Melamar Aurora*

Kediaman Tuan Admaja

Edward tampak muram ketika melihat tampilan dirinya didepan cermin, kemeja batik lengan panjang bermanset warna coklat tampak melekat pas ditubuh pria itu. Tak dapat dipungkiri jika Edward malam itu tampak mempesona, kulitnya yang bersih seakan memancarkan cahaya, harusnya wajahnya berseri seri saat akan melakukan acara lamaran pada sang kekasih, tapi ini lain ceritanya. Ia dipaksa, dan harus menuruti kehendak orang tua dengan dalih untuk kebaikannya. Kebaikan seperti apa yang dimaksud orang tuanya, ia juga belum tau. Yang harus dia tau adalah jika sebagai seorang anak harus menurut pada orang tuanya.

Perlahan kaki jangkung pria itu melangkah menuruni anak tangga. Disana sudah banyak orang yang menunggu. Tuan Admaja, Nyonya Yuli, Amelia adik kandungnya dan asistennya Lukas tersenyum tipis melihat penampilannya malam ini.

"Wuuihhh kakak tampan sekali pakai baju itu. Ck..ck..! Tak kusangka, wajah bad boy mu itu tampak seperti pangeran jika sudah seperti ini." Amelia berdecak kagum melihat tampilan kakaknya yang beda dari biasanya. Ia pikir kakaknya akan memakai setelan jas formal, nyatanya ia salah besar.

"Biasa aja." Jawab datar Edward.

"Isshh.." Amel menyebikkan bibirnya.

"Sudah sudah! Jangan ribut disini. Ayo kita segera berangkat! Jangan membuat mereka menunggu terlalu lama. Dan ingat Edward, jangan bikin malu Ayah!" Tuan Admaja memperingati putranya.

Mereka semua akhirnya keluar dari mansion mewah itu menuju mobil masing masing. Satu mobil yang berisi barang yang akan mereka berikan saat acara lamaran telah terparkir rapi dengan roti buaya di bagian atap mobil beserta kandang transparan dengan hiasan pita diatasnya.

"Tunggu!" cegah Edward. Ia menatap horor pada mobil yang biasa ia pakai.

"Bunda! Apa tidak ada yang lebih baik dari itu? Ini memalukan Bunda!"

Bunda Yuli hanya tersenyum kikuk, menggaruk pelipisnya yang tiba tiba gatal. "Jangan membantah! Itu namanya melestarikan tradisi." kilah Bunda Yuli agar putranya tak marah.

"Apa! Tradisi? Ck! Oh terserah Bunda saja, aku kalah jika begini."

Edward menggeleng lalu segera masuk mobil sportnya dan duduk di bangku penumpang. Ia sedang tidak ingin berdebat dengan orang tuanya, karena pasti tidak akan ada ujungnya. Terserah mereka melakukan apa pikirnya.

Lukas yang melihat itu hanya bisa tersenyum geli, tapi ia tak berani tertawa dihadapan Edward karena takut di tempeleng kepalanya. Ia tahu benar emosi tuannya saat ini, salah salah kakinya bisa dilubangi oleh pria itu.

.

.

Kediaman Tuan Hardy

Jam pun mulai menginjak pukul 8 malam. Tuan Hardy dan istrinya Nyonya Riyanti, sedang menunggu kedatangan calon besan dan calon mantunya. Hatinya harap harap cemas menanti kehadiran rombongan, pasalnya jam terus saja bergulir tanpa mau menunggu. Pasti akan sangat memalukan jika rombongan itu tak jadi datang, mau ditaruh dimana muka mereka di hadapan keluarga besar Wijaya.

Tak lama mereka mendengar suara deru mobil yang berhenti dan terparkir rapi di halaman mansion yang tak sebesar milik keluarga Tuan Admaja. Mereka berdua terlihat lega dan segera menyambut kedatangan rombongan didepan pintu mansionnya yang memang mereka buka lebar untuk penyambutan.

"Selamat datang di kediaman keluarga kami, maaf hanya gubuk kecil. Mari semua silahkan masuk." ucap Tuan Hardy ramah.

"Terima kasih dan jangan merendah." ucap Tuan Admaja dan mengulurkan tangan berjabat tangan.

"Mari mari silahkan duduk senyamannya." Timpal Nyonya Riyanti.

