Miko sedang sibuk di meja kasir, mengecek satu per satu bill yang ada disana. Handphonenya di atas meja berdering menandakan telepon masuk. Hanya menoleh sekilas, lalu kembali sibuk dengan kertas bill-nya.
"Mas Miko ... Itu Hp-nya bunyi daritadi." Adel perempuan muda pegawai di Kedai Kopi Mu, menyenggol siku Miko untuk memberi tahunya.
"Biarin aja!" Jawabnya.
"Siapa tau penting Mas ..."
"Gak penting Del!" Miko tampak tak memperdulikan handphonenya yang masih terus berbunyi.
"Siapa tau dari cemewew-nya Mas Miko yang cantik itu lho!" Bujuk Adel lagi.
"Udah mantan Del, kalo mantan itu cukup jadi kenangan biar bisa move on!" Jawab Miko. Handphonenya berbunyi lagi tanda pesan whatsapp masuk.
Miko membuka pesan itu. Dari mantannya, Sila, yang daritadi menelponnya.
Hai Miko... kamu lagi apa?
Cuma di baca dan tidak dibalasnya.
Buat Miko sudah tidak ada yang bisa di bahas lagi dengan mantannya. Sudah dua bulan mereka putus, bahkan Miko sudah mulai hampir lupa dengan Sila. Hanya saja belakangan ini Sila terus menerus menghubungi Miko. Sering juga Sila berkunjung ke Kedai Kopi untuk mencari Miko, tapi Miko bersembunyi dan menyuruh Adel berpura-pura kalau Miko tidak disana.
"Kasian tau Mas ... Tiap dia kesini Mas Miko pasti sembunyi, mana aku ikutan kena dosanya karena bohong. Hilang harga diri perempuan Mas ... Masa iya ceweknya ngejar-ngejar cowok?" Saut Adel mengingat dia sangat sering menjadi kaki tangan Miko. Adel pun sebenarnya tidak tega untuk berbohong kepada Sila.
"Dosanya aku tanggung sekalian naikin gaji mu deh!" Jawab Miko.
"Bener Mas? Naik berapa?" Adel antusias.
"Lima ribu!" Miko tersenyum sumringah tanpa dosa. Adel seketika manyun.
"Kalo lima ribu per jam ya ga apa-apa, Mas!"
Miko tertawa kecil. "Murah amat sejam cuma lima ribu, berapa kali main?"
Adel melotot dan mencubit pinggang Miko. "Enak aja, aku gak open BO ya Mas ..." Manyun lagi.
"Eh siapa yang open BO?" Joni tiba - tiba muncul dari belakang mesin kopi. Dia barista di Kedai Kopi Mu. Joni juga memang dekat dengan Adel, cuma Adelnya masih malu-malu.
"Nih Jon, kamu dari tadi di cariin Adel, minta Kopi gambar love katanya." Miko tersenyum bahagia sambil menyerahkan cangkir ke Joni.
Adel mengalihkan perhatiannya mengambil lap dan mengelap meja yang sudah bersih.
"Kalo buat ayang Adel, jangankan kopi, dadanya aku juga mau aku gambarin love."
Joni kemudian menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk tanda hati.
"Saranghaeyo Adel ..." Katanya seperti di drama Korea.
Adel malu-malu. Dia tampak sibuk mengelap meja yang sebenarnya sudah bersih. Perhatian Adel langsung berpindah pada suara pintu yang terbuka menandakan ada pembeli yang datang. Tampak dua orang perempuan datang yang satu sangat antusias ketika masuk ke dalam, sementara yang satunya lagi terlihat berjalan lemas. Itu Naymila yang berjalan lemas, dia di boyong oleh temannya Kiya yang tadi berbohong pada Naymila katanya mau ke Mall malah mampir ke Kedai Kopi Mu ini.
"Selamat datang kakak." Sapa Adel pada mereka berdua.
"Halo ..." Sapa Kiya pada Adel. Kiya lalu menarik tangan Naymila. "Nay, kamu mau pesen sesuatu?"
"Engga Kiya, tadi kamu bilang mau ke Mall kenapa jadi mampir kesini?" Naymila merasa seperti memakan omongannya kemarin. Dia ingat betul ketika mau pulang dari kedai ini dia di cegat oleh Miko dan berkata kalau besok ada promo lagi gratis senyum manis dia. Mimpi buruk malah masuk kesini lagi.
