Tiga Minggu kemudian .
Anita baru saja tersadar dari koma nya, hasan yang melihat sudah teramat senang bahkan saking senangnya hasan sudah bersuduj syukur, kemarin-kemarin kondisi hasan sangat mengenaskan bagaikan anak yang di buang oleh ibu tirinya, tubuhnya tak terawat hingga muncullah bulu-bulu yang membuatnya terlihat kusam, hasan sangat tidak ingin jika harus meninggalkan istrinya sendirian, takut kejadian dua mingggu lalu terulang lagi yang mana selang oksigen anita ada yang mencabut hingga membuat anita kembali kritis. jadi dengan terpaksa kak rangga selaku kaka tertua anita memperkerjakan orang untuk membantu keperluan adik dan iparnya selamat anita masih di rumah sakit, makanan dan pakaian pun di kirim oleh asisten barunya setiap hari, rasanya engan jika harus menginjakan kaki di rumahnya hanya akan membuat dirinya darting, kerja pun di rumah sakit walau awalnya agak sedikit takut untuk meminta ijin pada sang bos.
selama hasan dan anita berada di rumah sakit, rumah dipercayakan pada asisten barunya, hasan sangat yakin kalo Rangga tidak akan memperkerjakan sembarang orang di rumah adiknya, walaupun memang rangga sosok orang yang sangat dingin dan kejam pada orang lain. tapi, itu tidak berlaku pada adik-adiknya.
sedangkan bu Susi dan yesi, setelah kabur dari sekapan rangga sikap dan sifatnya semakin menjadi saja tidak ada rasa sesal sedikit pun, setiap malam mereka selalu mengadakan pesta yang sangat meriah di rumah hasan dan anita.
Apa Hasan tau tentang penyekapan dan pesta??
soal penyekapan hasan tidak tahu menahu, sengaja rangga tak memberitahukannya pada siapapun agar rencanannya berjalan sesuai dengan rencana, bukan rangga ingin merahasiakannya. tapi, rangga sangat tau jelas bagaimana adiknya yang selalu ingin menyelesaikan masalahnya sendiri tapi karena geram rangga dengan terpaksa melakukannya dengan diam-diam.
kalo soal pesta tentu saja hasan sudah tahu, karena mau bagaimanapun hasan selalu memantau lewat ponselnya, kebetulan CCTV di rumah sudah terhubung dengan ponsel anita.
marah? tentu saja marah bahkan sangat marah melihat rumahnya yang sering kedatangan orang asing,
bahkan hasan sudah menelpon pak RT untuk mengusir orang-orang yang ada dalam rumahnya, tapi seakan tak punya rasa malu mereka terus saja melakukannya lagi dan lagi.
***
Kembali lagi pada anita yang baru saja tersadar dari komanya dan juga hasan yang teramat senang langsung menghampiri anita dengan tangisan bahagia.
"Sayang kamu sudah sadar, makasih ya allah kau telah mengembalika istriku padaku aku sangat-sangat bersyukur."ucap hasan mengusap air matanya, Anita yang melihat hanya mengernyit heran." sayang apa kamu merasakan sesuatu? tunggu sebentar ya, mas akan panggilkan dokter dulu" ucap hasan sedikit berlari untuk mencari dokter, Anita hanya diam saja tanpa memperdulikan ucapa hasan. Selang beberapa menit dokter datang keruangan anita.
"Bagaimana dok dengan keadaan istri saya, dia sudah baik-baik saja kan?"ucap hasan antusias, melihat itu dokter hanya tersenyum.
"Pasien memang sudah baikan. tapi, untuk sekarang nyonya anita tidak di bolehkan untuk banyak pikiran dulu dan harus banyak istirahat, walaupun pasien sudah melewati masa kritisnya tapi pasien masih ada dalam masa pemulihan, sekarang biarkan dia istirahat besok atau lusa kalo kondisi nya sudah memungkinkan pasien bisa di bawa pulang" ucap dokter tersenyum, setelah menjelaskan ini itu, dokter pun berpamitan untuk pergi.
hasan pun duduk di sebelah kiri anita.
"Sayang apa kamu tidak apa-apa? apa ada yang sakit?"tanya hasan sambil menatap istri tercinta, Anita yang melihat haasan cemas pun tersenyum "aku baik-baik saja. mas, kamu tidak usah hawatir tentang kondisi ku ya"ucap Anita pelan sambik tersenyum.
POV Anita
Setelah aku terbangun dari tidur ku, kuedarkan pandangan ku keseluruhan ruangan yang ada disini, ini terlihat sangat asing untuk ku, dimana ini? apa sekarang aku ada dalam kamar, tapi tidak-tidak ini bukan kamar ku terus aku dimana? kulihat mas hasan yang sedang bersujud syukur seperti orang yang baru mendapatkan sembongkah berlian, aku hanya mengernyit melihat tingkah aneh mas hasan.
setelah bersujud mas hasan menghampiriku sambil melempar beberapa pertanyaan yang berhasil membuatku heran, diaaat mulut ini ingin berucap mas hasan malah mendahului.
" sayang apa kamu merasakan sesuatu? tunggu sebentar ya, mas akan panggilkan dokter dulu" ucap suamiku sambil berlalu pergi. kata dokter terus terngiang-ngiang di telingaku, kenapa harus manggil dokter apa sekarang aku ada di rumah sakit.
degg
perasaanku sangat tidak enak, ku coba untuk mengingat kejadian kemarin-kemarin ku coba untuk memejamkan mataky semoga saja aku bisa mengingat sesuatu.
"mah ampun mah" teriakku saat rambut ini di jambak dan di dorong, mengingat itu mataku langsung terbuka dengan lebar bahkan nafasku ngos-ngosan seakan aku sedang di kejar an**ng.
"iya kemarin aku jatuh bahkan kepalaku terbentur ke meja"batinku saat mengingat kejadian kemarin,disaat aku mataku akan di pejamkan kembali tiba-tiba pintu kamarku terbuka, terlihat mas Hasan dan seorang lelaki yang ntah siapa menghampiriku mungkin dokter yabg mas hasab panggil, melihat mereka aku hanya diam bahkan saat dokter memeriksa ku aku hanya menatap mas hasan yang sedang tersenyum padaku "aneh" batinku, setelah pemeriksaan selesai dan menjelaskan sedikit sesuatu dokter pun pamit pergi keluar, aku mulai mengingat kejadian kemarin, saat mata ini terpejam aku melihat darah yang mengalir dari arah se******nganku, melihat itu mataku terbuka ku raba perutku yang sudah datar, tidak ini tidak mungkin" ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku, mas hasan menatapku dengan penuh ke khawatiran.
"kamu kenapa sayang?" tanya mas hasan cemas, kutatap mas hasan dengan lekat.
"Mas anakku dimana? apa dia baik-baik saja? kenapa perutku menjadi datar, apa dia sudah lahir? dimana mas dimana aku ingin melihat anakku"ucap ku sedikit cemas, mendengar pertanyaan ku, mas hasan malah diam bahkan kepalanya menunduk.
"Mas kenapa kamu diam saja? bawa kemari anakku aku ingin menggendongnya"ucapku tersenyum penuh harap walau tak bisa di bohongi hatiku tak enak.
"MAS ANAKKU DIMANA" teriakku kesal karena mas hasan tak kunjung memberikan jawaban, hatiku cemas sekarang hanya jawaban yang aku inginkan sekarang bukan bungkaman yang menyebalkan.
karena kesal dan amarah yang terus menggenjolak, ku tarik infusan yang menempel di tangan kananku dengan kasar tak peduli dengan darah yang terus mengalir, aku berusaha turun karena ingin mencari anakku sendiri saja tak ada gunanya juga kalo aku terus menunggu mulut mas hasan terbuka dari bungkamnya, tetapi dengan sigap mas hasan menahan tubuh kecilku.
