Keesokan harinya Anita masih belum di ijinkan pulang karena kondisinya yang terkadang sering pingsan, jadi dokter menyarankan untuk tetap tinggal beberapa hari lagi.
keluarga tidak ada yang tahu menahu tentang kesadaran anita, begitu pun dengan ka rangga sengaja hasan tak memberitahunya, bukan maksud apa-apa tapi takut terjadi apa-apa pada istrinya.
Anita sekarang malah keseringan melamun, sambil memeluk boneka, itu pun boneka milik anak kecil yang kebetulan lewat karena habis menjenguk kerabatnya yang di rawat di rumah sakit ini.
hasan merasa tak enak hati, dengan malu-malu dia pun meminta maaf kepada pihak keluarga yang sudah di resahkan oleh istrinya, hasan pun mengatakan kalo dia baru saja kehilangan anaknya jadi meminta untuk di maklumi, untung saja keluarga anak kecil itu mau berbaik hati dan memaklumi kondisi anita sehingga dengan suka rela memberikan bonekanya sebagai kenang-kenangan bahkan anak kecil pemilik Boneka itu dengan sangat manis memberikan semangat, sehingga terbitlah senyuman anita yang sudah lama hasan rindukan.
”Tante cemoga cepat cembuh, tante halus cuat tak boleh lemah, walaupun dede bayi tante cudah tidak ada tapi sekarang kan ada cibi yang akan menemani tante, ayum icas kacih cibi buat tante, cemoga tante bisa cepat puyang" ucap anak kecil itu sambil menyemangati anita, tangan mungilnya mengusap air mata Anita yang terus menerus menetes.
“cebenalnya ayum cayaaaang banget ama cibi, tapi tak apa-apa buat tante, ayum akan ikas asal tante halus janji kalo tanten akan cembuh, ok"ucao arum tersenyum sambil mengedipkan matanya, melihat itu anita menyunggingkan bibirnya.
"sayang ayo kita pulang, ngobrolnya udahan dulu ya" ucap wanita hamil dengan lembut, mendengar itu senyum anita memudar ada rasa tak rela jika harus di tinggal arum, tapi ia tidak boleh egois arum bukan anaknya jadi ia tidak berhak menahan arum lebih lama lagi.
"tante ayum puyang duyu ya, dadahh muach" pamit arum tapi sebelum pergi Arum mengecup pipi anita dengan sayang, mendapatkan kecupan itu anita seperti mendapatkan kehidupan baru, dia bahkan lebih semangat untuk membalaskan dendam nya
(POV Anita.)
Entah kenapa hati ini terasa aneh saat melihat bocah kecil yang bernama arum itu, ada rasa yang tak bisa di ucapkan dengan kata-kata, seakan ini bukan lah pertemuan pertama antara aku dan dirinya.
apa lagi di saat anak itu menyentuh pipiku untuk mengusap air mata yang terus menerus keluar, elusan itu seakan tidak asing buat ku, siapa arum sebenarnya kenapa aku merasa dia bukan orang asing, ya allah melihatnya pergi menjauh bersama ayah ibunya hati ini seakan tidak di terima untuk di tinggalkan, apa lagi raga ini seakan ingin memeluknya dengan begitu erat, apakah ini karena aku baru saja kehilangan anakku? tapi kenapa hanya pada arum saja, padahal dari kemarin banyak anak kecil yang kesana kemari tapi hati ini tidak merasakan apapun.
melihat arum semakin menjauh hati ini semakin sakit saja, andai kalo aku mempunyai keberanian mungkin anak kecil itu sudah aku tahan supaya tidak meninggalkan ku untuk sekarang, setelah bayangan arum tidak terlihat aku langsung saja lari kedalam ruangan ku di rawat, tangisku pecah merasakan sakit yang kedua kalinya.
"andra kenapa kamu meninggalkan bunda hiks hiks, bunda rindu padamu nak" ucapku terisak, kulihat mas hasan menghampiri kubmelihat itu aku langsung memeluknya erat seerat mungkin. mas hasan mengusap-usap punggungku dengan lembut, ada kehangatan saat tubuh ini merasakan sentuhan halus mas hasan.
(pov author)
“Mas, kenapa andra meninggalkan ku? apa aku bukan ibu yang baik sehingga allah membawa anakku kembali, padahal aku sama sekali belum menggendongnya, belum sempat memberikan asi ku. mas apa aku tidak pantas untuk menjadi seorang ibu? padahal aku sempat berkhayal kalo suatu saat nanti akan ada yang memanggilku dengan sebutan bunda hiks hiks" ucap anita lembut, hasan sudah memejamkan matanya seakan merasakan apa yang istrinya rasakan.
“jangan bicara seperti itu, kamu ibu yang baik bahkan ibu yang terbaiiiiikkkk di dunia, kamu harus tau bukan hanya kamu saja yang sudah kehilangan seorang anak. tapi, hampir semua wanita bernasib sama seperti mu, kamu harus ikhlas sayang, apa kamu tidak kasihan pada anak kita yang sudah tenang di sisi allah. pasti dia juga merasa sedih kalo melihatmu seperti ini" ucap hasan berusaha kuat untuk istrinya.
"andai kamu tahu nit, apa yang aku rasakan sekarang. hati ku jauh lebih sakit dengan apa yang kamu rasakan selain harus kehilangan anak, mas pun harus melihat kamu menderita seperti ini" batin hasan sambil mengusap air matanya yang hampir menetes.
****
hari menjelang siang, hasan sudah pergi keluar untuk membeli makanan, karena mbak mina sang asisten tidak bisa datang ke rumah sakit karena harus menjaga anaknya yang sedang demam. sedangkan anita dia sedang duduk manis menatap sebuah boneka bewarna merah muda, pikirannya melayang ntah kemana.
"andai kalo kamu masih ada bersama bunda, mungkin bunda sekarang sedang menggendong mu. memberikan ASI bunda hanya untuk mu, kenapa kamu harus pergi secepat ini sih nak, jangankan untuk memelukmu, melihatmu saja bunda tidak sempat" ucap anita lirih dengan air mata yang menetes.
beberapa menit kemudian pintu ruangan anita terbuka. tapi, anita engan untuk menoleh, dalam hatinya berkata tidak mungkin itu hasan yang datang, karena dia baru saja pergi keluar. membeli makanan tidak mungkin kan akan secepat ini, lagian dari suarnya saja, anita sudah tahu siapa tamu yang tak di undang itu.
“Heh, gadis kampung rupanya kau masih hidup, aku kira setelah kejadian tiga minggu yang lalu kau akan mati. tapi, ternyataaa oh ternyata" ucap bu susi geleng-geleng kepala.
"mah, lihat apa yang di lakuakan si jalang, apa dia sedang menggendong boneka?" bisik yesi pada susi. susi yang melihat pun mengernyitkan keningnya merasa heran dengan kondisi menantunya.
"jalang kenapa kamu menggendong boneka? apakah anakmu sudah mati sehingga kamu menjadi depresi seperti ini" ucap susi sedikit mengejek.
(pov anita)
mendengar ucapannya tanganku mengepal, mereka lah yang membuat anakku mati. tapi, lihat wajah mereka tidak ada rasa penyesalan sedikit pun.
“mah, apa dia sekarang menjadi gila? karena sudah kehilangan anaknya. berarti ini kesempatan baik buat kita dong, karena mas hasan pasti akan cepat-cepat menceriakan nya" ucap adik iparku tersenyum senang, seperti orang yang baru saja mendapatkan undian.
aku hanya diam karena sedang merendam emosiku, tak mungkin aku tumpahkan sekarang amarahku, bisa-bisa rencana yang sudah ku susun bisa berantakan. melihat dari sudut mataku, mamah mertua dengan perlahan mendekati ku, aku hanya diam. ingin tahu apa yang akan dia lakukan.
tiba-tiba boneka yang sedang ku gendong di rebut paksa olehnya, aku terperanjat kaget dengan apa yang di lakukanya! saat tanganku ingin merebut kembali boneka yang ada di tangan mama, dengan cepat dia melemparkan boneka ku ke sembarang arah.
“Anakku”teriakku histeris, kulangkahkan kaki ini dengan cepat untuk mengambil boneka yang arum berikan, tapi sebelum itu ada dua kaki yang sengaja ingin membuatku terjatuh, dengan wajah so panik ku injak kaki mamah dan Yesi dengan keras tanpa peduli dengan teriakan dua benalu itu, ku timang-timang boneka ini layaknya bayi sungguhan, sungguh melakukan ini sebenarnya membuatku terluka karena mengingat anakku Andra yang sudah tiada.
“huwaaaaa kaki ku sakit mah" rengek sang adik ipar. muka mamah sudah memerah seperti cabe busuk yang siap untuk di buang, terlihat aura kemarahannya di saat menatapku.
"hehh jalang kalo jalan tuh lihat-lihat! selain gila rupanya kamu juga buta ya" teriak sang ibu mertua tanpa tahu malu.
"kalian jahat, kalian tega sudah buat anakku menangis seperti ini, apa kalian sengaja ingin membuat anakku mati, hah" teriakku sedikit emosi.
"dasar wanita gila, si jalang bodoh apa kamu tidak lihat apa yang kamu bawa? itu hanya lah sebuah boneka saja, bukan bayi "ucap mamah Susi yang ingin meraih boneka arum kembali.
