Cincin*

Aurora mengerjapkan matanya, ia terbangun karena sesuatu berat menindih tubuhnya.

"Eh.."

"Oh, kenapa kamu tidur disini!"

Edward yang masih terlelap langsung terbangun begitu mendengar teriakan Aurora. Ia menyipitkan matanya.

"Kenapa berisik sekali, aku bahkan baru tertidur Aurora."

"Iya tapi kenapa tidur disini. Mansion ini kan banyak kamar!"

Edward mengacak acak rambutnya. "Huh! Please jangan berdebat sekarang, aku masih butuh tidur. Kunci mulutmu baik-baik atau aku akan memagut bibirmu lagi. Cantik-cantik cerewet."

Tangan Aurora sudah terangkat keatas ingin sekali menampol mulut pria itu, ia gemas bukan main mendengar cuitan pria disampingnya.

"Jangan mengodaku. Aku tau pay-udaramu besar, tak perlu kau tunjukkan padaku. Aku pernah merasakannya."

"Kak Edward!! Mulutmu ya! Nggak pernah disekolahkan!!" Aurora memukul gemas mulut Edward dan menimpukinya dengan bantal.

"Hei..stop. Berhenti..berhenti! Aish. Ayolah aku hanya ingin tidur sebentar, ini juga masih malam, tolong jangan menggangguku jika tidak ingin tidur bersamaku."

Aurora hanya bisa terdiam. Sebenarnya ia sangat kesal tapi ia berusaha menahannya. Ia beranjak dari ranjang dan duduk di sofa.

"Kenapa tidak tidur lagi. Kemarilah, kita bisa tidur bersama. Aku janji gak ngapa ngapain kamu."

"Gak. Aku mau keluar saja, aku gak bisa tidur!" Ketus Aurora lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.

Aurora berjalan menuruni anak tangga dan memilih duduk di teras belakang sambil memandangi taman yang cukup cantik karena diterangi lampu hias. Pikirannya melayang pada bingkai foto yang baru ia temukan semalam. Otak pintarnya sedang mengurai banyak pertanyaan dari segala kemungkinannya. Cukup lama ia duduk tiba-tiba seorang kepala pelayan datang menghampirinya.

"Nona, anda membutuhkan sesuatu." Suara bariton Pak Wid membuyarkan lamunannya.

"Eh," Aurora terkejut mengelus dadanya.

"Maaf jika saya mengejutkan anda. Kenapa anda berada disini. Disini banyak angin, sebaiknya anda masuk ke dalam."

"Anda juga kenapa disini. Apa sudah waktunya bekerja?"

"Saya memang sedang bekerja nona."

Aurora hanya meringis, jam segini bekerja, apa di mansion ini bekerja 24 jam non stop. Kadang ia tak habis pikir dengan lingkungan orang kaya.

"Duduklah pak, temani saya melihat matahari terbit. Saya tadi kemari karena saya tidak bisa tidur, sepertinya saya tidak kerasan di sini." Gurau Aurora menoleh ke arah Pak Wid yang belum juga duduk.

"Saya bisa membuatkan sesuatu agar anda bisa tidur nyenyak nona."

"Tidak, tidak perlu, lagian ini juga hampir pagi. Anda sudah berapa lama ikut keluarga ini pak?"

"Emm mungkin 26 tahun, sejak kelahiran Tuan Muda nona."

"Wah, anda orang yang setia. Semoga saya juga bisa memiliki orang orang yang setia seperti anda pak."

Kepala pelayan hanya tersenyum simpul. Tak menyangka jika calon menantu majikannya bisa ramah pada seorang pelayan.

"Lalu bagaimana masa kecil Tuan muda pak? Apa dia sangat menggemaskan?" Tanya Aurora yang mulai mencari jawaban dari banyaknya pertanyaan dalam hatinya. Ia harus segera meluruskan dan mengungkap kebenaran pikirnya.

"Ya, dia anak yang menggemaskan dan periang. Saya selalu dibuat tertawa dengan semua tingkahnya." Pak Wid tiba-tiba tersenyum mengingat masa lalu bersama Edward kecil kala itu.

"Sayang sekali itu tidak lama nona, Tuan muda dikirim ke desa terpencil yang saya juga tidak tau tepatnya dimana. Dia diasingkan dan dijauhkan dari dunia yang kejam ini." Pak Wid menghela nafasnya yang terasa berat. Sedangkan Aurora masih menyimak dengan serius.

"Kasihan sekali anak itu, bahkan usianya baru menginjak 7 tahun. Padahal ia lagi senang senangnya memiliki adik perempuan, tapi harus dipisahkan begitu saja. Saya bahkan sampai menangis saat Tuan besar membawanya pergi."

Kepala pelayan tersenyum menatap Aurora. "Jangan bertanya lebih jauh nona, saya tidak berani mengatakannya. Sebaiknya anda bertanya langsung pada Nyonya besar."