"mau kemana kamu sayang? apa kamu tidak dengar apa yang tadi dokter katakan? kamu itu harus banyak istirahat agar bisa cepat sembuh kalo kamu banya gerak nanti kamu akan lama pulannya.".ucap mas hasan yang masih menahan tubuhku agar tidak turun, dengan sekuat tenaga aku terus memberontak agar bisa lepas dari pelukan mas hasan walaupun aku tahu itu sangat tidak mungkin karena tenaga mas hasan jauh lebih kuat dari pada tenagaku.
"lepaskan mas! aku mau membawa anakku, aku tahu anakku pasti sedang kelaparan karena aku belum memberinya ASI, lepas mas lepaaaassss" ucapku sedikit berteriak, bukan anita namanya kalo harus menyerah di tengah perjuangan, kugigit tangan mas hasan sedikit keras agar bisa melepaskan tubuhku dan benar saja dugaanku, mas hasan meringis kesakitan langsung saja aku berlari menuju ke arah pintu, saat handel pintu aku pegang tiba-tiba.
"Anita anak kita sudah tidak ada, setelah kejadian waktu itu kamu keguguran, anak kita sudah tenang di sisi tuhan nit sudah tenang, sebaiknya kamu ikhlas" ucap mas hasan sedikit meninggikan suaranya.
dwaaaaaarrrrrrr.
bagai tersambar petir di siang bolong, tubuhku mendadak lemas seakan kekuatan yang tadi aku kumpulkan untuk berlari menghilang entah kemana, aku sudah terduduk lemas di lantai air mataku mengalir begitu saja, mas hasan berjalan mendekatiku dia bahkan sudah memeluk erat tubuhku.
"kamu yang sabar sayang, anak kita sudah tenang bersama tuhan suatu saat kita juga pasti akan berkumpul bersamanya" ucap mas hasan yang berusah tegar, aku hanya terdiam menatap kosong kedepan, tampa sadar aku mengucapkan."anakku sudah pergi meninggalkan ku mas, apa dia tidak sayang pada ku. aku bahkan menunggu kehadiranya selama setahun tapi anakku pergi hehehehe" ucapku menatap kosong mas hasan sambil cengengesan walau tak bisa di pungkiri air mataku terus saja mengalir, sakit, sesak yang aku rasakan sekarang seakan tak percaya anak yang sudah aku dambakan selama ini sudah pergi meninggalkan ku untuk selamanya, hancur sudah kehidupanku.
"anita sayang, mas mohon kamu sadar jangan seperti ini, istighfar anak kita andra akan sedih melihat bundanya seperti ini"ucap mas hasan berusaha untuk menyadarkanku, tapi tak sedikit pun aku menggubrisnya tatapan ku kosong saat melihat mas hasan, rasa sakit semakin menjadi dalam hatiku hingga tangisanku pecah.
"ayah macam apa kamu mas, kenapa anakku pergi kamu tak mencegahnya apa kamu tidak pernah menyayangi anakku, apa kamu tidak peduli kalo anakku nantinya kenapa-kenapa, anakku butuh aku sebagain ibunya dia butuh asiku, kalo dia menagis siapa yang akan menenangkannya, kalo dia kedinginan siapa yang akan memeluknya, apa kamu sengaja ingin menyiksanya sama seperti ibu dan adikmu yang selalu menyiksaku"teriakku histeris kupukul lengan mas hasan dengan keras, rasanya aku ingin pergi dari rumah ini aku ingin bunuh diri saja untuk menyusul anakku, mas hasan yang sudah kewalahan dengan kelakuanku akhirnya dia pergi keluar dan mengunciku dari dalam.
"mas buka pintunya mas, jangan kunci aku disini aku mau mencari anakku, anakku membutuhkan ku, mas buka pintunya aku mohon" teriakku yang berusaha menggedor pintu ruanganku, beberapa saat kemudian pandanganku kabur kepalaku terasa pusing dan sakit, semakin lama pandangaku gelap dan aku pun terjatuh pingsan.