Rombongan duduk di sofa besar yang terlihat mahal. Edward duduk diapit kedua orang tuanya sedangkan Amelia dan Lukas duduk terpisah dengan ketiganya di sofa berbeda.

"Jadi ini Edward? Wah udah besar ya, beda sama yang dulu, lebih ganteng lagi. Saya sampai pangling lho." ucap Nyonya Riyanti memuji dan mengamati Edward.

"Iya. Mungkin kelamaan hidup diluar negeri dan jarang bertemu jadi tampak berbeda. Dan itu anak ke dua kami Amelia." Ucap Nyonya Yuli memperkenalkan putrinya yang langsung tersenyum lebar ke arah Nyonya Riyanti.

"Halo tante." Sapa Amel.

"Wah, kamu juga makin cantik. Udah besar ya, gak nyangka waktu cepat sekali berlalu. Dulu terakhir ketemu kamu masih kecil sekali." Nyonya Riyanti tersenyum.

"Ah tante bisa aja."

Edward hanya bisa pasrah duduk diantara kedua orang tuanya. Diam menyimak sambil mengamati dari jauh orang orang yang hadir dalam acara itu.

"Nyonya, ini mau diletakkan dimana?" Tanya seorang pelayan menyela pembicaraan mereka. Dua orang itu sedang mengangkat sebuah kotak besar yang berisi roti buaya. Dua pelayan itu bingung, pasalnya meja didepan Tuan rumah sudah dipenuhi banyak hantaran yang dibawa dari kediaman Tuan Admaja. Sudah tidak cukup jika harus diletakkan ditempat yang sama pikirnya.

Nyonya Riyanti meringis melihat ukuran roti sebesar buaya sungguhan, yang mungkin ia baru melihatnya kali ini. Ia pikir, mungkin calon besannya itu sampai mendatangkan patissier untuk membuatnya.

"Taruh didalam saja dan segera siapkan hidangan untuk tamu kita. Pastikan tersaji dengan baik." Ujarnya kemudian.

"Baik Nyonya."

Edward mengusap wajahnya malu. Di jaman semodern seperti sekarang, Bundanya masih saja menggunakan cara kuno untuk melamar seorang gadis. Tak habis pikir dengan Bundanya yang katanya kaum sosialita itu.

"Itu tradisi di keluarga kami, kalau kami membawa yang kecilkan sudah biasa, jadi kami sengaja membawa yang luar biasa. Konon katanya, buaya adalah simbol kesetiaan. Harapan kami, supaya anak anak bisa awet dan langgeng sampai tua dan sampai maut memisahkan." Nyonya Yuli tersenyum dan menepuk pelan bahu putranya.

"Wah sedalam itu filosofinya. Terima kasih, nanti kami akan bagikan pada sepupu Aurora yang lain biar bisa ketularan." Nyonya Riyanti menanggapi perkataan Nyonya Yuli.

Dua orang pria tua yang sedari tadi diam menyimak pembicaraan para istri akhirnya angkat bicara juga, karena jam juga sudah semakin meninggi.

"Lalu dimana putrimu? Sepertinya putraku sudah tidak sabar menunggu." Gurau Tuan Admaja, ekor matanya melirik Edward yang diam saja.

Tuan Hardy tersenyum. "Sabar, sebentar lagi juga turun. Kalian pasti tak akan bisa mengenalinya. Putriku sudah berubah menjadi gadis yang jelita, tidak seperti dulu yang belum bisa bersolek dan merawat diri." Ucap Tuan Hardy yang membanggakan Aurora. Istrinya hanya menepuk pelan paha suaminya mengingatkan agar jangan berlebihan.

Tuan Admaja hanya tersenyum mendengarnya.

Tak lama setelah itu, terlihat seorang gadis cantik menuruni anak tangga dengan gaya anggunnya. Suara high heels berbenturan dengan lantai granit rumahnya, membuat semua pasang mata memandang kearahnya.

Wajahnya yang bagaikan rembulan, cantik, teduh dan kalem pembawaannya membuat semua yang melihatnya melemparkan senyuman dan kata kata pujian.

Aurora yang saat itu menggunakan gaun panjang batik potongan mermaid dengan ekor panjang ke belakang hanya bisa berjalan pelan kearah Papa dan mamanya sambil menyunggingkan senyum tipis dari bibirnya.

