“Apakah aku bisa mengundurkan diri dari pertarungan ini. Entah kenapa, aku merasa sedang tidak enak badan sekarang.” Keringat mulai keluar dari dahi dan punggung Zhong Li.
Ini memang bukan menjadi pertama kalinya bagi Zhong Li untuk bertemu dengan pendekar setingkat dirinya. Tapi yang menjadi masalah saat ini adalah jumlah dari semua pendekar yang setingkat dengan dirinya itu sangatlah tidak sedikit.
“12 orang, tidak. 21 orang.” Zhong Li diam-diam menghitung semua orang itu dengan indra perasa nya yang sudah di tingkatkan. “Sangat mustahil untuk melumpuhkan semuanya sekaligus.”
Zhong Li memanglah sangat Senior dalam dunia bela diri ini, terlebih lagi dalam permainan pedangnya. Bisa di bilang dia adalah satu-satunya yang terbaik di kekaisaran ini atau mungkin di seluruh penjuru dunia, yang mungkin saja sudah bisa di sandingkan dengan pencipta pedang itu sendiri.
‘Heh! Guruku adalah salah satu murid keturunan dari dewa pedang, jadi itulah kenapa aku jago soal main pedang.’ Zhong Li tersenyum pahit setelah memikirkan jika seseorang yang sudah di sandingkan dengan dewa pedang akan mati konyol karena di keroyok.
“Ku ulangi lagi! Bisakah aku bolos untuk pertemuan kali ini saja.”
“Kalau kau bisa masih lari tentunya.” Musuh yang masih berada di hadapannya itu kembali memamerkan senyumnya yang sinis. Zhong Li yang melihatnya itu langsung merasa kesal karena sadar jika situasinya saat ini lebih buruk dari yang tadi.
‘Aku tidak bisa melumpuhkan atau membunuh mereka semua, jadi kali ini aku memang harus memilih untuk melarikan diri dari situasi ini.’ Zhong Li memaksa tubuh dan otaknya untuk tenang dan membaca keadaan dengan santai.
Tapi belum sampai dirinya ke tahap selanjutnya, dua orang turun dari pohon kemudian memacu kakinya untuk mencapai Zhong Li dengan sangat cepat. ‘Apa? Langkah kilat? Sial aku tidak mempunyai nya’
Pedang dari dua orang itu keluar dari sarungnya, tapi tidak di sangka-sangka salah satu dari mereka malah melemparkan pedangnya cepat ke arah Zhong Li yang masih terdiam, dan satu orang yang lainnya tampak menyiapkan kudanya-kudanya sembari berlari cepat.
‘Hindari atau Serang? Aku lebih memilih tempo.’ Zhong Li menghindari pedang yang terlempar itu dengan merendahkan badannya, sembari mengisi kekuatannya pada kakinya.
Pedang pertama adalah pedang yang terlempar, dirinya berhasil menghindari beberapa saat tepat sebelum pedang itu menusuk dirinya. Setelah itu sesuai rancana yang ada di otaknya, dirinya akan melanjutkannya dengan tempo untuk menyerang orang yang sedang memegang pedang kedua.
Zhong Li menjejakkan kakinya keras, berusaha untuk menggapai orang pemegang pedang kedua dengan satu lompatan saja. Lompatan terjadi dengan sangat keras sampai-sampai tanah yang di injaknya itu menciptakan ledakan kecil.
Deretan momen itu terjadi dengan sangat cepat, sehingga mereka semua tidak sadar jika bilah tajam dari pedang Zhong Li sudah mencapai leher pemegang pedang kedua. ‘Aku memang tidak memiliki ilmu langkah kilat! Tapi setidaknya aku bisa sedikit menirunya meskipun hasilnya tidak akan pernah sempurna.’
Orang dari pemegang kedua itu baru menyadari kehadiran Zhong Li beserta pedangnya yang sebentar lagi akan menyentuh penuh lehernya. Orang itu tampak menggigit bibir bawahnya dengan sangat keras, seolah tidak terima dengan kematian yang sebentar lagi akan menjemputnya, tapi semua itu sudah terlambat.
“Aliran Pendekar Matahari, Pelangi Langit Malam.”
Kepala orang itu terlepas dari tubuhnya oleh bilah tajam dari pedang Zhong Li, tapi suatu hal yang aneh tampak terjadi. Percikan api kecil terlihat di seluruh bajunya, ‘Jimat? Tidak mungkin, bukankah pemiliknya sudah mati.’