(POV hasan)
anita terus saja memberontak ingin lepas dari pelukanku, memang aku memeluknya erat karena tak tahan melihatya histeris seperti ini, awalanya aku bisa menahan dia untuk tidak berbuat nekad, aku tahu dia memberontak karena ingin pergi mencari anak kami yang sudah pergi, aku paham betul bagaimana perasaan istriku saat ini pasti dia akan sangat kehilangan dan bahkan sangat sedih karena kehilangan buah hati kami yang sudah tiada.
kalo anita pikir aku tak sayang anak itu salah bahkan salah besar, aku sayang bahkan sangat sayang dengan meninggalnya anak kami, bahkan aku sangat terpukul saat anakku dikabarkan meninggal apalagi dengan kondisi istriku yang kritis waktu itu, tapi aku tak bisa terus menerus terpuruk seperti itu, untuk istriku aku harus berusaha untuk kuat dan tegar, kalo aku terus terpuruk siapa yang akan menguatkan istriku nantinya, hanya aku satu-satunya nya orang yang dekat dengannya sekarang, ka Rangga dia mempunyai keluarganya sendiri tak mungkin juga kalo harus terus menerus menjaga adiknya, apa gunanya aku yang berstatus suaminya kalo harus orang lain yang mengurusnya.
Anita terus saja berontak bahkan memukul-mukul lenganku, lama-lama tenagaku terkuras karena terus mehana istriku yang taj kunjung tenang, karena lelah aku memutuskan untuk pergi memanggil dokter tapi sebelum itu aku harus kunci pintu ruangan istriku untuk berjaga-jaga kalo dia tidak kabur.
"dokter, tolong istri saya dok! dia ngamuk-ngamuk"ucapku panik saat ada di ruangan dokter, aku dan dokter bergegas pergi untuk menghampiri Anita, tapi saat sampai di depan ruangan anita di rawat, ruangan terasa hening tak ada suara teriakan anita lagi, hatiku mendadak cemas buru-buru aku membuka kuncinya, tapi alangkah terkejutnya saat istriku tergelat di lantai.
"sayang bangun sayang" ucapku panik, ku tepuk-tepuk pelan pipi istriku agar dia bisa bangun tapi kenyataannya nihil.
"cepat wa dia ke tempat tidur" perintah sang dokter, aku pun mengangguk dan mengangkat tubuh anita. ku baringkan tubuhnya dengan perlahan, dan dokter pun segera memerikas keadaanya.
"apa tidak apa-apa dok?" tanyaku saat dokter selesai memeriksa istriku.
"dia hanya kelelahan, aku sudah menyarankan agar dia tidak banyak pikiran dahulu sebelum kondisinya Kembali pulih" ucap dokter, aku hanya mengangguk saja.
satu jam berlalu, anita sudah membuka matanya melihat itu akupun tersenyum.
"mass"ucap anita pelan.
"iya sayang,ada apa? apa kamu butuh sesuatu"ucapku senang, aku pun bersyukur dia tak mengamuk lagi.
"air, aku haus"ucapnya pelan dengan sigap aku memberikan air putih yang memang sudah tersedia di atas meja, langsung saja aku sodorkan air itu pada anita, setelah minum anita kembali diam seperti sedang memikirkan sesuatu, aku sudah cemas kalo dia akan kembali ngamuk seperti tadi.
"kamu kenapa sayang?" tanya hasan cemas, karena Anita terus saja melamun.
"mas aku mau tanya! kenapa aku bisa ada di sini?" ucapnya sambil menatap ku, aku terdiam sebentar ada rasa agu-ragu untuk menceritakannya,bukan apa-apa aku hanya takut kalo anita akan ngamuk-ngamuk seperti tadi.