"Tapi jika aku bertanya pada beliau, sudah lain ceritanya Pak. Aku akan bertanya padanya setelah Pak Wid bercerita. Aku janji gak akan bilang pada siapapun. Lagian saya akan menjadi bagian keluarga ini bukan." Aurora menaik turunkan alisnya mengajak berkompromi.

"Apa yang ingin anda ketahui nona."

"Kenapa diasingkan." Jawab cepat Aurora.

Pak Dar tersenyum simpul menatap Aurora lalu mengarahkan pandangannya ke langit yang mulai tampak kemerah merahan.

"Tuan muda terlahir dengan sendok emas ditangannya, tidak heran jika banyak pihak luar yang menginginkan kematiannya. Nyawanya terancam jika Tuan muda berada dilingkungan Tuan Besar. Apalagi Tuan besar sudah memindahkan saham terbesarnya pada Tuan muda kala itu. Itu juga demi keamanan bersama, setidaknya jika terjadi sesuatu disini, masih ada Tuan Muda bukan."

"Ini sedikit rumit, tapi aku mengerti maksud mereka. Nyawa anak jauh lebih penting. Ayah menyelamatkan anak sekaligus hartanya, walaupun mereka harus berpisah dari anak yang disayanginya. Lalu, mulai kapan kak Edward kembali ke negara ini Pak?"

"Baru dua tahun yang lalu nona. Setelah Tuan muda menyelesaikan pendidikan S2 nya di London, Tuan muda langsung dipaksa pulang dan terjun ke perusahaan untuk membantu Tuan Besar. Dan sekarang perusahan sudah diserahkan sepenuhnya pada Tuan muda. Saya tidak menyangka jika Tuan muda bisa sepintar itu, di usia segitu Tuan muda sudah dipercayai perusahaan sebesar itu walaupun masih dibawah kendali Tuan besar."

"Apa yang dilakukan ayah pada Kak Edward , apa beliau menggemblengnya dengan keras selama dua tahun ini?"

Aurora menatap serius pada Pak Dar yang masih memandangi langit. Aurora bahkan sudah lupa tujuannya mengajak pria tua itu duduk di bangku itu. Ia sudah lupa dengan matahari terbitnya, ia lebih tertarik dengan cerita tentang Edward.

"Anda benar. Tuan besar menggembleng Tuan muda dengan keras. Bahkan beliau akan memarahi habis habisan jika Tuan muda melakukan kesalahan, tapi sekarang tidak lagi nona. Tuan muda sudah bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Saya bangga dengannya."

"Nona, sepertinya tugas menemani anda sudah berakhir, matahari sudah terbit, saya harus melanjutkan pekerjaan saya. Permisi."

"Eh.. aku belum selesai."

Aurora hanya bisa melihat punggung pria tua itu berangsur menghilang dari pandangannya. Wanita itu tersenyum tipis, setidaknya ia mendapatkan informasi yang belum pernah ia dengar sebelumnya.

"Aku tinggal menggabungkan potongan puzzle-puzzle ini, aku akan menanyakan kebenaran ini pada Bunda, aku harus segera mengetahui kebenarannya sebelum aku mati penasaran karena memikirkan ini. Oh kak Ard, gadismu ada disini. Tunggu aku sayang." Gumam Aurora lalu terkekeh sendiri.

.

.

"Pagi Bunda, Ayah." Edward menyapa orang tuanya yang sudah berada di kursi meja makan masing masing.

"Pagi juga sayang, lho dimana Aurora?Kenapa tidak turun bersama?" Tanya Bunda Yuli.

"Lagi mandi, mungkin bentar lagi turun." Jawab Edward setelah mengambil tempat.

Tak lama setelah itu Aurora pun menuruni anak tangga. Gadis itu memakai gaun selutut pemberian Edward yang entah kapan pria itu membelinya. Ia tersenyum ramah menyapa mereka.

"Kemari sayang kita sarapan bareng. Kamu cantik sekali pagi ini. Mau ngampus?" Bunda Yuli

Aurora tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

''Edward, nanti antarkan Aurora dulu sebelum ngantor." Tuan Admaja mengambil suara.

"Maaf ayah, pagi ini aku ada meeting di kantor, lagian kita juga tak searah. Aku akan minta Kevin yang mengantarnya, kamu tidak keberatan bukan?" Tanya Edward pada Aurora.

"Tak apa, Listy temanku nanti yang akan menjemputku, lagian aku tidak berangkat sekarang." Terang Aurora dengan senyumnya. Edward hanya mengangguk mengiyakan.

Usai sarapan, Edward dan ayahnya pergi ke kantor, kini tinggallah Aurora dan Bunda Yuli yang masih memandang mobil yang ditumpangi suami dan anaknya perlahan menjauh.

"Bunda, ada yang ingin aku tanyakan, bisakah kita berbicara sebentar?"

"Kedengarannya ini serius. Ayo ikut Bunda."

