Chapter 01 ~ Berangan-angan

...

...

06:45

Seorang gadis berdiri sambil tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, dengan balutan make up tipis dan rambut hitam agak coklat tergerai panjang. Cantik.

Bersiap untuk pergi ke sekolah yang sudah ia tempati tiga hari terakhir, SMAN Tri Bakti Jakarta Pusat.

SMA yang terkenal karena tidak mengenal sogok menyogok, beli bangku dan lain-lain yang bersifat memaksa atau di paksa karena uang. Serta lebih mengutamakan kejujuran, perilaku dan yang yang terakhir adalah cara bermain otak.

Ava mengambil tas gendong nya di kasur lalu menyampirkan di salah satu bahu, dan langsung turun ke lantai bawah.

"Agnes, Ana cepetan! Gue nggak mau, yaa, kita telat!" teriak gadis itu menatap ke lantai atas.

Dia ....

...

...

...[Ava Angelina Putri]...

"Iya!" jawab salah satu gadis yang turun ke bawah menyusul Ava.

Dia ....

...

...

...[Agnes Tri Sukmawati]...

Dan di susul satu gadis lagi yang menyusul mereka. "Sabar kenapa, sih?"

Dia ....

...

...

...[Isyana Azifa Delina]...

Ava memang tidak tinggal sendirian di rumah berlantai dua ini, tapi ada dua sahabatnya juga.

Setelah semuanya siap, mereka memakai helm dan segera pergi ke sekolah dengan motor matic mereka yang telah di modif sesangar mungkin siap untuk menembus jalanan Ibu Kota.

Motor mereka berjejer rapi di parkiran sekolah, Ava dengan motor dominan warna biru tua dan warna gold, Agnes dengan dominan warna hijau agak terang dan warna ungu tua, sedangkan Ana dengan dominan warna merah dan warna orange.

Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas sambil melihat lihat seluruh siswa di koridor. Karena masa MPLSnya juga sudah selesai, jadi para siswa di haruskan memakai seragam beserta atribut sekolah lengkap yang sudah di sediakan dan di berikan pihak sekolah tepat saat pendaftarannya.

Atau justru mereka lah yang menjadi pusat perhatian di seluruh sekolah, baik anak kelas X, XI atau XII. Mereka tergolong cukup famous untuk sekelas anak baru.

Itu semua di dukung dengan motor mereka yang bisa di kategorikan mencolok, wajah cantik, ramah, dan sangat friendly.

Mereka bertiga bersyukur karena MPLS sudah selesai kemarin, jadi hari ke empat dan dua hari ke depan tidak perlu membawa barang-barang aneh itu lagi. Barang-barang khas anak didik baru seperti name tag dari kardus, tas plastik, topi separuh bola, aneka logistik, dan lain-lain.

Memang menyenangkan, tapi harus kalian tahu itu sungguh melelahkan juga sangat ribet. Permainan, peraturan juga hukuman yang di berikan kakak pembina tidak tanggung-tanggung dan sangat aneh, kalian pasti tahu, 'kan, bagaimana rasanya.

Ruang kelas mereka di lantai dua, tapi mereka tidak satu kelas sama seperti di SMP dulu. Di lantai paling bawah ruangan para guru, dan di lantai paling atas kelas X anak Ipa. Sedangkan bangunan kelas XI dan XII berbeda, secara berturut turut Agnes di X Ips 3, Ava di X Ips 4, dan Ana di X Ips 5.

"Bye." pamit mereka bersamaan. Saling melambaikan tangan dan tersenyum, lalu masuk ke dalam kelas masing-masing.

Ava sengaja memilih tempat duduk nomor tiga dari depan di dekat jendela, karena ingin melihat para cogan-cogan baru lewat, dan siapa tahu ada yang nyangkut dengannya.

"Good morning," sapa seorang gadis sambil tersenyum lalu duduk di samping Ava.

Dia ....

...

...

...[Safira Oktaviana]...

Ava tersenyum manis sebagai jawaban lalu menopang dagunya. "Nanti istirahat ke dua ke lapangan basket, yuk! Sekalian cuci mata gitu?"