"Sebenernya aku berniat mampir sebentar aja kok Nay mau ketemu seseorang. Ya udah kalo gitu kamu duduk dulu ya tunggu sebentar disini." Kiya mengajak Naymila untuk duduk. Lalu beralih pada Adel.
"Miko ada kan ?" Tanya Kiya pada Adel.
"Oh... Mas Miko disana kak." Adel menunjuk belakang meja kasir, disana ada Miko yang berdiri membelakangi.
Kiya berlari menuju Miko. "Miiikoooo...." Teriak Kiya. Miko refleks berbalik dan mencari sumber suara yang tidak asing.
"Kiya... Kamu dari kapan disini?" Tanya Miko.
"Baru aja, aku mampir sebentar kebetulan lewat. Itu aku ngajak temen aku!" Kiya menunjuk Naymila yang duduk sendirian.
Miko memperhatikan dengan baik-baik sosok wanita yang duduk menghadap jendela itu. Dia tidak salah dengan pandangannya, dan yakin itu Naymila yang kemarin dia jumpai.
"Itu temen kamu?" Tanya Miko pada Kiya.
"Iya... Dia temen sekolah ku waktu SMA, kita sebangku dua tahun." Jawab Kiya.
"Oohhh..." Miko mengangguk.
"Salamku udah disampein?" Tanya Kiya lagi.
"Udah ... Penasaran katanya sama kamu."
"Serius?" Kiya meremas tangan Miko.
Naymila memperhatikan dari jauh. Kiya yang tampak sangat akrab dengan laki-laki itu. Iya laki-laki yang katanya calon anak sambung tantenya. Selama ini Naymila tidak pernah mendengar cerita Kiya tentang laki-laki itu. Naymila tidak tahu Kiya kenal dimana sehingga sangat akrab seperti itu.
Kiya juga sudah sebulan ini sibuk kuliah dan jarang berkabar. Naymila yang tidak mudah bergaul hanya dekat dengan Kiya yang dua tahun duduk sebangku dengannya waktu SMA. Naymila sibuk cari uang, sementara Kiya sibuk dengan aktifitas kampusnya membuat mereka jarang berkomunikasi.
"Serius lah!" Jawab Miko kemudian
"Temen kamu kasian sendirian tuh!" Miko melirik ke Naymila yang jauh disana.
"Oh iya aku sebentar aja sih Mik, aku pamitan ya!" Kiya hendak meninggalkan Miko.
"Eh tunggu ..." Miko menarik lengan Kiya, "sebentar aku bungkusin kalian minuman ya."
Miko langsung beralih ke mesin kopi dan dengan sigap membuatkan dua minuman. Sementara Kiya menunggu dengan tenang.
"Ini es Coco latte kesukaan kamu, satunya lagi es kopi americano tanpa gula buat teman kamu." Miko menyerahkan es Coco latte pada Kiya. Kiya tersenyum sumringah mengambil es Coco latte miliknya dan hendak mengambil es kopi milik Naymila, namun di tarik oleh Miko.
"Yang ini biar aku sendiri yang kasi teman mu ..."
Miko berjalan menuju tempat duduk Naymila, menarik kursi dan mendekatkannya ke sebelah Naymila. Terlihat lesung pipi Miko yang muncul di pipi kirinya. Naymila sedikit kaget karena tiba-tiba Miko sudah berada di sampingnya dengan jarak yang sangat dekat.
"Hai ... Kita ketemu lagi ya?" Sapa Miko.
Naymila tampak linglung karena baru pertama kali seorang laki-laki duduk terlalu dekat dengannya. Biasanya cuma adiknya Jodi yang senang dekat-dekat dia kalau perlu uang untuk jajan.
"Sesuai janjiku kemarin, aku kasi kamu promo, es kopi americano tanpa gula, gratis senyum manis ku!" Miko tambah melebarkan senyumnya.
"Aku tau kenapa kamu gak mau pakai gula..." Katanya kemudian.
Naymila mengerutkan alis. Miko lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Naymila, dan berbisik.
"Soalnya kamu sudah manis!"
Naymila salah tingkah. Dia tetap berusaha terlihat cuek. Sambil mengalihkan perhatiannya mencoba mencari sosok Kiya. Ternyata Kiya sedang sibuk menyeruput es Coco latte-nya sambil tenggelam dengan handphonenya.
"Kiya ... Sudah selesaikan?" Tanya Naymila.
Kiya yang berdiri sedari tadi di depan meja kasir sambil mengutik handphone, langsung mengalihkan perhatian ke Naymila yang memanggilnya.
Lalu Kiya pun menghampiri Miko yang duduk di sebelah Naymila.
"Eh ... Kalian sudah kenal?" Tanya Kiya.
"Sudah dong!" Jawab Miko spontan.
"Wah kok bisa? Kebetulan banget ya!" Kiya melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas siang.
"Astaga ... Udah jam segini aja!" Kiya dengan sigap mengambil minuman es kopi americano milik Naymila yang ada di meja.
"Yuk Nay! Keburu sore, katanya kamu ada acara ntar malem!"
Naymila segera bangun dari tempat duduknya, melewati Miko yang masih duduk santai disana.
"Miko ... Makasi ya traktirannya. Nanti kapan-kapan kita mampir kesini lagi... Oh iya salam untuk Ayah kamu juga ya. Smoga lancar!" Kiya berpamitan sambil mengajak Naymila.
Miko membalasnya dengan senyuman hangat. Naymila berlalu dengan cuek tanpa basa basi ke Miko dan segera keluar dari Kedai Kopi Mu.
Pandangan Miko tidak lepas dari Naymila. Dia tetap memperhatikan bayangan perempuan itu yang kian menjauh. Walau Naymila tampak sudah pergi membonceng Kiya dengan motornya.
Sementara Adel dan Joni yang memperhatikan, merasa ada yang aneh dengan Miko.
"Kayaknya Mas bos lagi terbakar api ..." Kata Joni pada Adel.
"Api? Api darimana?"
"Api dari cinta ..." Jawab Joni. "Sama kayak aku ... Kalo deket-deket ayang Adel rasanya kepanasan, kayak terbakar api cinta dari Adel!"
Adel mengusap wajah Joni dengan lap bekas mengelap meja tadi dengan sedikit keras sampai Joni mengaduh.
"Nih aku pademin apinya!"
***
Di jalan Naymila cuma terdiam. Dia tidak mau mencari tahu ada hubungan apa Kiya dan Miko. Kenapa mereka sangat akrab. Dalam benak Naymila mungkin mereka berteman.
"Nay ... Doain aku ya!" Kata Kiya tiba - tiba.
"Doa apa ?"
"Doain biar bisa jadian ..." Suara Kiya di telan oleh angin. Samar-samar di dengar oleh Naymila karena dia fokus mengemudikan motornya.
"Ooh ... Iya, iya ..." Jawab Naymila spontan, padahal dia tidak begitu dengar.
"Aku suka banget sama dia, kayaknya dia juga suka sama aku!" Kata Kiya lagi.
Naymila mendengarnya dengan jelas. Mungkin maksud Kiya itu Miko tadi. Mungkin Kiya memang lagi dekat dengan Miko. Naymila tidak mau ambil pusing. Baginya Kiya yang periang dan sedikit cerewet mungkin cocok dengan Miko yang mudah bergaul dan ramah. Mungkin Kiya kenal di kampus atau entah dimana. Kiya tampak senyum-senyum bahagia semenjak dari kedai kopi tadi.
"Eh ngomong - ngomong kenapa Miko bisa tau kamu gak seneng pakai gula?" Tanya Kiya.
"Oh .. Itu. Kemarin pulang dari rumah pelanggan ku, aku sempet mampir kesana. Mungkin dia masih inget sama pesenan ku ... Gak ada apa - apa kok Kiya! Kamu tenang aja!" Naymila berusaha menenangkan agar Kiya tidak salah sangka.
"Oohh ...."
Kiya tidak melanjutkan lagi membahas tentang Miko. Kiya cuma mau melepaskan rindunya pada Naymila. Mereka menghabiskan waktu untuk sekedar jalan-jalan. Kiya tahu bagaimana kerasnya kehidupan Naymila, Kiya juga tahu kalau temannya ini susah bergaul. Maka sekali-kali Kiya meminta ijin pada Mama Naymila untuk mengajak Naymila jalan-jalan. Selalu menaiki motor Naymila, Kiya yang bayar bensinnya. Kiya juga yang sering traktir Naymila. Bagi Kiya, Naymila adalah sahabat terbaiknya selama di SMA.
**"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments