Seorang laki-laki tinggi dengan rambut lurus yang di sisir rapi, membawa pesanan yang dipesan Naymila. Dia terlihat sudah terlatih dan sigap.
"Sore ... Pesanannya satu roti bakar sandwich telur keju, juga satu es kopi americano tanpa gula ya." Sambil meletakkan pesanan Naymila di atas meja.
"Makasih..." Jawab Naymila.
"Tumben kesini ya, Kak ?" Tanya pelayan itu.
Naymila melirik sepintas, kemudian memasang wajah cuek.
"Ya..." Jawabnya singkat.
"Pantesan ... Saya baru pertama kali lihat Kakak kesini. Kakak tinggal dimana ?" Tanyanya lagi.
"Jauh."
"Jauh di mata dekat di hati ya?" Ucapnya dengan wajah jahil.
Naymila tetap cuek, dia cuma berpikir orang ini tidak terlalu penting. Naymila memang tidak mudah bergaul. Naymila fokus mencicipi sandwichnya, tanpa peduli pelayan tadi masih berdiri di sampingnya.
"Bagaimana rasa roti bakar sandwichnya kak? Enak?" Tanya pelayan itu lagi.
Naymila cuma mengangguk. Lalu menyeruput es kopinya. Wajahnya sedikit mengernyit saat es kopi itu masuk kerongkongannya. Pahit.
"Kenapa Kak? Pahit?" Tanya pelayan itu lagi.
Naymila diam saja.
"Kalo dikasi sedikit gula mungkin rasanya jadi lebih enak, Kak! Kakak memang gak suka gula ya?"
Naymila masih diam. Naymila tidak mau ambil pusing kata-kata pelayan itu. Naymila memang anti dengan sesuatu makanan atau minuman yang manis. Karena dulu waktu SD dia pernah sakit selama seminggu, mual-mual karena konsumsi minuman coklat yang terlalu manis, sejak saat itu dia sama sekali tidak mau konsumsi sesuatu yang terlalu manis. Jadi selama ini kalau minum selalu yang hambar, selain air putih, jika dia ingin minum teh atau kopi, pasti tanpa gula.
"Kakak ditanya kok diam aja sih Kak? Ya sudah selamat makan ya Kak!" Pelayan itu tersenyum lebar, terlihat ada lesung pipinya di sebelah kiri.
Naymila tetap fokus untuk makan. Dia merasa ada yang memperhatikan dia dari jauh. Mungkin cuma perasaannya saja. Naymila terus menyeruput es kopinya sampai setengah. Dia tahu itu pahit, cuma dia merasa sayang saja untuk membuangnya, belinya pakai uang. Jika tahu kalau begini tadi seharusnya dia membawa bekal air putih, gara-gara tadi dia bergegas ke rumah Sila.
Setelah dia menghabiskan sandwich juga es kopinya, dia segera bangun dan beranjak pergi dari mejanya. Handphonenya berbunyi tanda ada pesan masuk. Dari Mama.
Kamu dimana Nay? Masih lama? Anter Mama ke rumah Tante Ririn.
Naymila segera membalasnya.
Ini otw mah...
Balas Naymila sambil lalu memasukan handphonenya kembali ke tas. Dan bergegas untuk pergi.
Di dekat pintu keluar dia disambut kembali oleh pelayan tadi.
"Terimakasih Kakak... Datang kembali ya ke Kedai Kopi Mu! Oh iya besok kita ada promo lagi kak! Beli satu es kopi tanpa gula, gratis senyum manis ku Kak!" Pelayan itu memamerkan senyum lebar dengan lesung pipi di kirinya lagi.
Naymila berjalan cuek sambil tersenyum tipis. Dia bergegas keluar dari kedai itu, lalu mengeluarkan kunci motornya. Sambil masih terbayang kata-kata pelayan tadi.
"Sori... Gak akan kesini lagi." Sambil menancap gas motornya.
***
"Nay ... Kamu sudah makan belum?" Tanya Mama Naymila yang sedang di bonceng oleh Naymila menuju salon Tante Ririn.
"Udah Mah, tadi aku mampir beli makan di jalan pulang."
"Beli makan di jalan? Beli makan apa? Jangan boros dong kamu. Mama tadi masak banyak itu gak ada makan, tadi juga Jodi cepet-cepet pergi katanya di ajak futsal sama temennya."
Naymila cuma diam. Dia malas membahas kalau masalah makan di luar selalu Mamanya memberi nada tidak setuju. Naymila tipe orang pendiam, dia juga jarang sekali curhat dengan Mamanya, dia tahu kalau curhat ke Mamanya bukannya menemukan solusi tapi malah menambah masalah. Baginya Mama selalu punya pandangan negatif tentang segala sesuatu. Selalu melihatnya dari segi negatif dulu, dan sangat jarang memeluk anak-anaknya. Buat Mama cuma mencari uang untuk bertahan hidup untuk dia dan anak-anaknya. Tanpa perlu mencari tahu perasaan anak-anaknya atau mencari tahu apa yang sedang di alami anak-anaknya.
Sampai di salon Tante Ririn. Tante Ririn tampak duduk bersantai.
"Rin ... Kamu lagi sepi?" Tanya Ibu Sinta, Mama Naymila.
"Iya Mbak Sinta... Belakangan agak sepi. Kalau ramai biasanya Nay sering bantuin kesini!" Jawab Tante Ririn.
"Nay sering kesini?" Tanya Ibu Sinta lagi sambil melihat anaknya.
"Iya Nay kan sering bantuin disini, kadang juga ada yang minta eyelash atau nailgel itu Nay yang ambil kerjaannya Mbak! Lho, emangnya Nay gak pernah cerita?" Tampak wajah Tante Ririn kebingungan.
Sudah berjalan dua tahun dari waktu Tante Ririn memberi tawaran untuk kursus ke Naymila. Waktu itu Mama Naymila cuma tahunya cerita kalau Tante Ririn yang membiayai kursusnya, tanpa tahu kalo ternyata Naymila juga sering membantunya di salon.
"Ya Mama gak pernah tanya, jadi mana tau ..." Jawab Naymila cuek.
Mamanya memandang dengan tatapan tajam ke anaknya. Tante Ririn segera berusaha mencairkan suasana.
"Udah-udah ... Maaf ya Mbak Sinta mungkin aku juga gak pernah cerita ke Mbak. Tapi ini Naymila gak sering kok kesini, paling kalo ada yang butuh eyelash extension atau nailgel aja." Tante Ririn berusaha menenangkan iparnya.
"Oh iya... Aku suruh Mbak kesini karena ada yang mau aku omongin, Mbak." Lanjut Tante Ririn.
Mama Naymila segera mengalihkan pandangannya dari Naymila ke Tante Ririn.
"Ada apa Rin?"
Tante Ririn senyum-senyum, "aku rencana nikah bulan depan, Mbak."
Naymila berdiri dari tempat duduknya. "Tante ... Beneran? Kok Tante gak cerita ke Nay?"
Tante Ririn cuma tersenyum.
"Syukurlah Rin, Mbak seneng banget dengernya. Akhirnya..."
"Iya maaf baru bisa kasi tau kalian hari ini. Calon suamiku rencana besok mau ketemu keluarga kita. Besok Mbak datang ya sama anak-anak." Kata Tante Ririn.
"Tunggu... Emang pacar Tante Ririn yang mana?" Naymila berusaha mengingat laki-laki yang pernah dekat dengan Tantenya.
"Itu yang ngajak Tante pergi naik mobil warna hitam." Saut Tante Ririn.
Naymila coba mengingatnya lagi. Memang pernah dia melihat Tantenya di jemput dengan mobil berwarna hitam, namun dia tidak jelas melihat wajahnya.
"Kamu kenal dimana? Sudah lama pacarannya?" Tanya Ibu Sinta menyelidik.
"Baru pacaran enam bulan Mbak! Dianya juga serius. Tapi...."
"Tapi?" Tanya Mama Naymila.
"Tapi duda Mbak!"
Spontan Naymila dan Mamanya melotot.
"Kamu serius? Mau nikah sama duda?" Tanya Ibu Sinta meyakinkan.
"Iya Mbak, Yakin seratus persen. Dia baik Mbak." Jawab Tante Ririn dengan yakin.
"Tapi kalo nikah sama duda itu pasti ada resikonya Rin, apa dia sudah punya anak sebelumnya? Kenapa dia duda? Cerai atau ditinggal meninggal?" Jiwa keingintahuan Ibu Sinta pun keluar, seperti bayangan Naymila, kalo Mamanya ini pasti akan berpikir negatif dulu tentang seseorang.
"Cerai Mbak... Sepuluh tahun lalu. Dan mantan istrinya sudah menikah lagi setelah mereka bercerai!"
"Trus anaknya?" Tanya Ibu Sinta lagi.
"Dia punya satu anak laki-laki Mbak, sekarang masih kuliah, tinggal sama dia juga. Sejauh ini anaknya mau menerima Ririn. Dia juga baik dan manis."
"Yang penting itu udah jadi keputusan kalian saja. Kan kalian yang menjalani, Mbak doakan yang terbaik ya."
"Tumben gak pake kotbah Mah?" Tanya Naymila pada Mamanya.
"Sssttttt..." Mama Naymila mendekatkan jari telunjuknya ke bibirnya. Naymila langsung manyun.
"Jadi besok Mbak sama anak-anak datang ya." Tante Ririn meyakinkan lagi.
"Iya Rin, Mbak pasti datang kok." Jawab Mama Naymila.
"Nanti Tante kenalin kamu sama anaknya yah..." Kata Tante Ririn pada Naymila.
Naymila cuma tersenyum tipis.
Ada suara motor didepan salon Tante Ririn. Tidak lama motornya terparkir tepat di depan salon. Seorang laki-laki yang menaiki motor Vespa keluaran terbaru berwarna putih itu tampak membuka helmnya. Dengan menggunakan jaket kulit tebal berwarna coklat, juga headset terpasang di telinganya. Dia tampak menyapukan rambutnya dengan jari agar kembali rapi. Laki-laki itu masuk ke dalam salon dengan senyum manis dan lesung pipinya di sebelah kiri tampak terlihat jelas.
"Halo Tante cantik ..." Sapa orang itu.
Naymila mencari sumber suara itu, menoleh ke orang yang berdiri depan pintu salon. Badannya tinggi dengan rambut lurusnya. Naymila yakin pernah melihat orang ini. Tapi tidak mau ambil pusing, Naymila mengalihkan perhatian dengan mengambil handphonenya dan membuka sosial medianya.
"Loh ... Miko, kamu kok tiba - tiba kesini? Sama siapa? Sendirian?" Tanya Tante Ririn yang sedikit kaget dengan kehadiran orang itu.
"Iya Tante ... Aku sendirian, tadi kebetulan lewat jadi aku mampir. Oh iya ini aku bawain kue brownies." Dia memberikan bungkusan kepada Tante Ririn. Tante Ririn langsung mengambilnya.
"Makasi ya Miko ... Kamu repot-repot banget."
Miko tersenyum lagi pada Tante Ririn, Juga tersenyum pada Ibu Sinta. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada Naymila yang sedang asyik mengutik handphonenya.
"Oh iya Mbak Sinta, ini kenalin namanya Miko. Dia anaknya calon suamiku, yang tadi aku ceritain yang masih kuliah." Tante Ririn mengenalkan Miko pada Ibu Sinta.
Ibu Sinta tersenyum manis. "Ganteng ya..."
"Tapi bukan ganteng - ganteng serigala Tante ya ..." Miko melempar senyum lesung pipinya pada Ibu Sinta. Ibu Sinta malah tersipu malu.
"Miko, ini kakak ipar Tante, namanya Ibu Sinta. trus yang duduk pegang Hp itu anaknya, namanya Naymila." Tante Ririn memperkenalkan pada Miko.
Miko mengangguk. "Seneng bisa ketemu Tante." Sambil meraih tangan Mama Naymila lalu mencium punggung tangannya.
Ibu Sinta kesemsem melihat anak laki-laki tampan yang sopan. Dia yang selalu melihat orang dari sisi negatif, tapi kalau melihat anak muda yang ganteng semua yang dia lihat jadi positif.
"Tante... Saya boleh minta ijin?"
"Hah? Ijin apa?" Tanya Mama Naymila.
"Ijin ngobrol sama anaknya Tante." Sambil menoleh ke Naymila yang sibuk main Hp.
"Aduh... Gitu aja pake ijin, ya langsung aja kesana gapapa."
Miko tanpa pikir panjang langsung duduk di sebelah Naymila. Ada kursi rotan panjang berwarna putih. Naymila tetap cuek.
"Hai ... Ternyata dunia sempit ya." Sapa Miko.
Naymila menoleh sekilas. Melihat Miko dari atas sampai bawah. Merasa tidak penting jadi Naymila kembali sibuk dengan handphonenya.
"Kamu lupa ya? Yang tadi sore di kedai kopi." Miko mengingatkan kembali.
Otak Naymila langsung memutar kembali ingatannya. Iya ini pelayan yang di kedai kopi tadi.
Miko menjulurkan tangannya, hendak berkenalan.
"Namaku Miko ... Kamu Naymila ya?"
Tapi Naymila tidak membalas tangan Miko. Dia cuma mengangkat satu alisnya, dan kembali sibuk dengan layar handphonenya.
"Aku baru tau kalo kamu keponakan Tante Ririn. Nanti kita jadi sering ketemu lagi." Kata Miko lagi.
Naymila merasa terganggu. Dia beranjak pergi dari tempat duduk itu. Pandangan Miko tidak lepas dari Naymila, walau Naymila cuek bebek padanya.
***
kasi coment ya temen2 yang baca ... biar aku semangat nulisnya 😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Four.
Semangat thor💪 sehat selalu😁
Salam dari City full love (Paris) dan Memory [ingatan].
2021-04-28
1