Ledakan besar terjadi tepat di depan mata Zhong Li, membuatnya harus menerima dampak dari seluruh ledakan itu. Terpental kebelakang adalah salah satunya, terlihat jika sekarang wajah dari Zhong Li di penuhi dengan luka bakar dan bajunya juga sudah tidak layak di pakai. ‘Sialan, apa-apaan ledakan itu! Itu mengejutkan ku.’
Beruntungnya Zhong Li berhasil melindungi batu yang ada di balik bajunya dengan tangan kirinya, sehingga tidak terlempar keluar dari jangkauannya. ‘Kedepannya, ini akan semakin susah.’
“Bagaimana rasanya Senior? Terkena ledakan sekuat itu langsung di depan matamu.”
“Hah, jadi ini ulah mu kah? Jujur soal rasa dari ledakannya tadi, tidak enak sama sekali, yah itu karena memang tidak bisa ku makan.” Zhong Li terkekeh pelan sebelum kembali menyiapkan kuda-kudanya. “Jika memang ini rencana kalian, seharusnya kalian akan meledak satu persatu bukan.”
“Ku harap itu tidak terjadi, lagi pula santai saja. Senior pasti sudah kelelahan bukan menghadapi satu ledakan barusan.”
Beberapa orang kembali turun dari pohon, kemudian menerjang ke arah Zhong Li. Zhong Li yang masih terluka itupun di paksa untuk meladeni manusia yang menyerangnya.
Sayangnya dirinya sudah menyampai batas yang ada, empat pedang yang mengarah kepadanya berhasil dirinya tangkis, tapi yang terakhir berhasil lolos dan menembus perut bagian kirinya dari belakang punggungnya.
‘Sialan, mereka memanfaatkan titik buta ku saat ini.’ Zhong Li membatin kesal, sebelum kembali menguatkan kuda-kudanya dan memutuskan untuk fokus melanjutkan pertarungan.
“Aliran Dewa Pedang, Tarian Pembunuh Iblis”
Zhong Li kembali memainkan pedangnya, kali ini dirinya menari menggunakan pedang bukan lagi tombak yang berwujud pedang. Gerakannya sangatlah lincah dan mematikan, meskipun begitu tetap efisien.
Dalam permainannya kali ini dirinya sudah tidak berniat membunuh lagi, karena dia sadar. Jika membunuh musuhnya saat ini, maka tubuh dari musuhnya itu akan meledak, meskipun hanya pemikirannya saja tapi dirinya cukup yakin akan hal itu.
‘Ini seharusnya tidak mungkin! Bagaimana caranya mereka bisa mengaktifkan jimat tanpa menyentuh jimatnya sama sekali.’ Zhong Li merapatkan giginya, sampai akhirnya dirinya ingin mencoba lagi apakah itu memang benar.
“Gaya Tombak Pembalik, Sambaran Guntur” Zhong Li menusukkan pedangnya ke jantung salah satu musuhnya dengan tangan kanannya, dan tidak lama setelah itu tubuh dari musuhnya itu langsung meledak seperti yang terjadi sebelumnya.
Ledakan itu kembali membuat Zhong Li terlempar kebelakang, tapi tidak hanya dirinya saja yang terkena dampak dari ledakan itu. Melainkan beberapa musuhnya yang sedang berdekatan dengannya juga terkena dampak yang ada.
Menyadari musuh-musuhnya itu terkena dampak dari ledekan besar barusan, Zhong Li langsung menyungging tipis bibirnya. ‘Makan itu ledakan! Pasti enak bukan? Ah tapi tetap saja ini menyakitkan.’ Zhong Li melirik tangan kanannya yang sudah di penuhi luka bakar.
Tapi pemikirannya itu harus terhenti karena satu musuh menyerang dengan cepat ke arahnya, tapi untungnya Zhong Li berhasil menahan serangan itu dengan batu yang terdapat di tangan kirinya.
Dia bisa melihat jika musuh yang baru saja menyerang itu cukup terkejut karena melihat batu yang sedang di perebutkan karena di anggap-anggap sebagai permata, malah di gunakan sebagai pertahanan terakhir dengan pria yang ada di depannya itu.
“Hahaha! Apakah kau terkejut dengan itu, aku juga sama.” Zhong Li menguatkan kaki kanannya berniat untuk menendang musuhnya. Tapi tendangannya itu berhasil di sadari dan dihindari oleh musuhnya, hingga akhirnya Zhong Li berhasil menguatkan tangan kanannya yang masih di penuhi oleh luka itu.
Setelah berhasil menggerakkan tangan kanannya, Zhong Li melompat ke belakang berusaha untuk menjauh dari musuhnya yang menjadi lawannya saat ini. ‘Tidak ada kesempatan untuk menang saat ini. Jalan keluar terbaik adalah kabur! … Tapi sebelum itu aku harus mengalihkan perhatian semua musuhku.’
“Gaya Tombak Pembalik, Sambaran Guntur”
Setelah di rasa cukup jaraknya, Zhong Li melemparkan pedangnya seperti melempar sebuah tombak. Lemparan itu tertuju ke jantung lawannya itu dengan sangat cepat.
Tapi setelah menembus jantung dari musuhnya itu, badan yang di milikinya tidak kunjung meledak, itu membuat Zhong Li kembali merapatkan giginya karena kesal. ‘Apakah ledakan itu bisa di kontrol oleh mereka? Sialan, kalau begitu…’
Zhong Li tidak jadi melanjutkan rencananya, dirinya kembali mendekati musuhnya yang sudah terbunuh dalam keadaan berdiri itu kemudian meletakkan tangan kanan yang sudah di penuhi oleh luka ke dada kanannya.
“Jika jimat itu memang ada, aku juga harus memanfaatkannya.” Zhong Li kini bertujuan untuk merebut jimat yang ada di balik baju dari musuhnya saat ini. “Aku dapat merasakannya… jimat yang mereka gunakan!”
Zhong Li dengan terburu-buru langsung mengubah kepemilikan jimat itu menjadi miliknya. Setelah berhasil melancarkan aksinya, Zhong Li langsung menarik pedang yang menembus jantung musuhnya itu kemudian mendorong tubuh musuhnya untuk masuk ke wilayah musuh.
Di depan Zhong Li, debu yang tercipta dari bekas ledakan tadi masih ada, ini membuat Zhong Li berpikir jika debu itulah yang menjadi penyebab orang yang seharusnya mengaktifkan jimat menjadi lengah karena pandangannya terhalang tidak bisa melihat Zhong Li saat ini.
“Dengan begini seharusnya sudah cukup.”
Tubuh dari orang yang sudah di bunuh nya itu menembus debu hitam yang tercipta bekas ledekan tadi, membuatnya muncul di mata semua musuh yang ada di depan sana. “Aktifkan!”
Ledakan keras kini terjadi tepat di depan muka semua musuhnya. Di saat mereka berhasil terkecoh oleh ledakan itu, Zhong Li langsung memanfaatkan waktunya yang terbatas itu untuk kabur, berlari ke arah Timur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dzikir Ari
Lanjutkan Tor
2023-05-22
0
Dzikir Ari
Lanjut
2023-05-22
0
Nikodemus Yudho Sulistyo
Silahkan mampir dan baca cerita silat/fiksi sejarah saya 'Pendekar Topeng Seribu'
Jayaseta, putra Nio Hongko, salah satu dari dua ratus prajurit Cina pimpinan Endrasena yang mengabdi pada Kesunanan Giri Kedaton, tumbuh menjadi seorang pendekar pilih tanding muda yang kelak dikenal dengan julukan Pendekar Topeng Seribu. Kematian ayahnya di tangan para prajurit Mataram dibantu tentara Surabaya pada tahun 1636 Masehi membuatnya berpetualang mencari jati diri sembari berusaha menyembuhkan luka akibat tusukan tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered. Sepak terjangnya ke seluruh pulau Jawa mempertemukannya dengan guru ilmu kanuragan dari negeri Hindustan dan Keling, para pendekar dan pembunuh bayaran dari tanah Jawa, ronin dari tanah Jepun, berhadapan dengan dua adik-beradik ahli pedang dari negeri Walanda: de Jaager. Ia juga bertandang ke negeri Sukadana di seberang lautan berhadapan dengan kesaktian sihir suku-suku pedalaman, serta melancong ke negerinya orang-orang Siam: Ayutthaya, bergelut dengan para pendekar Muay Boran.
Terimakasih dan selamat menikmati.
*Silahkan bila ingin promosi karya teman-teman di lapak saya. Tapi jangan lupa untuk like, rate dan komen ya 🙏🏻😁
2021-03-04
1