Aurora tiba tiba merasa gugup ketika matanya bersirobok dengan seorang pria yang duduk diapit oleh kedua orang tuanya yang ia yakini jika pria itu adalah pilihan papa mamanya.

Tunggu, aku sepertinya pernah bertemu pria itu. Apa pria yang tadi di kampus ya.

"Cantik." satu kata yang lolos dari bibir Edward tanpa sadar. Lukas yang mendengarnya hanya bisa tersenyum penuh arti.

"Kemari sayang, duduk di sini." tutur mamanya menepuk tempat disebelahnya, Aurora pun mengangguk dan duduk di tengah tengah orang tuanya.

Tuan Admaja hanya bisa tersenyum melihat pilihan istrinya untuk anak sulung mereka. Aurora terlihat smart, berkelas, dan elegan dimatanya. Sangat cocok jika disandingkan dengan putranya. Mereka akan memperoleh bibit unggul berkualitas seperti harapannya.

"Oke, sebelumnya kami mengucapkan terimakasih dan berkenan menyambut dan menerima rombongan kami dengan sambutan hangat dan penuh kekeluargaan. Saya harap silaturahmi ini tidak akan putus sebagai keluarga." Tuan Admaja menoleh pada istrinya yang mengangguk memberi kode.

"Maksud kedatangan kami sekeluarga kemari adalah untuk melanjutkan rencana perjodohan yang telah kita sepakati bersama waktu lalu. Niatan utama yang kami bawa dari rumah menuju ke kediaman ini adalah untuk melamar ananda Aurora untuk putra kami Edward." Tuan Admaja tersenyum melihat Aurora yang menundukkan pandangannya.

"Berkenaan dengan hal tersebut, dengan penuh rasa hormat kami meminta kesediaan nak Aurora untuk dinikahi oleh putra kami Edward. Mengenai mahar, dan lain lain tentu kami percayakan sepenuhnya pada nak Aurora sendiri."

Aurora mengangkat kepalanya untuk memandang wajah pria yang sedari tadi memandangnya. Acara lamaran yang menurutnya sederhana ini, nyatanya membuat jantungnya berdegup tak karuan, apalagi saat mendengar suara Tuan Admaja yang berwibawa saat berbicara.

Seorang ayah yang melamarkan putranya dengan penuh rasa hormat, bisakah jika hanya untuk dibuat mainan saja. Rasanya itu tidaklah adil. Apalagi melihat Papa dan mamanya yang selalu tersenyum disepanjang acara, mampukah ia melukai perasaannya. Akan tetapi jika dirinya tidak menolak, bagaimana dengan kisah cinta lamanya. Bagaimana jika pria itu menuntut jawab dan bagaimana dengan hatinya sendiri, mampukah hatinya berpaling dengan pria lain yang bahkan dia sendiri tak mengenalnya.

Apa yang akan aku katakan pada mereka.

"Ehmm, jadi bagaimana menurutmu nak Aurora, apakah kamu bersedia dipinang putra kami?" tanya nyonya Yuli tak sabar.

Aurora menoleh kekanan dan kekiri melihat mama dan papanya. Mereka berdua mengangguk bersama, sebuah kode besar agar putrinya mau dan menerima lamaran tersebut. Tiba-tiba lidahnya terasa kelu.

"Ya, sa..ya bersedia."

Semua mengucap syukur atas jawaban Aurora. Orang tuanya begitu lega mendengar jawaban putrinya.

Lalu bagaimana dengan Edward? Pria itu hanya tersenyum tipis untuk menghormati dua keluarga itu. Ia tak bisa membuat keluarganya malu atas sikapnya yang tidak sopan.

Acara dilanjutkan dengan penyematan cincin. Edward dan Aurora saling memasangkan cincin emas putih yang dibeli Nyonya Yuli. Keduanya tersenyum canggung.

Suara tepuk tangan memenuhi ruang tamu. Semua mengucapkan selamat dengan penuh suka cita. Edward dan Aurora hanya mengembangkan senyum palsu dihadapan mereka semua.

"Jadi kapan acara pernikahan akan dilangsungkan." tanya Tuan Admaja kepada Tuan Hardy calon besannya.

