POV Hasan.
saat aku pergi menuju kantor, ntah kenapa di tengah perjalanan tiba-tiba saja ingatanku selalu tertuju pada istriku Anita, ku coba untuk meneleponnya secara berulang kali, hanya untuk memastikan kalo dia baik-baik saja, tapi sayangnya anita tak kunjung mengangkat telepon dari ku, perasaan yang tidak enak dan hati mendadak sangat cemas memikirkan istriku, mau tak mau aku harus memutar balikkan mobilku untuk kembali menuju ke rumah. tetapi sebelumnya aku harus meminta ijin pada bos sekaligus kakak iparku.
***
Baru saja saja mobil yang ku tumpangi sampai gerbang rumah, terlihat rumah minimalis itu terlihat sangat sepi, tidak ada suara yesi yang suka bernyanyi tidak jelas, tidak ada suara mama yang sering marah-marah. "pada kemana mamah,Yesi dan Anita? "batinku, pikiranku bertanya-tanya tidak biasanya mereka begini "apa mereka sudah akur? tapi apa itu mungkin, tadi pagi saja yesi berulah atau jangan-jangan?".
deghh ...
ntah kenapa perasaan ku mendadak sangat tidak enak sama sekali, buru buru aku turun dari mobil, sebelum masuk aku terdiam sejenak di depan pintu dengan sangat pelan ku buka pintu yang tidak di kunci seperti biasanya."Hem ternyata tidak di kunci, tumben anita ceroboh, tapi ko sepi ya, pada kemana mereka?"batinku bertambah cemas.
"Assalamualaikum" ucapku membiasakan adab masuk rumah.
Tak lama kemudian terlihat mamah dan Yesi berlari dari arah dapur menghampiri ku sambil menangis, ntah apa yang sudah terjadi.
"Kenapa mah, yes, ko kalian nangis? apa yang terjadi?? kemana anita? aku kembali pulang karena hati tidak enak, aku takut terjadi apa-apa, dia tidak kenapa-napa kan mah, anita baik-baik saja kan?"ucapku menghujani pertanyaan pada mamah, hatiku semakin tidak karuan di tambah mamah dan yesi menundukkan kepalanya tampa menjawab pertanyaan ku.
"mah, yesi dimana istriku" ucapku sedikit meninggikan suara.
"I-itu aa-ni-tta"ucap mamah terbata bata, aku mengernyitkan keningku merasa heran dengan tingkah mama yang gugup, perasaanku semakin menjadi saja melihat yesi yang sesegukan.
"Anita kenapa mah? Yesiii, dimana istriku??" teriakku mulai hilang akal.
"Mm-mbak Nita terpeleset kak, se-seka-rang di-di-a pingsan di dapur" ucap adikku yesi yang tak kalah gugup dari mamah, sebenarnya aku merasa curiga dengan gelagat mereka, tapi rasa khawatiku pada anita jauh lebih besar dari pada kecurigaan ku pada mereka, tanpa aba-aba aku berlari ke arah dapur menemui anita yang dikabarkan pingsan, seakan tak percaya hatiku terasa dicabik-cabik melihat istriku yang tak sadarkan diri dengan dilumuri darah dimana-mana.
"Astaghfirullah, kamu kenapa sayang? nit, nita ayo bangun jangan membuatku cemas seperti ini, anita sayang apa yang sebenarnya terjadi padamu" aku mengangkat tubuh mungil istriku menuju mobil.
"Mamah boleh ikut gak san?" ucap mamah tiba-tiba, aku mengernyit bingung dengan ragu ku anggukkan kepalaku.
"aku juga ikut ya kak" ucap adikku yesi.
sebenarnya aku merasa heran dan curiga pada mama dan adikku, tapi aku berusaha untuk tidak mempedulikan apapun untuk sekarang, yang harus ku utamakan sekarang adalah keselamatan anita.
***
Setalah sampai rumah sakit, istriku langsung di bawa ke ruangan UGD agar segera ditangani oleh dokter, aku hanya mondar mandir tak jelas di depan pintu, sekarang perasaan ku sangat kacau, hatiku ketakutan memikirkan istri dan anakku yang sedang berjuang di dalam.
"Selamatkan istriku ya Allah, aku tidak mau kalo kehilangan mereka"
(POV author)
Sedangkan Bu Susi (mertua Anita) dan Yesi mereka hanya duduk santai memperhatikan hasan yang sedang mondar mandir seperti setrika.
"mah lihat ka hasan, lama-lama aku pusing melihatnya seperti itu"bisik yesi menggurutu.
"Sama mamah juga, mana mata mamah perih lagi, tadi sih kamu ngasih tetesan nya terlalu banyak" ucap Bu Susi kesal, sedangkan Yesi sudah cekikikan tanpa suara.
"ih mamah kan biar meyakinkan gitu, biar si ka hasan yang bodoh itu tidak curiga pada kita, emang mamah mau masuk penjara dengan kasus penganiayaan, mah semoga saja si jalang itu mati ya, supaya dia tidak ngadu macam-macam pada orang lain"bisik Yesi pada mamahnya, bu Susi hanya tersenyum dan mengangguk.
"Iya semoga saja, siapa tau dengan matinya si jalang mamah bisa dapat mantu yang kaya" bisik Bu Susi kembali. "Lagian si wanita jalang tidak ada gunanya jadi mantu mamah, udah mah miskin,jelek mana kampungan lagi penampilannya tidak ada yang bisa di bangga-banggakan, mamah heran kenapa kakak mu sangat tergila-gila" ucap pelan Bu Susi.
"mungkin si jalang mengguna-gunai ka hasan"
"awas saja kalo itu benar terjadi, mama akan santet si jalang"ucap bu susi.
**
1 jam telah berlalu dokter sudah keluar dari ruangan, melihat itu buru-buru Hasan mengahampirinya.
Sedangkan Susi dan Yesi mereka sudah pamit pergi untuk mencari makanan katanya,tapi ntah mencari kemana mereka sampai sekarang belum juga kembali.
"Dok bagaimana keadaan istri saya dan kandungnya? apa mereka selamat?" ucap Hasan harap-harap cemas,rambutnya sudah sangat acak-acakan.
"Istri anda selamat, tapi maaf kami tidak bisa menyelamatkan kandunganya??" ucap dokter menunduk.
"istri saya keguguran?" ucap hasan seakan tak percaya, sedangkan dokter hanya mengangguk saja.
Bagai tersambar petir di siang hari, Hasan langsung terduduk lemas di lantai, rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, ini sudah seperti mimpi buruk baginya kalo ini benar tolong bangunkan.
padahal anak itu sudah sangat di nanti-nanti oleh nya dan anita, air mata hasan menetes begitu saja, sekarang pikirannya sudah sangat kalut. "apa yang harus aku katakan pada Nita, kalo dia sampai menanyakan tentang anak, bahkan melihatnya menangis saja aku sudah tak tega?"batin Hasan prustasi.
"Pak apa anda baik-baik saja?"tanya dokter hawatir, hasan hanya menganggukkan kepalanya tanda ia baik-baik saja.
"kondisi istri saya baik-baik saja kan"ucap hasan menatap sang dokter.
"istri anda koma"ucap sang dokter, tubuh hasan kembali lemas, anaknya sudah meninggal, istrinya dalam keadaan kritis, apa yang harus ia katakan kepada mertuanya dulu ia dengan susah payah mendapatkan restu dari sang mertua dengan banyak janji yang di lontarkan, janji yang akan membahagiakan putrinya, janji yang akan menjaga putrinya tapi apa sekarang? dia sudah gagal menjadi seorang suami.
(POV hasan)
Aku melihat wanita yang aku cintai sedang terbaring lemah tak sadarkan diri, terlihat kalo ia sedang tak berdaya bahkan air matanya mengalir begitu saja padahal dia sedang tidak sadarkan diri, kepalanya sudah di balut dengan perban, tangan kanannya di infus, hidungnya menggunakan selang oksigen, di sisi kanannya ada monitor yang setiap detik nya berbunyi.
Aku langsung duduk di sebelah istriku, rasanya tak percaya kalo aku bisa melihat keadaanya yang seperti ini.
" seberapa menderita nya kamu, nit? sampai-sampai kamu terus menangis seperti ini" ucapku pilu, air mataku juga sudah menetes, rasa sakit yang dirasakan anita dan penderitaannya aku seakan merasakannya.
"Sayang cepat bangun, jangan tinggalkan mas, cukup anak kita saja yang meninggalkan kita tapi kamu jangan" ucap ku lirih.
"Apa yang sebenarnya terjad nit? kenapa kamu bisa sampai seperti ini? mas mohon ayo bangun sayang, mas gak mau kehilangan kamu, mas sangat mencintai mu,mas tak sanggup jika harus di tinggalkan oleh kalian berdua, mas mencintaimu sayang. "ucap ku lirih, tak terasa air mata ini terus saja menetes tanpa mau berhenti, kupegang tangan kiri istriku dan sesekali kukecup.
Selang beberapa menit mama dan yesi masuk kedalam ruangan yang dimana anita di rawat, tanpa ada rasa iba mereka langsung duduk di sopa tanpa berniat menghampiri kami, setelah anita di pindahkan keruangan VVIP aku menghubungi mamah untuk memgabari anita sudah di pindahkan ruangan.
sengaja aku memesan ruangan khusus, agar anita tidak terganggu oleh orang lain.
"Bagaimana keadaan si jalang, san?" tanya ibuku yang sudah merebahkan tubuhnya di sopa empuk, aku hanya
memejamkan mata sudah jengah dengan ucapan ibu yang terus menerus mengatai istriku jalang, padahal Anita wanita yang baik-baik, dari pada melakukan keributan lebih baik aku diam, aku tidak mau istriku terganggu.
"Hadeh wanita ini bisanya hanya merepotkan saja, dasar wanita kampung, kerjaanya cuman mencari perhatian orang lain saja" ucap ibuku kembali.
"sudah diam lah mah, sebaiknya kalian pergi saja dari sini, jangan pernah membuat ku marah, lagian kalian disini tak ada gunanya sama sekali" ucapku ketus tanpa menolehnya.
"Kamu mengusir mamah, san?"ucap mamahku, dia sudah memicingkan matanya.
"Mah, lebih baik kita pulang aja yuk, lagian aku sudah tidak betah diam disini, buat apa sih nungguin si jalang yang sekarat, mungkin bentar lagi tuh orang akan mati"
ucap adikku yesi yang sudah angkit dari duduknya sambil mengambil tas selempang nya, mendengar ucapannya yang seperti itu tanganku langsung mengepal,darah ku tiba tiba saja mendidih
, ada rasa tak terima dengan ucapan yesi, dengan perlahan aku mendekati yesi.
"Plaaakkkkkkk
Tanganku mendarat di pipi mulus adikku, pipinya sudah sangat merah itu sudah jelas karena aku menampar nya dengan sangat keras, matanya pun sudah terlihat memerah dan berkaca-kaca, tapi aku berusaha untuk tidak peduli.
"Kenapa Kaka menamparku? apa salah ku pada mu "teriak Yesi menatapku tajam, dengan air mata yang terua saja mengalir.
"Kamu masih bilang kenapa? jangan so polos kamu, kamu sudah tahu kalo dia itu istriku, harusnya kamu bisa menghargai nya sebagai kaka iparmu, bukan hanya menghargai uangku saja, dan satu lagi tolong jaga ucapan mu tadi, aku bingung kenapa kamu terlihat sangat bahagia melihat istriku menderita, atau jangan-jangan ini ulah kalian, iya?" teriak ku kesal, karena tak ada rasa sedih di wajah ibu dan adikku. bukan kah tadi di rumah mereka menangis karena hawatir pada istriku atau jangan-jangan mereka hanya pura-pura.
kalo memanf benar keterlaluan sekali mereka.
Adikku dan ibuku sangat terkejut mendengar aku mengucapkan kata-kata itu, mereka terdiam sebentar lalu mulai kembali berbicara seakan menghilangkan rasa gugupnya.
."kenapa kamu menuduh adik mu seperti itu Hasan? apa kamu punya bukti,hah?"bentak ibuku yang merah padam.
"Aku memang tidak punya bukti, tapi aku akan cari bukti itu sampai dapat. lagian bukanya kalian sangat membenci istriku bahkan di hadapan ku saja kalian berani menyiksa Anita, apa lagi tadi aku tak ada di rumah, bisa saja kalian akan menggila" teriakku kesal, kenapa aku baru menyadari ini, tapi aku pun tak bisa berbuat apa-apa, ini hanya kecurigaanku saja, lagian aku masih belum mempunyai bukti kuat untuk melaporkan mereka.
"Aku memang sangat membencinya ka, apa kaka tahu apa penyebabnya? karena dia Kaka berubah menjadi kejam bahkan kaka sudah berani menampar ku, mana sekarang kaka jadi pelit, jarang mengasih aku uang, lagian biarkan saja si jalang itu mati, karena itu akan membuatku dan mamah jauh lebih baik" teriak yesi kembali, lagi-lagi darahku mendidih dengan ucapannya.
Plaaakkkk "tamparan keras kembali mendarat di pipi sebelah kanan yesi.
"Berani sekalii kau berbicara seperti itu pada istriku, sekali lagi aku mendengar ucapan kotor mu itu, maka siap siap lah untuk pergi dari rumah ku" ucap ku tegas.
"Hassan, kau berani mengancam akan mengusir adikmu demi wanita jalang itu?"ucap mamahku tak terima sambil menunjuk istriku yang tak berdaya, aku hanya menatap adikku tajam tanpa memperdulikan ucapan mamah, ntah kenapa aku merasa yakin kalo yang melakukan ini semua ada mereka.
"sudah dua kali kaka menamparku, itu pun karena wanita sialan itu, padahal dulu kaka tidak berani menyakiti ku sedikit pun, tapi semenjak si jalang itu hadir di kehidupan Kaka, kau sudah berubah drastis, AKU BENCI KAMU KAK, AKU BENCI SANGAT BENCI" teriak yesi berlalu pergi sambil menangis.
"Kamu keterlaluan Hasan, mamah sangat kecewa padamu" ucap mamahku sambil berlalu pergi menyusul Yesi. aku hanya bisa menatap kepergian mereka, tak ada sedikit pun rasa menyesal karena sudah menampar Yesi. Padahal dulu aku begitu sangat menyayangi nya, aku selalu menjaganya hanya untuk memastikan kalo dia tidak terluka tapi seiringnya waktu semua bisa berubah.
Aku kembali terdiam saat melihat istriku, ku usap air mata yang dari tadi mengalir, ntah sedang bermimpi apa dia.
"Mas berjanji akan mencari keadilan untuk mu sayang" ucapku pilu.
***
"bunda andra disini" ucap seorang anak kecil sambil melambai-lambaikan tanganya.
"sayang kamu mau kemana nak, ayo peluk bunda" ucap anita yang sudah merentangkan tanganya.
"tidak bunda, andra harus pergi bunda mau ikut"ucap andra sambil tersenyum.
"kenapa harus pergi, bagaimana dengan ayahmu? apa kamu tidak menyayangi ayah dan bunda?" ucap anita yang berusah untuk menghampiri andra.
"andra sayang kalian, tapi disini andra tidak merasakan kesakitan lagi, ayo bunda kita pergi" ajak andra mengulurkan tanganya.
"tapi sayang" ucap anita ragu.
"yasudah andra pergi sendiri saja, jaga diri bunda baik-baik ya aku mencintaimu bunda" ucap andra pergi menjauh.
"andra tunggu bunda ndra, andraaaaaaa" teriak anita menatap kepergian anaknya, saat anita ingin mengejar anaknya, tiba-tiba seseorang menariknya dari belakang.
"aaagggghhhhhh"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Elly
ceritanya bgus,lanjut thor
2021-03-31
0
Mia Adit
lanjut thot
2021-02-18
1