Safira memutar bola matanya malas, lalu menonyor kepala Ava. "Yee ... itu mah hobi lo, oon!"

"Hai cantik, nanti pulang sekolah jalan bareng, yuk?" ajak Dino yang tiba tiba duduk di depan Safira. Teman sekelas mereka.

Dia ....

...

...

...[Dino Danaraga]...

"Nggak sudi!" jawab Ava sambil memasang wajah ingin muntah.

"Lo pagi-pagi pengen di tampol yaa, Din, kayaknya?" sinis Safira menatap tajam Dino.

Ava dan Safira kebetulan sudah agak hafal dengan teman sekelas mereka, juga beberapa siswa dari kelas lain, tidak semua siswa disana dari sekolah berbeda, ada juga yang dulunya bersekolah sama dengan mereka. Dan saat pertama kali berkenalan dengan siswa baru lainnya, kebanyakan dari mereka langsung meminta nomor WhatsApp agar semakin dekat baik di dunia maya atau dunia nyata, bukan menyimpan semua nomor WhatsApp mereka yang meminta, karena pastinya juga, 'pilih pilih'.

Jangan salah paham dengan kata 'pilih pilih' karena kalian pasti tahu apa maksudnya.

"Aelah, nggak seru lo! Kurang ganteng apa coba? Perasaan gue di tolak mulu dah?" cibir Dino masih belum pergi.

Safira bangkit dan menggertak Dino dengan ancang-ancang melayangkan pukulan ke arahnya. "Pergi nggak lo! Pagi-pagi udah nganggu aja!"

"Eeiits. Sabar, Bos. Sabar ..." Dino bangkit dari duduknya, "... kayaknya, lo kalo puasa batal mulu deh, Fir?" ledek Dino lalu berlari menuju mejanya sendiri di pojok paling belakang. Maklum, ciri-ciri orang malas.

Ava tertawa ngakak. "Thanks, Fir. Nggak ada kapok-kapoknya genitin cewek. Eeh tapi nanti awas loh kalau lo suka sama dia!" ledek Ava terkekeh geli.

"Issh apaan sih, lo? Nggak, ya, ngapain coba suka sama tu perkedel tempe?" kata Safira ngegas mengibas-ngibaskan tangannya, "... malah nanti lo lagi yang suka sama dia?"

"Idih, nggak, ya? Nggak suka gue kalau modelan kek biji kopi gitu, kalau sekelas sama kayak dewa-dewa yunani sih, gue mau!" Ava tersenyum sambil mengerjapkan matanya.

Safira menempelkan punggung tangannya di dahi Ava. "Wah, wah, mulai halu nih? Lo kayaknya udah gila deh, Va?"

"Eeh eng-" ucapan Ava terpotong karena ada seorang guru yang datang.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa guru laki-laki yang cukup muda dengan postur tubuh besar nan tinggi.

"Pagi, Pak!" jawab seluruh siswa dan siswi kompak.

"Perkenalkan, nama saya Ahmad Risdianto, " kata Guru itu sambil menuliskan namanya di white board, "... biasa di panggil, Pak Dian. Saya guru Bahasa Indonesia, sekaligus wali kelas kalian ..." Pak Dian menyendenderkan dirinya di meja guru, dan menatap satu persatu muridnya, "... secara singkat saya sudah memperkenalkan diri saya. Sekarang giliran kalian, di mulai dari yang paling depan sebelah kanan, bentuk seperti ular, ada yang perlu di tanyakan?"

"Tidak!" jawab seluruh siswa maupun siswi.

Satu persatu mereka berdiri sambil memperkenalkan diri mereka. Suasana kelas yang asalnya hening menjadi sedikit ramai dan Ava hanya tinggal menunggu gilirannya, dan kejadian perkenalan diri sebelum sebelumnya juga pasti akan terjadi.

Safira berdiri dengan bangga dan memperkenal dirinya. "Perkenalkan, nama saya Safira Oktaviana. Asal sekolah SMPN Bina Bangsa Jakarta."

Safira kembali duduk dan sekarang giliran Ava.

Ava menghela nafas dan berdiri dengan malas, seluruh siswa di kelas itu langsung diam dan menatap ke arahnya.

"Perkenalkan, nama saya Ava Angelina Putri. Asal sekolah dari SMPN Bunga Pelita Jakarta."

"Udah tahu!" jawab seluruh siswa sambil tersenyum. Pak Dian saja yang melihat itu sampai terkekeh pelan.

Tanpa ada yang menyadari, di bagian tempat duduk paling pojok sebelah kiri sedari tadi ada dua pasang mata yang menatap Ava, lalu menunjukkan senyum smirknya.

Ava kembali duduk, dan tersenyum malu. Apalagi Safira yang selalu meledeknya dengan sebutan, 'Lucky girl'.

Ini lah kejadian yang menurut Ava unik, yang terjadi hanya di SMA setiap Ava memperkenalkan dirinya. Apa ada yang salah dengannya? Sefamous itukah dia?

Nasib orang cantik emang beda ya.

***

09:30

Kini Ava dan Safira tengah duduk di kantin paling belakang sekalian menyender dan curi curi pandang. Menunggu pesanan mereka datang, juga agar nanti Ava dan Safira terhindar dari cowo-cowo gila seperti Dino.

"Ini, Neng." kata ibu sang pemilik stand bakso datang dengan dua mangkok bakso super pedas, satu jus alpukat milik Ava, dan satu jus mangga milik Safira.

...

...

...

...

...

"Iya Ibu, makasih, yaa ..." kata Ava sebelum ibu yang Ava tak tahu namanya itu pergi.

"Di sini most wantednya siapa, sih? Nggak mungkin, 'kan, sekolah segede ini nggak ada most wanted, nya?" tanya Ava meminum sedikit jus miliknya lalu memakan bakso.

"Setiap sekolah juga punya idola kali, Va. Gue juga belum liat tuh!" jawab Safira fokus memotong bakso nya menjadi dua bagian.

Ava memberhentikan kegiatannya, menyatukan kedua tangan, mulai berkhayal. Dan saat itu juga Safira langsung fokus menatap Ava dengan wajah datar. Kumat lagi.

"Semoga most wanted di SMA kita kayak di novel-novel gitu. Yang ganteng pake banget, ketua geng motor, yang cuek-cuek perhatian, pokoknya perfect banget deh."

Ava menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum senang. Menyudahi bayangan most wanted di otaknya karena sudah tak kuat denga hal itu. Tapi kembali ke kata awal, 'Semoga'

Udah gila beneran kayaknya ni orang.

...***...

...Selamat karena kalian sudah membaca chapter pertama!...

...Bagaimana kesannya? Masih ingin lanjut, kah?...

...***...

...Ditulis tanggal 04 April 2020...

...Dipublish tanggal 13 Februari 2021...

...***...

...Jangan lupa tinggalkan jejak untuk menghargai karya Author, supaya Authornya juga senang dan semangat nulisnya. Nanti kalau kalian nemu ada yang copas cerita Aku atau apa tolong banget kasih tahu Aku, ya! Tapi ngasih tahunya jangan komen, langsung aja chat Aku. Thank you and happy reading....

Terpopuler

Comments

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

eeemmm...cerita" anak SMA toh??


Seru nih kayaknya..? jd pengen sekolah lagi..??🤭


Semangat!!!😊

2021-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 01 ~ Berangan-angan
3 Chapter 02 ~ Tiga Cowok Aneh
4 Chapter 03 - Penasaran
5 Chapter 04 ~ Bertemu
6 Chapter 05 ~ Kemah
7 Chapter 06 ~ Malam Yang Menyenangkan (A)
8 Chapter 07 ~ Malam Yang Menyenangkan (B)
9 Chapter 08 ~ Nggak Sengaja
10 Chapter 09 ~ Malu-maluin
11 Chapter 10 ~ Makan Berdua
12 Chapter 11 ~ Dinner
13 Chapter 12 ~ Dia Cemburu?
14 Chapter 13 ~ Hareudang
15 Chapter 14 ~ Pasal Asusila Di Tempat Umum
16 Chapter 15 ~ Persyaratan
17 Chapter 16 ~ Nggak Enak
18 Chapter 17 ~ Ban Kempes
19 Chapter 18 ~ Menyerah
20 Chapter 19 ~ Pasar Malam
21 Chapter 20 ~ Flashback
22 Chapter 21 ~ Restaurant Di Tengah Taman
23 Chapter 22 ~ Danau
24 Chapter 23 ~ Dikerjai Ana
25 Chapter 24 ~ Beli Novel (Lagi)
26 Chapter 25 ~ Dia Tahu Semuanya?
27 Chapter 26 ~ Insiden
28 Chapter 27 ~ Harus Berbuat Apa?
29 Chapter 28 ~ Sebuah Alasan
30 Chapter 29 ~ Mengutarakan
31 Chapter 30 ~ Hari Yang Ditunggu
32 Chapter 31 ~ Pengakuan Panjang
33 Chapter 32 ~ Jawaban Memuaskan
34 Chapter 33 ~ Ngambek
35 Chapter 34 ~ Kentut
36 Chapter 35 ~ Kancing Copot
37 Chapter 36 ~ Dia Milikku
38 Chapter 37 ~ Drama Di Sore Hari
39 Chapter 38 ~ Sedikit Berlebihan
40 Chapter 39 ~ Salah Paham
41 Chapter 40 ~ Permintaan Maaf
42 Chapter 41 ~ First Kiss
43 Chapter 42 ~ Tatapan Itu Lagi
44 Chapter 43 ~ Ketika 'Dia' Bercerita
45 Me
46 Chapter 44 ~ Lebih Baik Seperti Itu
47 Chapter 45 ~ Bermunculan
48 Chapter 46 ~ Nomor Tidak Dikenal
49 Chapter 47 ~ Jumpscare
50 Chapter 48 ~ Gara-gara Natalie
51 Chapter 49 ~ Baik-baik Saja
52 Chapter 50 ~ Kesal
53 Chapter 51 ~ Sedikit Lebih Tenang
54 Chapter 52 ~ Ada Keraguan?
55 Chapter 53 ~ Gadis Itu Sudah Gila!
56 Chapter 54 ~ Kesalahan Yang Terpendam (A)
57 Chapter 55 ~ Kesalahan Yang Terpendam (B)
58 Chapter 56 ~ Dasar Cowok
59 Chapter 57 ~ Tak Terduga
60 Chapter 58 ~ Cafè Istimewa
61 Chapter 59 ~ Sedikit Perubahan
62 Chapter 60 ~ Tertawa
63 Chapter 61 ~ Sabar
64 Chapter 62 ~ Rasa Sakit
65 Chapter 63 ~ Salah Satu Sumber Kebahagiaan
66 Chapter 64 ~ Apa, Mulai Goyah?
67 Chapter 65 ~ Dia Kalah?
68 Chapter 66 ~ Di Tengah Lapangan
69 Chapter 67 ~ Bukan Waktu Yang Tepat
70 Chapter 68 ~ Nggak Kuat
71 Chapter 69 ~ Kesal
72 Chapter 70 ~ Mulai Percaya Lagi
73 Chapter 71 ~ Sekarang Giliran Gue
74 Chapter 72 ~ Mungkin Lain Waktu
75 Chapter 73 ~ Kesempatan Menguntungkan
76 Chapter 74 ~ Pertemuan Yang Lengkap
77 Chapter 75 ~ Khusus Untukmu
78 Chapter 76 ~ Sakit
79 Chapter 77 ~ Belajar Menghargai
80 Chapter 78 ~ Bingung dan Takut