"Untuk itu sebaiknya setelah wisuda Aurora saja, bagaimana menurutmu Ma? Kasihan kalau kita nikahkan sekarang juga." Kelakar Tuan Hardy.

"Haha.. bisa saja kamu. Saya setuju saja jika mereka menikah sekarang. Kita legalkan suratnya besok. Bagaimana menurutmu Edward, tak masalah bukan kamu menikah sekarang. Kamu bisa enak enak malam ini." Kata Tuan Admaja menanggapi kelakaran Tuan Hardy.

"Ehmm begitu juga boleh, saya juga setuju." Timpal nyonya Yuli menganggukkan kepalanya.

Edward menelan ludahnya sendiri. Wajahnya terlihat panik sendiri. "Jangan, jangan sekarang!"

"Kenapa? Tidak mau enak enak malam ini?" Goda Tuan Hardy mengerutkan kening.

"Aduh bukan seperti itu, hanya saja itu terlalu cepat. Benarkan Ra,? Bisakah kita saling mengenal dulu." Edward menoleh kearah Aurora yang mengangguk.

"Baiklah jika kalian tidak mau, kalian bisa menikah usai Aurora wisuda. Bagaimana?" Tanya Tuan Hardy lagi.

"Ya, setidaknya itu lebih baik." Jawab Edward tidak yakin.

Para orang tua hanya tersenyum mendengar jawaban Edward.

.

.

Semua orang menuju ke tempat makan, kecuali Edward yang memilih mengambil minuman dan membawanya keluar. Ia duduk dan menyalakan rokoknya. Rupanya pria itu sedang mencoba menutupi hatinya yang kacau.

"Harusnya tidak terjadi hari yang seperti ini. Rara Rara, dimana kamu sayang. Andai saja kamu selalu memakai kalung itu, pasti aku dengan mudah melacak keberadaanmu. Lalu sekarang aku harus bagaimana."

Aurora yang mengetahui Edward ada di taman depan langsung menghampirinya. Ia ingin tahu bagaimana tanggapannya.

"Hey!" Sapa Aurora ramah.

Edward melirik malas. "Kau, ada apa kemari!" ketus Edward kembali memalingkan wajah.

"Kenapa begitu? Aku hanya ingin membicarakan sesuatu padamu. Bisakah kita bicara sebentar, setelah itu aku janji tidak akan mengganggumu."

"Katakan!" Ketus Edward.

Aurora tersenyum mendengar Edward yang masih ketus padanya. "Pertama, kita tadi siang tak sengaja bertemu di kampus. Kau ingat?"

"Hemm." Ucap Edward malas.

"Ada keperluan apa ke kampus?" Tanya Aurora.

"Bukan urusanmu!"

"Oke. Apa kau menganggap serius pertunangan ini?" Tanya Aurora lagi.

"Tidak!"

"Kalau tidak kenapa memaksakan diri untuk melamarku. Aku juga tidak memintamu untuk melamarku. Aku juga tidak kenal denganmu!"

"Terpaksa, lebih tepatnya dipaksa. Kau sudah terlalu banyak bicara nona. Masuklah ke dalam , aku ingin sendiri." Ucap Edward datar.

"Sebentar, aku belum selesai. Apa kau mempunyai pacar?"

"Ya."

Aurora terdiam dengan pikirannya sendiri. Matanya menatap kosong. Sesulit inikah kisah percintaannya.

"Bisakah kita menganggap pertunangan ini serius? Kita akan menyakiti hati orang tua kita jika begini." Pinta Aurora ragu.

"Maaf aku tidak bisa Aurora. Ku mohon jangan menaruh harapan besar padaku, sampai kapan pun aku akan menunggu gadis kecilku. Kau akan sakit hati jika menganggap pertunangan ini serius. Percayalah, aku hanya mencintai gadisku."

Aurora terdiam membisu. Tak tau harus mengatakan apa lagi. Berkali kali ia hanya menghela nafasnya untuk menenangkan hatinya. Ia sudah mencoba menerima takdirnya, tapi ternyata kisah cintanya juga tak semudah itu.

.

.

.

#####

Terpopuler

Comments

Yuli Yuliand

Yuli Yuliand

aurora jgn2 rara yg adward cari..