Aurora hanya mengekori Bunda Yuli yang membawanya ke ruang perpustakaan. Mereka saling duduk berhadapan.

"Katakan."

Aurora mendadak ciut nyalinya. Ia merasa canggung seketika.

"Bunda aku ingin mendengar kisah masa kecil kak Edward, benarkah kak Edward pernah diasingkan dan dimana desa itu?"

"Apa kamu sudah tau semuanya Aurora?"

Aurora mengangguk lalu menggeleng. Jawabannya ambigu.

"Sebenarnya cerita ini sangat panjang untuk diceritakan. Bunda akan ceritakan secara garis besarnya. Apa kamu ingin mendengarnya?"

Aurora mengangguk. Penasaran tentu saja.

"Ya, kami memang pernah mengasingkannya, lebih tepatnya menyembunyikannya. Edward kami sembunyikan di desa dimana kamu tinggal sebelum kamu menetap di kota ini."

Deg.

Benar. Dia benar kak Ard ku, tidak salah lagi, batin Aurora.

"Edward kecil kami titipkan pada guru besar padepokan pencak silat. Beliau dulunya adalah guru dari Ayah Edward. Kami percaya jika Beliau bisa mendidik dan mengamankan anak itu jika terjadi sesuatu pada kami disini. Keadaan waktu itu sangat genting Aurora. Kami terpaksa. Kami menitipkannya selama hampir sebelas tahun bersama beberapa bodyguard kepercayaan ayahnya. Kehidupan kanak kanaknya seperti anak-anak lainnya, sederhana bukan seperti Tuan muda." Pandangan Bunda Yuli seakan menerawang jauh ke masa masa itu.

"Edward disekolahkan di sekolah umum yang jauh dari kata berkelas untuk seukuran keluarga kami. Kehidupannya biasa biasa saja. Kegiatannya hanya berlatih dan belajar. Ayah Edward sangat keras dalam mendidik dan menentukan standar nilai ulangannya. Dia selalu diancam ayahnya jika tidak mendapatkan nilai terbaik, dia tidak mempunyai kesempatan bertemu dengan kami. Itu sebabnya ia memakai kacamata, ia sangat rajin belajar untuk mendapat nilai terbaik hanya demi ingin bertemu dengan kami, lebih tepatnya dengan Amelia, adik kesayangannya."

"Kami menemui anak itu setahun sekali saat kenaikan kelas, dan itu hanya sehari dan tak pernah lebih. Walaupun keadaannya sakit sekali pun, kami tetap tidak diijinkan menjenguknya. Saya sebagai ibunya hanya bisa mengusap dada, kasihan tapi itu juga untuk kebaikannya sendiri. Kami tidak ingin dia terluka."

Ah jadi ini sebabnya Kak Edward sewaktu sakit tidak ada keluarga yang menjaganya, batin Aurora.

"Jika kamu menanyakan kenapa dia diharuskan mendapatkan nilai terbaik, alasannya pasti sudah bisa kamu tebak. Ayah Edward menginginkan anaknya kuliah di universitas terbaik di London. Impiannya hanya satu, Bapak hanya ingin anaknya menjadi orang sukses dan tidak mudah dikalahkan. Dia harus menjadi penerus yang tangguh."

"Apa Bunda juga mengetahui peristiwa berdarah itu?" tanya Aurora hati hati.

Bunda Yuli tersenyum dan mengangguk.

"Ja.. jadi..?" Aurora terbata.

"Kami adalah teman bersama. Bunda dan mamamu adalah teman dekat. Dulu kami memang sepakat untuk menjodohkan kalian. Entah takdir atau apa, kalian sudah berteman dekat. Benar bukan?"

Aurora hanya mengangguk membenarkan.

"Setelah papa dan mamamu mengetahui alasan kenapa kami menyembunyikan penerus keluarga kami, mereka memutuskan untuk ikut menyembunyikan kamu, tapi mereka tidak tega meninggalkan kamu sendirian. Jadi mereka ikut tinggal bersama kamu, perusahaannya bahkan mereka titipkan pada paman polisimu itu. Kami senang, setidaknya ada Papa dan mamamu yang ikut memantau perkembangan Edward walau secara sembunyi-sembunyi. Dari sini kamu pahamkan?"

Lagi lagi Aurora hanya mengangguk.

"Kamu pasti syok mendengar kami menjodohkan kalian benar bukan." Bunda Yuli tersenyum.

"Sama seperti Edward. Dia bahkan sempat marah marah pada kami karena belum mengetahui kebenarannya. Coba saja jika dia tau, anak itu pasti kegirangan bukan main. Tapi sekarang kamu bahagia bukan, orang yang kami jodohkan adalah orang yang kamu tunggu dan kamu cintai selama ini. Kak Ard kesayanganmu."

Bunda Yuli terkekeh melihat wajah Aurora yang merona.

"Lalu kenapa kak Ard tidak mengenali kami, apa wajahku terlalu berubah? Dia bahkan tidak ingat Papa dan mama, dan bagaimana bisa?" Heran Aurora.

Senyum Bunda Yuli langsung menghilang. Ia menatap Aurora dengan pandangan ragu. Seperti tidak yakin untuk mengatakannya.

"Maaf jika ini menyakitimu Aurora, tapi kamu harus tau dan jangan membicarakan ini pada Edward. Ini rahasia kita. Kamu mengerti."

"Mengerti." Aurora mengangguk mantab.

"Perilaku Edward menjadi aneh semenjak kejadian berdarah waktu itu. Entah kenapa anakku itu berubah menjadi manusia yang mengerikan, dia seperti psikopat. Dia bahkan tak segan melukai orang yang berani menyinggungnya, lebih parahnya dia menjilat darah para korbannya tanpa rasa jijik sekalipun. Entah kamu mengetahui atau tidak, yang jelas seperti itu adanya."

Aurora terperangah tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Dia tentu saja tidak percaya, selama itu kak Ard nya selalu bersikap manis padanya dan tidak pernah menunjukkan gejala seperti yang dikatakan Bunda Yuli.

"Kami kemudian disarankan untuk membawa Edward berkonsultasi pada seorang profesor di Austria, katanya profesor itu mempunyai penemuan terbaru, dia bisa menghilangkan sebagian memori masa lalu dengan cara hipnoterapi dan operasi. Nah dari itu kami tertarik dan mencobanya, karena dari hasil review banyak yang berhasil."

"Apa kak Edward berhasil?"

"Bisa dikatakan iya dan tidak Aurora. Berkat hipnoterapi, anak itu sudah tidak seperti psikopat lagi, Bunda berharap hasilnya bisa permanen."

"Tapi kenapa kak Edward mengingat gadis kecilnya, sedangkan pada papa dan mama tidak?"

"Itu yang Bunda tidak tau, dia hanya mengingat peristiwa dan orang penting dalam hidupnya. Harusnya kamu bangga, kamu adalah orang penting baginya."

"Bunda mohon jangan ceritakan masalah hipnoterapi ini pada Edward, Bunda takut dia akan kambuh lagi. Kamu bisa mengatakan jika kamu adalah Rara gadis kecil yang dicarinya, dia pasti akan senang sekali, bahkan ia pasti tak percaya. Kamu yang sekarang dan yang dulu sangat berbeda Aurora, kamu sekarang terlihat sangat cantik sekali. Pasti papamu yang mengomelimu untuk melakukan banyak perawatan tubuh hingga bisa secantik ini. Benar bukan?"

Aurora tertawa, ia membenarkan dugaan Bunda Yuli. Memang benar jika papanya yang selalu mencerewetinya jika tidak melakukan perawatan, katanya biar pantas jika disandingkan bersama Tuan muda yang akan menjadi suaminya. Mengingat hal itu, Aurora hanya bisa tersenyum geli.

.

.

Aurora sudah berada di kampus, ia dan Listy sekarang sedang berada dikantin setelah menyelesaikan urusan kuliahnya.

"Ra, udah tau belum." Listy membuka percakapan.

"Apaan."

"Denger denger Loe dijadikan salah satu pengisi acara buat acara prom night saat perpisahan nanti. Dan tau gak, loe bakal dipasangkan dengan si Aldi temen loe itu."

"Hah! Masa sih. Aduh gimana dong, ini pasti gara-gara kamu nih!" Tunjuk Aurora dengan sendok garpu ditangannya.

"Hehe ya maap mbak. Aku juga gak tau akan gini jadinya. Tapi suer deh, suara loe sama Aldi cakep banget. Beuh mantep banget. Kawin dah pokoknya." Listy mengacungkan dua jempolnya.

"Ck. Kamu menambah daftar masalah kalo gitu beib." Keluh Aurora sambil membuka ponselnya. Tiba tiba ia mengulas senyum tipis.

"Dih yang mulai gak waras. Apaan sih."

"Kak Edward mau ngajak jalan."

"Apa!" Listy menggebrak meja, sontak para mahasiswa menatap kearahnya. Listy hanya meringis.

"Jelasin. Kenapa bisa jalan sama kak Edward dan siapa dia, apa dia pemilik mansion besar itu? Kamu juga belum menjelaskan kenapa tadi loe disana. Cepet, cepet jelasin." Jiwa Listy mendadak kepo.

"Dia tunangan aku."

Listy hanya menganga lebar, terkejut tentu saja. Kapan lamarannya.

"Jangan ember. Ini rahasia." Aurora memamerkan cincin pertunangan yang melingkar dijarinya.

"Ck..ck.. aku tak menyangka. Lalu kapan kalian akan menikah?apa setelah wisuda?"

Aurora hanya menaikkan bahunya. "Mungkin 2 atau 3 tahun lagi. Aku masih ingin kuliah."

"Boleh seperti itu. Enak menikah baru kuliah Ra. Kasian sekali sih tunangan loe."