81 Chapter 79 ~ My Best Friend
82 Chapter 80 ~ Sebuah Titik
83 Chapter 81 ~ Akan Kuingat
84 Chapter 82 ~ Terbongkar
85 Chapter 83 ~ Perjanjian Dan Rahasia
86 Chapter 84 ~ Menerka-nerka
87 Chapter 85 ~ Malam Yang Panjang
88 Chapter 86 ~ Ngelabrak
89 Chapter 87 ~ Kepikiran
90 Chapter 88 ~ Something
91 Chapter 89 ~ Pasukan Part (A)
92 Chapter 90 ~ Pasukan Part (B)
93 Chapter 91 ~ Hati Yang Baik
94 Chapter 92 ~ Berusaha dan Belajar
95 Chapter 93 ~ Difitnah
96 Chapter 94 ~ Apa Salahnya Mencoba?
97 Chapter 95 ~ Everything Is Change
98 Chapter 96 ~ Alasan Alan
99 Chapter 97 ~ Masalah Selesai
100 Chapter 98 ~ Belajar Hal Baru
101 Chapter 99 ~ Welcome Back
102 Chapter 100 ~ Hari Semakin Berlalu
103 Chapter 101 ~ Untukku Atau Untuknya?
104 Chapter 102 ~ Prom Night
105 Chapter 103 ~ Berubah Dalam Sekejap
106 Chapter 104 ~ Melaksanakan Misi
107 Chapter 105 ~ Masih Berjalan
108 Chapter 106 ~ Tawaran Menggiurkan
109 Chapter 107 ~ Bukan Akhir
110 Chapter 108 ~ Kaya Mendadak
111 Chapter 109 ~ Everything
112 110 ~ Sudah Biasa-biasa Saja
113 Chapter 111 ~ Menyebalkan!
114 Chapter 112 ~ Menyenangkan!
115 Chapter 113 ~ Surat (Fin)
116 Epilog
117 Mohon Pengertiannya
118 Penjelasan dan Alasan
119 Pertanyaan
120 Thanks For Everything
121 Promosi 1
122 Promosi 2
123 Promosi 3
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 01 ~ Berangan-angan
3
Chapter 02 ~ Tiga Cowok Aneh
4
Chapter 03 - Penasaran
5
Chapter 04 ~ Bertemu
6
Chapter 05 ~ Kemah
7
Chapter 06 ~ Malam Yang Menyenangkan (A)
8
Chapter 07 ~ Malam Yang Menyenangkan (B)
9
Chapter 08 ~ Nggak Sengaja
10
Chapter 09 ~ Malu-maluin
11
Chapter 10 ~ Makan Berdua
12
Chapter 11 ~ Dinner
13
Chapter 12 ~ Dia Cemburu?
14
Chapter 13 ~ Hareudang
15
Chapter 14 ~ Pasal Asusila Di Tempat Umum
16
Chapter 15 ~ Persyaratan
17
Chapter 16 ~ Nggak Enak
18
Chapter 17 ~ Ban Kempes
19
Chapter 18 ~ Menyerah
20
Chapter 19 ~ Pasar Malam
21
Chapter 20 ~ Flashback
22
Chapter 21 ~ Restaurant Di Tengah Taman
23
Chapter 22 ~ Danau
24
Chapter 23 ~ Dikerjai Ana
25
Chapter 24 ~ Beli Novel (Lagi)
26
Chapter 25 ~ Dia Tahu Semuanya?
27
Chapter 26 ~ Insiden
28
Chapter 27 ~ Harus Berbuat Apa?
29
Chapter 28 ~ Sebuah Alasan
30
Chapter 29 ~ Mengutarakan
31
Chapter 30 ~ Hari Yang Ditunggu
32
Chapter 31 ~ Pengakuan Panjang
33
Chapter 32 ~ Jawaban Memuaskan
34
Chapter 33 ~ Ngambek
35
Chapter 34 ~ Kentut
36
Chapter 35 ~ Kancing Copot
37
Chapter 36 ~ Dia Milikku
38
Chapter 37 ~ Drama Di Sore Hari
39
Chapter 38 ~ Sedikit Berlebihan
40
Chapter 39 ~ Salah Paham
41
Chapter 40 ~ Permintaan Maaf
42
Chapter 41 ~ First Kiss
43
Chapter 42 ~ Tatapan Itu Lagi
44
Chapter 43 ~ Ketika 'Dia' Bercerita
45
Me
46
Chapter 44 ~ Lebih Baik Seperti Itu
47
Chapter 45 ~ Bermunculan
48
Chapter 46 ~ Nomor Tidak Dikenal
49
Chapter 47 ~ Jumpscare
50
Chapter 48 ~ Gara-gara Natalie
51
Chapter 49 ~ Baik-baik Saja
52
Chapter 50 ~ Kesal
53
Chapter 51 ~ Sedikit Lebih Tenang
54
Chapter 52 ~ Ada Keraguan?
55
Chapter 53 ~ Gadis Itu Sudah Gila!
56
Chapter 54 ~ Kesalahan Yang Terpendam (A)
57
Chapter 55 ~ Kesalahan Yang Terpendam (B)
58
Chapter 56 ~ Dasar Cowok
59
Chapter 57 ~ Tak Terduga
60
Chapter 58 ~ Cafè Istimewa
61
Chapter 59 ~ Sedikit Perubahan
62
Chapter 60 ~ Tertawa
63
Chapter 61 ~ Sabar
64
Chapter 62 ~ Rasa Sakit
65
Chapter 63 ~ Salah Satu Sumber Kebahagiaan
66
Chapter 64 ~ Apa, Mulai Goyah?
67
Chapter 65 ~ Dia Kalah?
68
Chapter 66 ~ Di Tengah Lapangan
69
Chapter 67 ~ Bukan Waktu Yang Tepat
70
Chapter 68 ~ Nggak Kuat
71
Chapter 69 ~ Kesal
72
Chapter 70 ~ Mulai Percaya Lagi
73
Chapter 71 ~ Sekarang Giliran Gue
74
Chapter 72 ~ Mungkin Lain Waktu
75
Chapter 73 ~ Kesempatan Menguntungkan
76
Chapter 74 ~ Pertemuan Yang Lengkap
77
Chapter 75 ~ Khusus Untukmu
78
Chapter 76 ~ Sakit
79
Chapter 77 ~ Belajar Menghargai
80
Chapter 78 ~ Bingung dan Takut
81
Chapter 79 ~ My Best Friend
82
Chapter 80 ~ Sebuah Titik
83
Chapter 81 ~ Akan Kuingat
84
Chapter 82 ~ Terbongkar
85
Chapter 83 ~ Perjanjian Dan Rahasia
86
Chapter 84 ~ Menerka-nerka
87
Chapter 85 ~ Malam Yang Panjang
88
Chapter 86 ~ Ngelabrak
89
Chapter 87 ~ Kepikiran
90
Chapter 88 ~ Something
91
Chapter 89 ~ Pasukan Part (A)
92
Chapter 90 ~ Pasukan Part (B)
93
Chapter 91 ~ Hati Yang Baik
94
Chapter 92 ~ Berusaha dan Belajar
95
Chapter 93 ~ Difitnah
96
Chapter 94 ~ Apa Salahnya Mencoba?
97
Chapter 95 ~ Everything Is Change
98
Chapter 96 ~ Alasan Alan
99
Chapter 97 ~ Masalah Selesai
100
Chapter 98 ~ Belajar Hal Baru
101
Chapter 99 ~ Welcome Back
102
Chapter 100 ~ Hari Semakin Berlalu
103
Chapter 101 ~ Untukku Atau Untuknya?
104
Chapter 102 ~ Prom Night
105
Chapter 103 ~ Berubah Dalam Sekejap
106
Chapter 104 ~ Melaksanakan Misi
107
Chapter 105 ~ Masih Berjalan
108
Chapter 106 ~ Tawaran Menggiurkan
109
Chapter 107 ~ Bukan Akhir
110
Chapter 108 ~ Kaya Mendadak
111
Chapter 109 ~ Everything
112
110 ~ Sudah Biasa-biasa Saja
113
Chapter 111 ~ Menyebalkan!
114
Chapter 112 ~ Menyenangkan!
115
Chapter 113 ~ Surat (Fin)
116
Epilog
117
Mohon Pengertiannya
118
Penjelasan dan Alasan
119
Pertanyaan
120
Thanks For Everything
121
Promosi 1
122
Promosi 2
123
Promosi 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!