itu juga Safira langsung fokus menatap Ava dengan wajah datar. Kumat lagi.
"Semoga most wanted di SMA kita kayak di novel-novel gitu. Yang ganteng pake banget, ketua geng motor, yang cuek-cuek perhatian, pokoknya perfect banget deh."
Ava menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum senang. Menyudahi bayangan most wanted di otaknya karena sudah tak kuat denga hal itu. Tapi kembali ke kata awal, 'Semoga'
Udah gila beneran kayaknya ni orang.
...***...
...Selamat karena kalian sudah membaca chapter pertama!...
...Bagaimana kesannya? Masih ingin lanjut, kah?...
...***...
...Ditulis tanggal 04 April 2020...
...Dipublish tanggal 13 Februari 2021...
...***...
...Jangan lupa tinggalkan jejak untuk menghargai karya Author, supaya Authornya juga senang dan semangat nulisnya. Nanti kalau kalian nemu ada yang copas cerita Aku atau apa tolong banget kasih tahu Aku, ya! Tapi ngasih tahunya jangan komen, langsung aja chat Aku. Thank you and happy reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Miss haluu🌹
eeemmm...cerita" anak SMA toh??
Seru nih kayaknya..? jd pengen sekolah lagi..??🤭
Semangat!!!😊
2021-03-30
0