"Ya Gimana dong, perusahaan juga membutuhkan penerus yang berkualitas. Kak Andi mana mau kerja di perusahaan. Dia masih kekeh kerja di bidang Entertainment. Entah apa enaknya jadi artis, aku mah nggak banget."

"Ya pilihan orang mah beda beda atuh Ra."

"Ya ya terserah dah. Maap gue mau cabut dulu, udah ditungguin soalnya. Bye."

"Yakk...! Gue ditinggalin. Ra tunggu!!"

.

.

Di depan kampus, seorang laki laki, tampan dengan kaca mata hitamnya, berkali kali menatap keluar jendela mobil mencari keberadaan Aurora.

"Hai, dah lama nunggu." Tanya Aurora setelah masuk mobil Edward.

Edward hanya tersenyum tipis. "Gak."

Edward segera melajukan mobilnya ke jewellery langganan keluarganya. Ia menggandeng tangan Aurora saat memasuki tempat yang penuh dengan cermin itu.

"Silahkan ada yang bisa di bantu?" tanya pelayan yang melayani mereka.

"Keluarkan cincin pernikahan terbaru di toko ini, biarkan Aurora yang memilih!" Setelah Edward mengatakan itu, ia memilih duduk dikursi tunggu.

" Bagaimana dengan yang ini, apa kamu juga suka?" Aurora menunjukkan cincin yang dipilihnya.

"Tidak buruk."

"Mbak kita pesan cincin yang ini ya, didalamnya tolong lukiskan nama kita berdua."

"Baik Kak, pesanan sudah kami catat. Dan ini surat untuk pengambilannya nanti. Silahkan membayar disana." ucap pegawai itu menunjuk kearah kasir.

Edward segera mengambil kertas ditangan Aurora dan menuju kasir untuk melakukan transaksi pembayaran.

"Ayo kita pulang." ajak Edward

Aurora menganggukkan kepalanya dan tersenyum manis.

Kak Ard, kau begitu menggemaskan sekali. Sikapmu yang dingin membuatku ingin terus mengerjaimu. Kira kira apa yang kamu lakukan setelah mengetahui kebenaran ini. Kamu pasti syok. Ha ha aku tak sabar melihat ekspresimu, gumam Aurora dalam hatinya.

.

.

.

#####

Tinggalkan jejak kalian. Jangan lupa like dan komentar positifnya sebelum membaca bab selanjutnya. Dukungan kalian sangat berarti untuk kami.