2022-05-12

2

Ayu Astuti

Ayu Astuti

💚🧡💚

2022-01-04

2

amalia gati subagio

amalia gati subagio

wa ha ha... yg tahu rasa ed yach.. .lo thor 😹 semangat berkaryanya thor 💪💪👻

2021-09-22

2

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan*
2 Melamar Aurora*
3 Teman masa lalu*
4 Hilangnya ciuman pertama*
5 Cincin*
6 Sesuatu yang tak terduga*
7 Awal Cinta Edward *
8 Terungkap*
9 Flassback*
10 Hubungan Baru*
11 Aku akan menunggumu sekali lagi*
12 Dia cemburu padanya*
13 Kumohon jangan tinggalkan aku*
14 Hari penuh masalah *
15 Mengajak Brian tinggal bersama*
16 Aku akan percaya padamu*
17 Mengabulkan permintaan terakhir Yuna*
18 Rindu itu berat*
19 Siapa yang sudah melakukan penyerangan*
20 Mungkinkah Black Dragon pelakunya?*
21 Tertembak*
22 Jangan pergi Aurora *
23 Kenyataan pahit*
24 Siapa Selly*
25 Pertemuan Pertama Alex*
26 Kejutan untuk Aurora*
27 Oh Mungkinkah*
28 Rahasia Brian*
29 Percayalah, Aku Hebat dalam Menunggu*
30 Perdebatan Edward*
31 31
32 Bab 33
33 Babylion
34 Bab 35
35 Ketahuan
36 Bab 37
37 Kepulangan Aurora
38 Kejutan untuk Edward
39 Aurora CEO baru
40 Aurora sang CEO
41 Diperusahaan Aurora
42 Rencana Pernikahan
43 Keinginan Brian
44 Kilas balik Edward
45 Pesta pertunangan resmi
46 Pembicaraan dipagi hari
47 Insiden kecil
48 King Leon
49 Jingmi Fengying
50 Bab 51
51 Mengerjai Edward
52 Mengerjai Edward 2
53 Cerita Brian
54 Jeni&Joya
55 Dion
56 Kunjungan Andi
57 Foto Prewedding
58 Bertemu dengan rival
59 Edward terluka
60 Andylovers
61 Menjenguk Edward
62 Rencana
63 Power of love
64 Cinta itu harus saling percaya
65 Tidak semudah itu
66 Perintah Alex
67 Edward's plan
68 Alex the psychopath
69 Menjemput Amelia Putri
70 Two boys who are interested
71 Two boys who are interested
72 Tuan Hardy mantu part 1
73 Tuan Hardy mantu part 2
74 Tua Hardy mantu part 3
75 Tuan Hardy mantu part 4
76 Persiapan Keluarga Admaja
77 SAH
78 Tuan Hardy mantu part 5
79 Menunggu
80 Resepsi 1
81 Resepsi 2
82 Resepsi 3
83 Aku menginginkanmu
84 Pagi yang indah
85 I love u my sunshine
86 Persiapan
87 Paris
88 Malam yang membahagiakan
89 Bertemu Kwan
90 Pembicaraan serius
91 Galeries Lafayette
92 Kegiatan Malam
93 Edward's request
94 Sedikit tentang Andy
95 Aurora
96 Brian
97 Menggoda
98 Drama
99 Taman Tuileries
100 Pulang
101 Brian sakit
102 Tiba dimansion
103 Aurora
104 Markas
105 Edward
106 David sakau
107 Bertemu Aldi
108 Bersama Aldi
109 Emosi Edward
110 Peran seorang ayah
111 Kehangatan sebuah keluarga
112 Kencan Buta
113 Alun-alun kota
114 Singapore
115 Kejadian tak terduga
116 Malam yg indah
117 Terkejut
118 Kelicikan Tuan Kim & Vivi
119 Insiden
120 Brian 1
121 Brian 2
122 Awal masalah
123 Asisten Tuan Kim (Yudha)
124 Flasback Yudha
125 Masalah baru
126 Selanjutnya
127 BAB 128
128 Bab 129
129 Bab 130
130 Bab 131
131 Bab 132
132 Bab 133
133 Bab 134
134 Bab 135
135 Henry Lim&Claire
136 Firasat
137 MUSIBAH
138 PILU
139 TANGIS PILU SEORANG IBU
140 KERUH
141 ANDI
142 Siapa pelakunya
143 Munculnya musuh baru
144 Wanita iblis
145 Sikap Willi
146 Tak ada yang abadi
147 Edward kembali
148 Kelakuan Willi
149 Willi
150 Penyelidikan 1
151 Penyidikan 2
152 Penyidikan 3
153 Tertangkap
154 Alex yang Kejam
155 Menjenguk Edward
156 Goyah
157 Kesedihan Brian
158 Brian
159 Kembali pulang
160 Brian
161 Lahirnya sang pewaris
162 Kecewa
163 Kejahatan Darius
164 Mimpi
165 Al dan El
166 Jenny dan Joya
167 Bertemu Zanitha
168 Pulang
169 Pesta kelahiran Al & El
170 Pembalasan
171 Pengakuan Alex
172 Rencana
173 Rencana Alex
174 Wanita Licik
175 Syok
176 Kesedihan Aurora
177 Pemakaman
178 Penyerangan
179 Pembicaraan
180 Rencana Claire
181 Kunjungan Henry Lim
182 Plakat Singa
183 Salah paham
184 Kebenaran
185 Kemarahan Aurora
186 Video rekaman
187 Kabar baik
188 Mengunjungi
189 Kemarahan Lukas
190 Obrolan tiga pria
191 #####
192 Cerita Aurora
193 Menolak Dijodohkan
194 Interogasi
195 Misi
196 Permintaan mama Aurora
197 Masalah apa
198 Three years later
199 Hari pertama
200 Reaksi Brian
201 Al&El
202 Kemarahan Brian
203 Kejadian tak terduga
204 Insiden kecil
205 Pria itu!
206 Tak Yakin!
207 DOR!
208 Ah semoga saja.
209 Menjemput
210 Kenta
211 Menyudutkan
212 Tegang
213 Aku suamimu
214 Sendu
215 Janji
216 Siapkan surat cerai!
217 Memberi pelajaran
218 Rudal?
219 Syok!
220 Siapa dia?
221 Laura Cha
222 Kekhawatiran Aurora
223 Apa yang kau lakukan!
224 Tunggu aku kembali
225 Mereka kembar?
226 Menyusup
227 Cyber Attack (Serangan siber)
228 Cyber crime (Kejahatan siber)
229 Politik Alex
230 Serangan Misil
231 Paska Serangan
232 Matilah aku!
233 Kecurigaan
234 Salah paham
235 Yang tak terduga
236 Memberi kejutan
237 Kita hanya bisa menunggu
238 Aku cemburu padamu
239 Aku mencintaimu
240 Apa yang sebenarnya terjadi?
241 Pemindahan Kekuasaan
242 Menggagalkan rencana Edward
243 Pembalasan dimulai
244 POOR
245 LOSE
246 Kehancuran Yakusa
247 Aku Hanya Menghawatirkanmu
248 HKG
249 Perdebatan kecil.
250 Sial! Salah perhitungan!
251 Menguraikan
252 Rasa bagaimana sayangnya seorang kakak
253 Ini tidak mungkin!
254 Apa! Bagaimana bisa terjadi.
255 Carlton, Sang Pengacara.
256 Berita yang Membuat tidak senang
257 Ini Mengenai Brian!
258 Benarkah itu Nona!
259 Siasat yang Dimainkan.
260 Siasat permainan Madam Yora
261 Siasat Penculikan Reyhan.
262 Kericuhan di rumah Aurora
263 Semua yang menjadi serba sulit
264 Semua bertambah rumit
265 Sebuah titik terang
266 Sebuah titik terang
267 Kami takut
268 Petunjuk
269 Saling menekan
270 Sekarang apa yang harus aku lakukan
271 Belum menemukan
272 Siapa Yora?
273 Semua akan baik-baik saja
274 Edward yang menggila
275 Keadaan semakin tak terkendali
276 Tak berdaya
277 Membicarakannya
278 ####
279 Menegangkan
280 Terjebak dengan Tuan Erick
281 KALAH
282 Terakhir
283 S2- 1
284 S2-2
285 S2-3
286 S2-4
287 S2-5
288 S2-6
289 S2-7
290 S2-8
291 S2-9
292 S2-10
293 S2-11
294 S2-12
295 S2-13
296 S2-14
297 S2-15
298 S2-16
299 Sebuah titik terang*
300 Saudarimu sudah ketemu*
301 Akhir sebuah cerita*
302 TAMAT*
303 PROMOSI
Episodes

Updated 303 Episodes

1
Pertemuan*
2
Melamar Aurora*
3
Teman masa lalu*
4
Hilangnya ciuman pertama*
5
Cincin*
6
Sesuatu yang tak terduga*
7
Awal Cinta Edward *
8
Terungkap*
9
Flassback*
10
Hubungan Baru*
11
Aku akan menunggumu sekali lagi*
12
Dia cemburu padanya*
13
Kumohon jangan tinggalkan aku*
14
Hari penuh masalah *
15
Mengajak Brian tinggal bersama*
16
Aku akan percaya padamu*
17
Mengabulkan permintaan terakhir Yuna*
18
Rindu itu berat*
19
Siapa yang sudah melakukan penyerangan*
20
Mungkinkah Black Dragon pelakunya?*
21
Tertembak*
22
Jangan pergi Aurora *
23
Kenyataan pahit*
24
Siapa Selly*
25
Pertemuan Pertama Alex*
26
Kejutan untuk Aurora*
27
Oh Mungkinkah*
28
Rahasia Brian*
29
Percayalah, Aku Hebat dalam Menunggu*
30
Perdebatan Edward*
31
31
32
Bab 33
33
Babylion
34
Bab 35
35
Ketahuan
36
Bab 37
37
Kepulangan Aurora
38
Kejutan untuk Edward
39
Aurora CEO baru
40
Aurora sang CEO
41
Diperusahaan Aurora
42
Rencana Pernikahan
43
Keinginan Brian
44
Kilas balik Edward
45
Pesta pertunangan resmi
46
Pembicaraan dipagi hari
47
Insiden kecil
48
King Leon
49
Jingmi Fengying
50
Bab 51
51
Mengerjai Edward
52
Mengerjai Edward 2
53
Cerita Brian
54
Jeni&Joya
55
Dion
56
Kunjungan Andi
57
Foto Prewedding
58
Bertemu dengan rival
59
Edward terluka
60
Andylovers
61
Menjenguk Edward
62
Rencana
63
Power of love
64
Cinta itu harus saling percaya
65
Tidak semudah itu
66
Perintah Alex
67
Edward's plan
68
Alex the psychopath
69
Menjemput Amelia Putri
70
Two boys who are interested
71
Two boys who are interested
72
Tuan Hardy mantu part 1
73
Tuan Hardy mantu part 2
74
Tua Hardy mantu part 3
75
Tuan Hardy mantu part 4
76
Persiapan Keluarga Admaja
77
SAH
78
Tuan Hardy mantu part 5
79
Menunggu
80
Resepsi 1
81
Resepsi 2
82
Resepsi 3
83
Aku menginginkanmu
84
Pagi yang indah
85
I love u my sunshine
86
Persiapan
87
Paris
88
Malam yang membahagiakan
89
Bertemu Kwan
90
Pembicaraan serius
91
Galeries Lafayette
92
Kegiatan Malam
93
Edward's request
94
Sedikit tentang Andy
95
Aurora
96
Brian
97
Menggoda
98
Drama
99
Taman Tuileries
100
Pulang
101
Brian sakit
102
Tiba dimansion
103
Aurora
104
Markas
105
Edward
106
David sakau
107
Bertemu Aldi
108
Bersama Aldi
109
Emosi Edward
110
Peran seorang ayah
111
Kehangatan sebuah keluarga
112
Kencan Buta
113
Alun-alun kota
114
Singapore
115
Kejadian tak terduga
116
Malam yg indah
117
Terkejut
118
Kelicikan Tuan Kim & Vivi
119
Insiden
120
Brian 1
121
Brian 2
122
Awal masalah
123
Asisten Tuan Kim (Yudha)
124
Flasback Yudha
125
Masalah baru
126
Selanjutnya
127
BAB 128
128
Bab 129
129
Bab 130
130
Bab 131
131
Bab 132
132
Bab 133
133
Bab 134
134
Bab 135
135
Henry Lim&Claire
136
Firasat
137
MUSIBAH
138
PILU
139
TANGIS PILU SEORANG IBU
140
KERUH
141
ANDI
142
Siapa pelakunya
143
Munculnya musuh baru
144
Wanita iblis
145
Sikap Willi
146
Tak ada yang abadi
147
Edward kembali
148
Kelakuan Willi
149
Willi
150
Penyelidikan 1
151
Penyidikan 2
152
Penyidikan 3
153
Tertangkap
154
Alex yang Kejam
155
Menjenguk Edward
156
Goyah
157
Kesedihan Brian
158
Brian
159
Kembali pulang
160
Brian
161
Lahirnya sang pewaris
162
Kecewa
163
Kejahatan Darius
164
Mimpi
165
Al dan El
166
Jenny dan Joya
167
Bertemu Zanitha
168
Pulang
169
Pesta kelahiran Al & El
170
Pembalasan
171
Pengakuan Alex
172
Rencana
173
Rencana Alex
174
Wanita Licik
175
Syok
176
Kesedihan Aurora
177
Pemakaman
178
Penyerangan
179
Pembicaraan
180
Rencana Claire
181
Kunjungan Henry Lim
182
Plakat Singa
183
Salah paham
184
Kebenaran
185
Kemarahan Aurora
186
Video rekaman
187
Kabar baik
188
Mengunjungi
189
Kemarahan Lukas
190
Obrolan tiga pria
191
#####
192
Cerita Aurora
193
Menolak Dijodohkan
194
Interogasi
195
Misi
196
Permintaan mama Aurora
197
Masalah apa
198
Three years later
199
Hari pertama
200
Reaksi Brian
201
Al&El
202
Kemarahan Brian
203
Kejadian tak terduga
204
Insiden kecil
205
Pria itu!
206
Tak Yakin!
207
DOR!
208
Ah semoga saja.
209
Menjemput
210
Kenta
211
Menyudutkan
212
Tegang
213
Aku suamimu
214
Sendu
215
Janji
216
Siapkan surat cerai!
217
Memberi pelajaran
218
Rudal?
219
Syok!
220
Siapa dia?
221
Laura Cha
222
Kekhawatiran Aurora
223
Apa yang kau lakukan!
224
Tunggu aku kembali
225
Mereka kembar?
226
Menyusup
227
Cyber Attack (Serangan siber)
228
Cyber crime (Kejahatan siber)
229
Politik Alex
230
Serangan Misil
231
Paska Serangan
232
Matilah aku!
233
Kecurigaan
234
Salah paham
235
Yang tak terduga
236
Memberi kejutan
237
Kita hanya bisa menunggu
238
Aku cemburu padamu
239
Aku mencintaimu
240
Apa yang sebenarnya terjadi?
241
Pemindahan Kekuasaan
242
Menggagalkan rencana Edward
243
Pembalasan dimulai
244
POOR
245
LOSE
246
Kehancuran Yakusa
247
Aku Hanya Menghawatirkanmu
248
HKG
249
Perdebatan kecil.
250
Sial! Salah perhitungan!
251
Menguraikan
252
Rasa bagaimana sayangnya seorang kakak
253
Ini tidak mungkin!
254
Apa! Bagaimana bisa terjadi.
255
Carlton, Sang Pengacara.
256
Berita yang Membuat tidak senang
257
Ini Mengenai Brian!
258
Benarkah itu Nona!
259
Siasat yang Dimainkan.
260
Siasat permainan Madam Yora
261
Siasat Penculikan Reyhan.
262
Kericuhan di rumah Aurora
263
Semua yang menjadi serba sulit
264
Semua bertambah rumit
265
Sebuah titik terang
266
Sebuah titik terang
267
Kami takut
268
Petunjuk
269
Saling menekan
270
Sekarang apa yang harus aku lakukan
271
Belum menemukan
272
Siapa Yora?
273
Semua akan baik-baik saja
274
Edward yang menggila
275
Keadaan semakin tak terkendali
276
Tak berdaya
277
Membicarakannya
278
####
279
Menegangkan
280
Terjebak dengan Tuan Erick
281
KALAH
282
Terakhir
283
S2- 1
284
S2-2
285
S2-3
286
S2-4
287
S2-5
288
S2-6
289
S2-7
290
S2-8
291
S2-9
292
S2-10
293
S2-11
294
S2-12
295
S2-13
296
S2-14
297
S2-15
298
S2-16
299
Sebuah titik terang*
300
Saudarimu sudah ketemu*
301
Akhir sebuah cerita*
302
TAMAT*
303
PROMOSI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!