Usai acara lamaran, Aurora segera masuk ke dalam kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya rapat rapat, dan segera membersihkan diri. Hatinya sudah lelah, begitu juga dengan tubuhnya.
Selesai membersihkan diri, ia duduk di kursi riasnya dan memandangi sebuah kalung dengan liontin bertuliskan AR. Sebuah kalung yang diberikan seorang pria dimasa lalunya.
"Hufh. Dimana kamu sekarang Kak. Kenapa sampai sekarang kita tak jua bertemu. Aku takut tak bisa mengenalimu jika kita terlalu lama berpisah. Pasti wajah dan tubuhmu sekarang banyak yang berubah. Ku mohon segera kembalilah dan selamatkan hubungan ini." Gumam Aurora. Pikirannya membayang pada sosok pria yang menyelamatkan dari penculikan kala itu. Pria yang melindungi dengan tubuhnya saat mereka menghunuskan pisau tajamnya ke tubuhnya.
"Kak Ard, aku merindukanmu. Segeralah kembali."
.
.
Keesokan harinya Aurora bangun dengan tubuh segarnya. Ia mencoba mengabaikan kejadian semalam. Ia bersikap biasa, untuk menutupi hati yang sebenarnya.
Di lantai bawah, sudah ada Papa dan mamanya yang menunggu untuk sarapan bersama. Ia terbitkan senyum tipis dari bibirnya.
"Pagi Pa, Ma." Sapa Aurora dan langsung mengambil duduk di kursi biasanya.
"Pagi." Jawab mereka berdua.
"Mau ngampus nak? Sudah rapi begitu. Apa nggak capek?" Tanya mamanya.
"Ngak kok."
Acara sarapan kali ini mendadak hening, Aurora yang biasanya cerewet saat makan, kini dia anteng tak banyak bicara. Jelas dua orang tua itu tau apa penyebabnya.
Keheningan itu terpecah ketika mobil yang dikemudikan Listy terparkir di halaman mansion.
Tin..tinn..
"Mah, Pah, seperti itu Listy sudah datang. Aku pamit ya." Aurora mengecup pipi mereka bergantian.
"Hati hati, jangan pulang kemaleman." Pesan mamanya. Aurora hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya.
Diteras mansion, Aurora menutup mulutnya tak percaya. "Woaahh... Gila mobil baru!! Keren oy." Aurora terkagum melihat Lamborghini biru milik Listy.
"Yuk, cus cabut!" ucap Listy dari dalam mobil.
Aurora tersenyum lebar dan masuk kebangku sebelahnya."Jadi ini yang kemarin loe mau kasih tau ke gue." tanya Aurora sambil memasang sabuk pengaman.
"Hehee.. iya beb." Listy hanya nyengir kuda memperlihatkan gigi putihnya.
"Bagus, selera loe boleh juga."
Mobil pun melaju menuju ke kampus tanpa kendala. Setelah sampai di area parkir, Listy langsung memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Mereka berdua turun setelah membenahi dandanannya sebentar.
Banyak mahasiswa yang melirik kearah mereka. Mereka saling melemparkan suitan untuk menggoda dua gadis itu, tapi sayangnya dua gadis itu bergeming dan terus berjalan sampai,__
BRUK
"Ahh maafkan saya nona, saya tadi terburu buru." Ucap pria itu menunduk dan mengambil buku Aurora yang terjatuh.
''Ini bukumu." ucap laki-laki itu.
"Aurora!" Laki laki itu terkejut.
"Oh hai Kak Aldi. Lama nggak ketemu." Aurora tersenyum menerima buku miliknya.
"Ehm. Oh hai." Jawab Aldi yang tiba tiba gugup.
"Ada perlu apa kemari? Apa kuliah di universitas ini juga? Tapi aku kok gak pernah ketemu kamu ya." bingung Aurora.
"Iya, kita beda gedung fakultas, jadi wajar saja kita tidak pernah bertemu." ucap Aldi sekenanya.
"Oh. Eh kenalin Kak, ini Listy temanku." Ucap Aurora. Aldi hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Oke, gue duluan ya. Kita buru buru soalnya. Ga papa kan."
"It's oke. Gue tunggu saat makan siang nanti." Aurora hanya mengacungkan jempolnya keatas.
Aldi adalah teman sekolah SMA Aurora. Dia pria tampan, putih dan tinggi, cocok menjadi model jika pria itu mau.