“Kalian yang gila, karena sudah melempar anakku sampai kesakitan, lihat anakku menangis terus dari tadi, dan itu semua karena kalian, dasar orang gila, orang jahat"aku sudah menutup telingaku dan memejamkan kedua mataku memasang wajah ketakutan, tapi sebenarnya aku hanyalah sedang mengendalikan emosiku saja.
“apa kamu bilang? kau memgataiku dan anankku gila? berani sekali kamu gadis kampung, apa kamu tidak berpikir manusia semacam dirimu itu tidak pantas menjadi menantuku, dasar menantu kurang ajar" ucap mamah sambil mencekam pipiku dengan keras, rambutku sudah di jambak olehnya, biasanya aku hanya bisa menangis apabila mereka berdua memperlakukan seperti ini, tapi untuk sekarang tidak. tidak peduli aku kalo tidak mendapatkan kasih sayang mertua, yang penting sekarang aku sudah mendapatkan cinta mas hasan sepenuhnya. ku dorong tubuh mamah hingga tersungkur mengenai lantai, tak lupa juga dengan Yesi yang ikut terpental, karena tadi dia berdiam diri di belakang ibunya.
“dasar orang jahat, kalian kesini ingin mengambil anakku kan karena ingin membunuhnya kan? tidak aku tidak akan menyerahkan anakku pada kalian, pergi dari sini jangan kalian berani untuk menyakiti anakku kembali" ucapkan lantang, sekarang aku sedang berjongkok di pojokan, karena ingin menghubungi mas hasan agar cepat pulang, karena kalo aku terus menerus melawannya bisa-bisa mereka curiga.
“jalang berani sekali kau mendorong ibuku, apa kau sudah bosan hidup, sekarang? kalo memang iya seperti itu maka siap-siap untuk mati sekarang juga" ucap Yesi yang sudah berjalan ke arahku, tak lupa juga dengan sebuah pisau yang sudah ia pegang, nafas nya memburu begitu pun dengan wajahnya yang merah padam seperti orang kesetanan, tangan ini terus saja meraih benda apa saja yang akan bisa menyelematkanku hari ini, saat tangan ini sudah memegang sebuah botol yang baru saja mas hasan isi dengan air yang sedikit panas, tanpa ragu .
bbbyuuuurrrrrrr
air itu mendarat tepat pada wajah yesi, Yesi sudah teriak histeris begitu pun dengan mertua yang sangat panik, langsung saja aku berlari keluar untuk membuat kekacauan selanjutnya.
“Toooolllooooonnnng ada orang jahat di sana, dia mau membunuh ku dan anakku” ucap ku pura-pura ketakutan, nafasku sudah ngos-ngosan karena berlari cukuo jauh.
"siapa yang jahat, dek? atur dulu nafasmu sebelum menjawab ya, makannya jangan lari-lari gimna kalo nanti jatuh"ucap keluarganya pasien, aku sudah mendelik sebal pada orang itu, apa dia tidak lihat kalo aku sedangkan mengontrol nafasku yang memburu seperti di kejar setan.
“Di ruanganku ada penjahat dua orang, dia mau membunuhku dan anakku, lihat sekarang bayiku nangis terus karena merasa kesakitan, tolong aku! aku takuuuut!" teriakku histeris, sontak orang-orang di sana pada saling pandang antara percaya atau tidak dengan ucapanku, karena memang sekarang aku sedang menggendong boneka pemberian arum.
“Apa kamu yakin, dek?" tanya laki-laki paru baya yang memakai kemeja warna ungu, aku hanya diam tidak mau menjawab, ku peluk boneka yang Arum berikan dengan erat sampai memasang wajah yang penuh ketakutan.
deghhh, tubuh ku seakan bergetar saat melihat seseorang yang tidak asing untukku, ingin mengejar tapi sayangnya dia sudah pergi menjauh.
apa benar itu dia? tapi kenapa ada disini? apa aku halusinasi saja, tapi ini seperti nyata! batinku, dengan kegetaran tubuh ini para keluarga pasien malah menyalah artikan, mereka pikir badanku bergetar karena ketakutan tapi nyatanya tidak sama sekali.
“yasudah kalo begitu kamu tunggu disini dulu ya, soal penjahat kami akan menghajarnya dan membawanya ke kantor polisi" aku hanya mengangguk mendengar ucapan ibu-ibu itu, setelah kepergian mereka ku sunggingkan senyuman sinis ku, tapi di lain hati dia sedang gelisah dengan apa yang barusan dilihatnya.
“saatnya kita memulai permainannya, tunggulah masa-masa kehancuran kalian yang akan datang" batinku senang, apa lagi melihat ibu-ibu dan bapak-bapak yang membawa berbagai senjata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Elly
mantap ceritNya thor,Lanjut ya
2021-03-31
0