Thanks before. 💛

Terpopuler

Comments

Ayu Astuti

Ayu Astuti

🤗🤗

2022-01-04

2

amalia gati subagio

amalia gati subagio

😁est... ra koq ngeh tuh cinta 1nya... bagian mana part keberapa 🙈

2021-09-22

2

Reyza marvel

Reyza marvel

Hallo...🙋🙋🙋

2021-04-04

3

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan*
2 Melamar Aurora*
3 Teman masa lalu*
4 Hilangnya ciuman pertama*
5 Cincin*
6 Sesuatu yang tak terduga*
7 Awal Cinta Edward *
8 Terungkap*
9 Flassback*
10 Hubungan Baru*
11 Aku akan menunggumu sekali lagi*
12 Dia cemburu padanya*
13 Kumohon jangan tinggalkan aku*
14 Hari penuh masalah *
15 Mengajak Brian tinggal bersama*
16 Aku akan percaya padamu*
17 Mengabulkan permintaan terakhir Yuna*
18 Rindu itu berat*
19 Siapa yang sudah melakukan penyerangan*
20 Mungkinkah Black Dragon pelakunya?*
21 Tertembak*
22 Jangan pergi Aurora *
23 Kenyataan pahit*
24 Siapa Selly*
25 Pertemuan Pertama Alex*
26 Kejutan untuk Aurora*
27 Oh Mungkinkah*
28 Rahasia Brian*
29 Percayalah, Aku Hebat dalam Menunggu*
30 Perdebatan Edward*
31 31
32 Bab 33
33 Babylion
34 Bab 35
35 Ketahuan
36 Bab 37
37 Kepulangan Aurora
38 Kejutan untuk Edward
39 Aurora CEO baru
40 Aurora sang CEO
41 Diperusahaan Aurora
42 Rencana Pernikahan
43 Keinginan Brian
44 Kilas balik Edward
45 Pesta pertunangan resmi
46 Pembicaraan dipagi hari
47 Insiden kecil
48 King Leon
49 Jingmi Fengying
50 Bab 51
51 Mengerjai Edward
52 Mengerjai Edward 2
53 Cerita Brian
54 Jeni&Joya
55 Dion
56 Kunjungan Andi
57 Foto Prewedding
58 Bertemu dengan rival
59 Edward terluka
60 Andylovers
61 Menjenguk Edward
62 Rencana
63 Power of love
64 Cinta itu harus saling percaya
65 Tidak semudah itu
66 Perintah Alex
67 Edward's plan
68 Alex the psychopath
69 Menjemput Amelia Putri
70 Two boys who are interested
71 Two boys who are interested
72 Tuan Hardy mantu part 1
73 Tuan Hardy mantu part 2
74 Tua Hardy mantu part 3
75 Tuan Hardy mantu part 4
76 Persiapan Keluarga Admaja
77 SAH
78 Tuan Hardy mantu part 5
79 Menunggu
80 Resepsi 1
81 Resepsi 2
82 Resepsi 3
83 Aku menginginkanmu
84 Pagi yang indah
85 I love u my sunshine
86 Persiapan
87 Paris
88 Malam yang membahagiakan
89 Bertemu Kwan
90 Pembicaraan serius
91 Galeries Lafayette
92 Kegiatan Malam
93 Edward's request
94 Sedikit tentang Andy
95 Aurora
96 Brian
97 Menggoda
98 Drama
99 Taman Tuileries
100 Pulang
101 Brian sakit
102 Tiba dimansion
103 Aurora
104 Markas
105 Edward
106 David sakau
107 Bertemu Aldi
108 Bersama Aldi
109 Emosi Edward
110 Peran seorang ayah
111 Kehangatan sebuah keluarga
112 Kencan Buta
113 Alun-alun kota
114 Singapore
115 Kejadian tak terduga
116 Malam yg indah
117 Terkejut
118 Kelicikan Tuan Kim & Vivi
119 Insiden
120 Brian 1
121 Brian 2
122 Awal masalah
123 Asisten Tuan Kim (Yudha)
124 Flasback Yudha
125 Masalah baru
126 Selanjutnya
127 BAB 128
128 Bab 129
129 Bab 130
130 Bab 131
131 Bab 132
132 Bab 133
133 Bab 134
134 Bab 135
135 Henry Lim&Claire
136 Firasat
137 MUSIBAH
138 PILU
139 TANGIS PILU SEORANG IBU
140 KERUH
141 ANDI
142 Siapa pelakunya
143 Munculnya musuh baru
144 Wanita iblis
145 Sikap Willi
146 Tak ada yang abadi
147 Edward kembali
148 Kelakuan Willi
149 Willi
150 Penyelidikan 1
151 Penyidikan 2
152 Penyidikan 3
153 Tertangkap
154 Alex yang Kejam
155 Menjenguk Edward
156 Goyah
157 Kesedihan Brian
158 Brian
159 Kembali pulang
160 Brian
161 Lahirnya sang pewaris
162 Kecewa
163 Kejahatan Darius
164 Mimpi
165 Al dan El
166 Jenny dan Joya
167 Bertemu Zanitha
168 Pulang
169 Pesta kelahiran Al & El
170 Pembalasan
171 Pengakuan Alex
172 Rencana
173 Rencana Alex
174 Wanita Licik
175 Syok
176 Kesedihan Aurora
177 Pemakaman
178 Penyerangan
179 Pembicaraan
180 Rencana Claire
181 Kunjungan Henry Lim
182 Plakat Singa
183 Salah paham
184 Kebenaran
185 Kemarahan Aurora
186 Video rekaman
187 Kabar baik
188 Mengunjungi
189 Kemarahan Lukas
190 Obrolan tiga pria
191 #####
192 Cerita Aurora
193 Menolak Dijodohkan
194 Interogasi
195 Misi
196 Permintaan mama Aurora
197 Masalah apa
198 Three years later
199 Hari pertama
200 Reaksi Brian
201 Al&El
202 Kemarahan Brian
203 Kejadian tak terduga
204 Insiden kecil
205 Pria itu!
206 Tak Yakin!
207 DOR!
208 Ah semoga saja.
209 Menjemput
210 Kenta
211 Menyudutkan
212 Tegang
213 Aku suamimu
214 Sendu
215 Janji
216 Siapkan surat cerai!
217 Memberi pelajaran
218 Rudal?
219 Syok!
220 Siapa dia?
221 Laura Cha
222 Kekhawatiran Aurora
223 Apa yang kau lakukan!
224 Tunggu aku kembali
225 Mereka kembar?
226 Menyusup
227 Cyber Attack (Serangan siber)
228 Cyber crime (Kejahatan siber)
229 Politik Alex
230 Serangan Misil
231 Paska Serangan
232 Matilah aku!
233 Kecurigaan
234 Salah paham
235 Yang tak terduga
236 Memberi kejutan
237 Kita hanya bisa menunggu
238 Aku cemburu padamu
239 Aku mencintaimu
240 Apa yang sebenarnya terjadi?
241 Pemindahan Kekuasaan
242 Menggagalkan rencana Edward
243 Pembalasan dimulai
244 POOR
245 LOSE
246 Kehancuran Yakusa
247 Aku Hanya Menghawatirkanmu
248 HKG
249 Perdebatan kecil.
250 Sial! Salah perhitungan!
251 Menguraikan
252 Rasa bagaimana sayangnya seorang kakak
253 Ini tidak mungkin!
254 Apa! Bagaimana bisa terjadi.
255 Carlton, Sang Pengacara.
256 Berita yang Membuat tidak senang
257 Ini Mengenai Brian!
258 Benarkah itu Nona!
259 Siasat yang Dimainkan.
260 Siasat permainan Madam Yora
261 Siasat Penculikan Reyhan.
262 Kericuhan di rumah Aurora
263 Semua yang menjadi serba sulit
264 Semua bertambah rumit
265 Sebuah titik terang
266 Sebuah titik terang
267 Kami takut
268 Petunjuk
269 Saling menekan
270 Sekarang apa yang harus aku lakukan
271 Belum menemukan
272 Siapa Yora?
273 Semua akan baik-baik saja
274 Edward yang menggila
275 Keadaan semakin tak terkendali
276 Tak berdaya
277 Membicarakannya
278 ####
279 Menegangkan
280 Terjebak dengan Tuan Erick
281 KALAH
282 Terakhir
283 S2- 1
284 S2-2
285 S2-3
286 S2-4
287 S2-5
288 S2-6
289 S2-7
290 S2-8
291 S2-9
292 S2-10
293 S2-11
294 S2-12
295 S2-13
296 S2-14
297 S2-15
298 S2-16
299 Sebuah titik terang*
300 Saudarimu sudah ketemu*
301 Akhir sebuah cerita*
302 TAMAT*
303 PROMOSI
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Pertemuan*
2
Melamar Aurora*
3
Teman masa lalu*
4
Hilangnya ciuman pertama*
5
Cincin*
6
Sesuatu yang tak terduga*
7
Awal Cinta Edward *
8
Terungkap*
9
Flassback*
10
Hubungan Baru*
11
Aku akan menunggumu sekali lagi*
12
Dia cemburu padanya*
13
Kumohon jangan tinggalkan aku*
14
Hari penuh masalah *
15
Mengajak Brian tinggal bersama*
16
Aku akan percaya padamu*
17
Mengabulkan permintaan terakhir Yuna*
18
Rindu itu berat*
19
Siapa yang sudah melakukan penyerangan*
20
Mungkinkah Black Dragon pelakunya?*
21
Tertembak*
22
Jangan pergi Aurora *
23
Kenyataan pahit*
24
Siapa Selly*
25
Pertemuan Pertama Alex*
26
Kejutan untuk Aurora*
27
Oh Mungkinkah*
28
Rahasia Brian*
29
Percayalah, Aku Hebat dalam Menunggu*
30
Perdebatan Edward*
31
31
32
Bab 33
33
Babylion
34
Bab 35
35
Ketahuan
36
Bab 37
37
Kepulangan Aurora
38
Kejutan untuk Edward
39
Aurora CEO baru
40
Aurora sang CEO
41
Diperusahaan Aurora
42
Rencana Pernikahan
43
Keinginan Brian
44
Kilas balik Edward
45
Pesta pertunangan resmi
46
Pembicaraan dipagi hari
47
Insiden kecil
48
King Leon
49
Jingmi Fengying
50
Bab 51
51
Mengerjai Edward
52
Mengerjai Edward 2
53
Cerita Brian
54
Jeni&Joya
55
Dion
56
Kunjungan Andi
57
Foto Prewedding
58
Bertemu dengan rival
59
Edward terluka
60
Andylovers
61
Menjenguk Edward
62
Rencana
63
Power of love
64
Cinta itu harus saling percaya
65
Tidak semudah itu
66
Perintah Alex
67
Edward's plan
68
Alex the psychopath
69
Menjemput Amelia Putri
70
Two boys who are interested
71
Two boys who are interested
72
Tuan Hardy mantu part 1
73
Tuan Hardy mantu part 2
74
Tua Hardy mantu part 3
75
Tuan Hardy mantu part 4
76
Persiapan Keluarga Admaja
77
SAH
78
Tuan Hardy mantu part 5
79
Menunggu
80
Resepsi 1
81
Resepsi 2
82
Resepsi 3
83
Aku menginginkanmu
84
Pagi yang indah
85
I love u my sunshine
86
Persiapan
87
Paris
88
Malam yang membahagiakan
89
Bertemu Kwan
90
Pembicaraan serius
91
Galeries Lafayette
92
Kegiatan Malam
93
Edward's request
94
Sedikit tentang Andy
95
Aurora
96
Brian
97
Menggoda
98
Drama
99
Taman Tuileries
100
Pulang
101
Brian sakit
102
Tiba dimansion
103
Aurora
104
Markas
105
Edward
106
David sakau
107
Bertemu Aldi
108
Bersama Aldi
109
Emosi Edward
110
Peran seorang ayah
111
Kehangatan sebuah keluarga
112
Kencan Buta
113
Alun-alun kota
114
Singapore
115
Kejadian tak terduga
116
Malam yg indah
117
Terkejut
118
Kelicikan Tuan Kim & Vivi
119
Insiden
120
Brian 1
121
Brian 2
122
Awal masalah
123
Asisten Tuan Kim (Yudha)
124
Flasback Yudha
125
Masalah baru
126
Selanjutnya
127
BAB 128
128
Bab 129
129
Bab 130
130
Bab 131
131
Bab 132
132
Bab 133
133
Bab 134
134
Bab 135
135
Henry Lim&Claire
136
Firasat
137
MUSIBAH
138
PILU
139
TANGIS PILU SEORANG IBU
140
KERUH
141
ANDI
142
Siapa pelakunya
143
Munculnya musuh baru
144
Wanita iblis
145
Sikap Willi
146
Tak ada yang abadi
147
Edward kembali
148
Kelakuan Willi
149
Willi
150
Penyelidikan 1
151
Penyidikan 2
152
Penyidikan 3
153
Tertangkap
154
Alex yang Kejam
155
Menjenguk Edward
156
Goyah
157
Kesedihan Brian
158
Brian
159
Kembali pulang
160
Brian
161
Lahirnya sang pewaris
162
Kecewa
163
Kejahatan Darius
164
Mimpi
165
Al dan El
166
Jenny dan Joya
167
Bertemu Zanitha
168
Pulang
169
Pesta kelahiran Al & El
170
Pembalasan
171
Pengakuan Alex
172
Rencana
173
Rencana Alex
174
Wanita Licik
175
Syok
176
Kesedihan Aurora
177
Pemakaman
178
Penyerangan
179
Pembicaraan
180
Rencana Claire
181
Kunjungan Henry Lim
182
Plakat Singa
183
Salah paham
184
Kebenaran
185
Kemarahan Aurora
186
Video rekaman
187
Kabar baik
188
Mengunjungi
189
Kemarahan Lukas
190
Obrolan tiga pria
191
#####
192
Cerita Aurora
193
Menolak Dijodohkan
194
Interogasi
195
Misi
196
Permintaan mama Aurora
197
Masalah apa
198
Three years later
199
Hari pertama
200
Reaksi Brian
201
Al&El
202
Kemarahan Brian
203
Kejadian tak terduga
204
Insiden kecil
205
Pria itu!
206
Tak Yakin!
207
DOR!
208
Ah semoga saja.
209
Menjemput
210
Kenta
211
Menyudutkan
212
Tegang
213
Aku suamimu
214
Sendu
215
Janji
216
Siapkan surat cerai!
217
Memberi pelajaran
218
Rudal?
219
Syok!
220
Siapa dia?
221
Laura Cha
222
Kekhawatiran Aurora
223
Apa yang kau lakukan!
224
Tunggu aku kembali
225
Mereka kembar?
226
Menyusup
227
Cyber Attack (Serangan siber)
228
Cyber crime (Kejahatan siber)
229
Politik Alex
230
Serangan Misil
231
Paska Serangan
232
Matilah aku!
233
Kecurigaan
234
Salah paham
235
Yang tak terduga
236
Memberi kejutan
237
Kita hanya bisa menunggu
238
Aku cemburu padamu
239
Aku mencintaimu
240
Apa yang sebenarnya terjadi?
241
Pemindahan Kekuasaan
242
Menggagalkan rencana Edward
243
Pembalasan dimulai
244
POOR
245
LOSE
246
Kehancuran Yakusa
247
Aku Hanya Menghawatirkanmu
248
HKG
249
Perdebatan kecil.
250
Sial! Salah perhitungan!
251
Menguraikan
252
Rasa bagaimana sayangnya seorang kakak
253
Ini tidak mungkin!
254
Apa! Bagaimana bisa terjadi.
255
Carlton, Sang Pengacara.
256
Berita yang Membuat tidak senang
257
Ini Mengenai Brian!
258
Benarkah itu Nona!
259
Siasat yang Dimainkan.
260
Siasat permainan Madam Yora
261
Siasat Penculikan Reyhan.
262
Kericuhan di rumah Aurora
263
Semua yang menjadi serba sulit
264
Semua bertambah rumit
265
Sebuah titik terang
266
Sebuah titik terang
267
Kami takut
268
Petunjuk
269
Saling menekan
270
Sekarang apa yang harus aku lakukan
271
Belum menemukan
272
Siapa Yora?
273
Semua akan baik-baik saja
274
Edward yang menggila
275
Keadaan semakin tak terkendali
276
Tak berdaya
277
Membicarakannya
278
####
279
Menegangkan
280
Terjebak dengan Tuan Erick
281
KALAH
282
Terakhir
283
S2- 1
284
S2-2
285
S2-3
286
S2-4
287
S2-5
288
S2-6
289
S2-7
290
S2-8
291
S2-9
292
S2-10
293
S2-11
294
S2-12
295
S2-13
296
S2-14
297
S2-15
298
S2-16
299
Sebuah titik terang*
300
Saudarimu sudah ketemu*
301
Akhir sebuah cerita*
302
TAMAT*
303
PROMOSI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!