Laki laki yang selalu menyembunyikan latar belakangnya itu, diam diam menyukai Aurora, tapi tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Ia mempunyai alasan yang kuat di balik kemisteriusannya itu.
.
.
Di Perusahaan Global. Inc
"Tuan, siang ini anda ada temu janji dengan klien dari Singapura, jam 11 siang nanti dilanjut makan siang bersama di kafe Robusta." Lukas mengingatkan jadwal meeting siang ini.
"Ngapain disana. Tempat itu kurang nyaman untuk meeting. Telfon Alex, suruh siapkan ruangan privasi untuk kami." gerutu Edward
Lukas tak menyahut pertanyaan Edward, ia langsung mengambil ponselnya dan segera menghubungi nomor Alex.
"Siapkan ruangan privasi. Bos akan kesana jam 11 nanti. Ok." Lukas memutuskan sambungan saat Alex telah menyanggupi permintaannya.
"Lukas, apa belum ada kabar dari anggota kita?" tanya Edward.
"Maafkan saya Tuan, kami belum menemukan keberadaan nona Rara." ucap Lukas penuh penyesalan.
"Apakah kita perlu menggunakan pasukan khusus untuk mengerjakan misi ini?" Tanya Lukas serius.
"Ck. Kau pikir Rara itu buronan!" Edward berdecak.
"Bukan seperti itu, saya bahkan sampai hampir menyerah. Bagaimana mungkin gadis anda menghilang tanpa jejak seperti ditelan bumi. Kita sudah seperti berhadapan dengan kelompok mafia saja."
"Entahlah. Kau lanjutkan saja pencariannya. Jangan mengusik pasukan khusus itu, mereka juga sedang menjalankan misi."
"Saya mengerti. Tapi bisakah anda jelaskan sedikit lebih detail mungkin tentang keluarganya. Ayah, ibunya atau saudara lainnya. Siapa tau dengan melacak keberadaan mereka, kita bisa lebih mudah menemukannya."
"Ck. Aku lupa soal itu, aku bahkan lupa wajah orang tuanya. Aku hanya bertemu beberapa kali dengan mereka." Edward berdecak kesal.
"Namanya mungkin?"
"Apalagi namanya! Aku hanya tau Rara memanggil papa dan mama." Edward memijit pelipisnya.
"Apa anda amesia? Ck..ck.. cinta itu buta memang benar adanya. Pacaran dengan anaknya, tapi tidak tau nama orang tuanya. Anda menggelikan Tuan, padahal anda waktu itu pasti sudah dewasa walaupun nona Rara masih SMP waktu itu. Walaupun anda tidak tau namanya, setidaknya anda ingat wajahnya. Saya jadi tidak yakin jika anda lulusan terbaik."
"Kau benar. Kenapa aku bisa lupa ya. Harusnya ingatan itu ada, tapi kenapa aku tak ingat apapun. Kepalaku sampai sakit jika aku mencoba mengingatnya."
"Sebaiknya anda memeriksakan diri sebelum terlambat. Saya akan menyiapkan berkas sebentar." Lukas langsung ngeloyor pergi dari ruang atasannya.
.
.
Di kafe yang sama dengan tempat Edward melakukan temu janji. Aurora, Listy dan Aldi makan siang bersama di tempat itu pula.
Diiringi live musik siang itu, kafe robusta jadi makin tambah ramai. Aurora dan dua kawannya makan dengan santai. Mereka sangat menikmati siang itu. Apalagi pertemuannya dengan Aldi, seperti mengulang masa sekolahnya lalu.
Aurora yang telah selesai makan, memilih membuka ponselnya mencari kesibukan. Tiba tiba dari arah panggung, seorang pembawa acara menghampirinya dengan membawa microfon.
"Bisa menyanyi Kak." Tanya pria itu.
Aurora hanya meringis sambil menggeleng pelan."Maaf tidak bisa."
"Ayolah Ra, suaramu kan bagus." Listy mengompori.
Aurora mendelik sebal pada kawannya. "Jangan saya ya, saya malu, suara saya buruk. Yang lainnya saja." Tolak Aurora halus.
"Mungkin mas nya mau nyanyi, even ini kami adakan untuk menggali dana. Siapa tau jika mbak dan mas nya yang nyanyi, pengunjung kafe disini akan memberi banyak tips hari ini." Bujuk pria itu lagi.
"Ayolah Ra, bantu orang apa salahnya sih." Kompor Listy.
Aurora meringis menatap Aldi. Aldi hanya tersenyum dan berdiri menggandeng tangan Aurora. "Anggap saja kita bernostagia. Suaramu bagus, jangan minder." Ucap Aldi.
Dua orang menuju panggung musik. Aurora dan Aldi mulai bernyanyi bersama. Dua suara yang merdu seakan menghipnotis pengunjung yang sedang menikmati makan siang di tempat itu. Listy segera mengabadikan momen yang jarang terjadi itu di akun IG nya. Siapa sangka, baru semenit diposting sudah mendapatkan banyak viewer.
.
.
Diruangan lain, Edward yang sudah selesai meeting, langsung keluar dan ingin segera kembali ke kantornya. Belum sampai di pintu keluar, Edward menghentikan langkahnya sejenak. Ia merasa tidak asing dengan suara itu.
Edward menatap datar pasangan yang sedang berduet itu. Hatinya terasa panas saat melihat pemandangan didepannya. Ia membalikkan badan dan tergesa keluar.
"Lukas, kau cari tau siapa laki laki yang bersama Aurora tadi!" perintah Edward ketus.
"Baik tuan, apakah Tuan sedang cemburu?" tanya Lukas.
"Untuk apa aku cemburu." Edward memalingkan wajahnya yang memerah malu.
"Cemburu juga tak apa Tuan. Jadi saya tidak perlu mencari nona Rara." Lukas tersenyum menggoda.
"Jangan mimpi!"
.
.
Edward yang sudah kembali ke kantor, ia mulai menyibukkan diri dengan berkas berkas dimeja kerjanya. Ia tidak ingin mencemari otaknya dengan memikirkan hal hal tidak penting. Apalagi jika itu mengenai tentang tunangannya. Toh, tidak ada awak media yang meliput acara kemarin.
Sedang asik asiknya kerja, asistennya nyelonong masuk tanpa ketuk pintu. Edward langsung memberikan tatapan maut padanya.
"So.. sorry Bos. Ini Bunda anda sedari tadi menghubungi anda." Lukas menyerahkan ponselnya.
"Edward!!" pekik Bunda Yuli kesal, spontan Edward langsung menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Ada apa Bun? kenapa teriak teriak begitu. Aku nggak tuli kalau Bunda lupa."
"Kamu ya, sedari tadi dihubungi gak gak direspon respon. Mbok ya di jawab, atau paling tidak ya di balas. Ini, di wa dibaca doang, ditelfon gak mau jawab. Lagi ngapain sih!" Sebal Bunda Yuli.
Edward terkekeh pelan, "Bunda, Edward lagi kerja kalau Bunda lupa. Jadi ada perlu apa Bunda telfon aku sekarang. Kemarin aku udah nurutin kemauan Bunda lho, aku harap kali ini Bunda gak minta aneh aneh lagi sama aku. Aku nyerah deh."
"Ck. Bunda belum ngomong udah membentengi diri. Malam nanti kau ajak Aurora makan malam bersama dirumah. Kamu mengerti! Bunda tidak mau dengar kata penolakan!! Pokoknya harus.!! Wajib!" tegas Bunda Yuli.
"Hahaha.. baru semalam kita makan dirumahnya, sekarang dia makan dirumah kita., ngapain sih Bund. Edward pusing kalau kayak gini terus. Sorry Bunda, aku nggak bisa, aku banyak kerjaan." Tolak Edward mentah mentah.
"Dasar anak soleh! Gak mau tau. Bunda ingin kamu membawanya malam ini. Bye." Bunda Yuli mematikan sambungan telfonnya sepihak.
Edward memijit pelipisnya yang terasa berdenyut setelah mendapat telfon dari Bundanya.
"Lukas!"
"Ya, Tuan."
"Tolong beri tahu Aurora, nanti malam aku akan menjemput dirumahnya. Bilang padanya, Bunda mengundangnya makan malam bersama. Kau, keluarlah. Jangan lupa laporan yang aku minta. Kau mengerti!"
"Mengerti Tuan."
.
.
.
######
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 303 Episodes
Comments
Ayu Astuti
🆙️🆙️🆙️
2022-01-04
2
Restu Anyta
edward blum tau sifat aurora..sungguh pemberani👍👍👍
2021-03-24
3