"mas jawab!! kenapa aku bisa ada disini?" ucapnya kembali mendesak, ku hembuskan nafas kasar sebelum bercerita.
"3 Minggu yang lalu, mas menemukan mu di dapur. itu pun keadaannya sudah tak sadarkan diri, ada darah yang keluar di kepala dan kaki mu waktu itu, kata yesi kamu jatuh pingsan karena terpeleset" ucapku jujur, aku tahu sebenarnya ada yang janggal dalam cerita adikku waktu itu, bahkan aku sudah berusaha untuk mencari tahu kejadian yang sebenarnya. tapi ka rangga melarangku karena aku harus menjaga anita, soal kecelakaan anita biar dia yang selidiki tapi untuk kabar selanjutnya aku belum tahu karena ka rangga tak kunjung memberi kabar.
(POV Anita).
setelah mendengarkan cerita mas hasan aku hanya diam, kenapa seperti ada yang janggal dalam cerita mas hasan.
kupejamkan mata ini siapa tahu ada titik terang dalam kejadian itu. tiga Minggu adalah waktu yang lama, berarti aku disini sudah ada tiga minggu, siapa yang merawat rumah? apa wanita kejam itu, ah aku tak akan ridho jika barangku di sentuh oleh tangan mereka, awas kau susi aku bersumpah akan membuatmu mendekam di penjara.
"kamu kenapa sayang? ko melamun sih" ucap mas hasan yang menyadarkan ku, aku hanya tersenyum kecut dalam pikiranku terus saja mendumal bagaimana bisa lelaki sebaik mas hasan bisa mendapatkan ibu iblis seperti susi.
"gak papa mas, aku hanya sedang berpikir ternyata aku sudah lama tinggal disini" ucapku tersenyum tipis.
"iya sayang, waktu itu kamu koma mas sidah frustasi karena melihat mu yang tidak sadar-sadar, lihat saja kondisi mas aja sudah sangat mengenaskan seperti ini, untung saja ka rangga memperbolehkan mas untuk bekerja di rumah sakit, katanya agar mas bisa menemani mu" ucap mas hasan menjelaskan, mendengar ucapanya aku hanya mengangguk lemah.
"apa bang rangga sering kesini, mas?" tanyaku sambil menatap mas hasan.
"hampir setiap hari, setelah pulang kerja kak rangga selalu menyempatkan diri untuk menjenguk mu kesini, tapi sudah lima hari ini dia tidak menjengukmu lagi katanya sih mau menyelidiki kasus kecelakaan mu waktu itu" ucapnyanya kembali.
"kalo si abang sudah kelewat marah pasti si susi bisa jadi sudah mati, bang aku mohon jangan berbuat gegabah biar aku saja yang membuatnya menderita" batinku frustasi.
saat sedang asyik-asyiknya menggurutu, mas hasan kembali berbicara.
"selama kamu sakit, mas minta maaf karena ibu dan adikku tak pernah menjenguk mu kesini" ucap mas hasan tertunduk, mungkin ia merasa malu, tapi gemgaman tanganya masih erat.
Ibu adik? bagaimana mungkin wanita biadab itu mau menjengukku, karena mereka aku belakhir di tempat ini dan karena mereka juga anakku pergi meninggalkan ku untuk selamanya.
akkhhhhhhhhhhhh " teriakku kesal mengingat kejadian tiga minggu yang lalu.
"kamu kenapa sayang? apa ada yang sakit?" tanya mas hasan panik, aku menganggukan kepalaku.
"apa yang sakit? biar mas panggilkan dokter dulu " tanya mas hasan cemas, dengan cepat ku gelengkan kepalaku, aku hanya menunjukan dadaku.
"ini yang sakit mas sakit sekali, hatiku terluka akibat perlakuan ibu dan adik mu, mereka bagaikan iblis berwujud manusia yang dengan tega menyiksaku sampai aku harus kehilangan anakku yang tak berdosa, kenapa anakku yang harus jadi korban adik dan ibu mu mas, apa salahnya? apa dia pernah mengusik hidup adik dan ibumu, hahhh? jangankan untuk mengusik hidup mereka, melihat dunia pun dia belum pernah "ucapku emosi, tak ada lagi air mata yang mengalir, sudah cukup aku menumpahkan air mata untuk kepergian anakku sekarang bukan waktunya untuk menangis tapi sekarang waktunya untuk balas dendam.
"apa kamu tahu siapa yang sudah membunuh anakku?"ucapku menatap tajam mas hasan.
"mas belum tau kejadiannya seperti apa nit, soalnya ka rangga yang melarang, biar dia saja yang menyelidikinya tapi sampai sekarang dia belum juga memberi kabar, asistennya bilang ka rangga akan membicarakan ini setelah kamu kembali pulih, tapi bagaimana pun mas akan memberimu keadilan" ucap mas hasan lembut, aku paham bang rangga melakukan itu karena memang dia sangat mengerti aku, dia selalu meminta pendapat sebelum melakukan sesuatu itu pun kalo urusannya denganku, apa kah aku yang harus membalas atau dia.
itu lah abangku rangga, walaupun begitu selalu ada bonus yang di berikan buat siapa saja yang berani mengusik hidup keluarganya, RANGGA ATMAJA PUTRA ceo dingin dan kejam.
"apa kamu yakin dengan ucapan mu, mas? apa kamu akan memberiku sebuah keadilan?"tanya ku menatap lekat mas hasan, apa dia serius atau hanya sekedar omongan saja.
"mas sangat yakin nit, demi kamu dan anak kita Andra apapun akan aku lakukan" ucapnya yakin tanpa ada keraguan di matanya.
"walaupun tersangkanya itu ibu dan adikmu sendiri!!" ucapku.
"bicara apa kamu itu, nit? mana mungkin mereka berbuat nekat seperti itu mau bagaimana pun andar itu cucu dan keponakan mereka" ucap suamiku.
"kenapa tidak mungkin segala,buktinya anakku mati di tangan mereka dan lihat aku sekarang aku ada disini karena perbuatan mereka yang selalu menyiksaku secara memb*bi buta, saat kamu pergi berangkat ke kantor aku di suruh membereskan semua rumah sendirian oleh ibu dan adikmu, sedangkan mereka hanya berduduk santai sambil menonton TV seakan mereka nyonya rumah dan aku seorang pembantu, tak hanya itu saja saat aku mengepel dapur wanita ib*is itu malah mendorongku sampai-sampai perutku terbentur meja, apa itu yang kamu maksud tidak mungkin" ucapku sedikit meninggi kan suara, aku tahu itu tak sopan bicara kasar pada suami tapi apa boleh buat hatiku sekarang sedang dikuasai amarah.
kulihat mas hasan terdiam tapi tangannya terlihat mengepal, aku tahu dia sedang mengendalikan amarahnya.
"apa kamu yakin akan memberiku keadilan?"ucap ku menatap lekat mas hasan.
"mas akan usir mereka dari rumah kita,mas juga akan melaporkan mereka pada polisi sekarang juga" ucap mas hasan yakin.
"tidak jangan berani kamu melaporkan mereka ke polisi dulu, kalo kamu yakin ingin memberiku keadilan biarkan aku membalaskan dendamku terlebih dahulu aku ingin melihat mereka menderita, aku ingin mereka merasaian apa yang selama ini aku rasakan, baru setelah aku puas aku akan membuat mereka mendekam di penjara" ucapku tegas.
."apa yang akan kamu lakukan?" ucap mas hasan bingung.
"tapi berjanjilah kalo kamu tidak akan ikut campur dengan urusanku"ucapku.
"i-iya mas janji"ucapnya yakin.
kubisikan sesuatu pada mas hasan, aku tak peduli dengan perasaan mas hasan sekarang. yang jelas dendamku sekarang harus di tuntaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments