Keesokan harinya, aku memulai aksi ku yaitu menjadi dosen di kampus MS. Aku mengajar di dua kelas yang berbeda jurusan. Saat aku mengajar, aku dan mahasiswa seperti teman. Biar pun seperti itu, bagiku yang penting masih dalam batas kewajaran dan masih ada rasa segan pada diri mahasiswa kepada ku. Pada dasarnya, dosen bukan lah untuk ditakuti tetapi untuk disegani.
Beberapa jam telah berlalu, kini mata kuliah yang ku ampuh sudah selesai jam mata kuliahnya. Aku keluar dari kelas dan menuju perpustakaan yang ada di kampus tersebut. Ku ambil salah satu buku tentang ekonomi bisnis di rak buku-buku. Lalu, duduk di salah satu dari beberapa kursi dan meja yang ada di perpustakaan besar itu. Ku sengaja duduk di dekat pintu masuk, sehingga aku bisa memantau datang atau tidaknya gadis itu.
"Sudah satu jam aku disini, tidak ada tanda-tanda sedikit pun kalau gadis itu datang kesini," Aku membatin.
"Ah, mungkin hari ini gadis itu tidak mengunjungi perpustakaan," Batin ku lagi.
Ku pulangkan buku itu di rak nya, lalu keluar dari perpustakaan nan besar itu. Ya, hari ini gagal.
****
"Hari ini aku gagal," Gumam ku.
"Berarti masih ada 5 kali pertemuan lagi dalam dua minggu ini. Satu minggu hanya 3 kali pertemuan. Mudah-mudahan aku bisa menemukannya," Ucap ku seraya menatap langit-langit kamar.
"Gibran, semangat-semangat," Ucap ku menyemangati diriku sendiri.
Lama kelamaan aku terlelap, tertidur dimalam itu.
Saat pagi tiba, aku melakukan aktifitas ku seperti biasa. Lalu, aku berangkat ke kampus menggunakan mobil pribadi ku hasil jerih payah ku selama ini.
****
Dua hari sudah berlalu, hari ini hari ketiga aku mengajar di kampus MS.
"Selamat pagi, anak-anak," Ucap ku. Ku menyapa mahasiswa kelas A ekonomi bisnis.
"Pagi, Pak," Sahut seluruh mahasiswa ku.
Karena ada beberapa mahasiswa perempuan di kelas itu, terdengarlah sahutan yang membuatku geleng-geleng kepala. Ya, itulah mereka terkadang suka jahil.
"Pagi juga, Bapak ganteng...," Sahut salah satu mahasiswa perempuan yaitu Disa sang ratu blak-blakan, lebay, dan centil. Ya bisa dikatakan dia mahasiswa yang paling cantik dikelas itu.
"Huuuu...," Seluruh mahasiswa laki-laki menyoraki nya.
"Sudah-sudah, jangan ribut!" Perintahku menengahinya.
"Entah tuh, Pak. Ribut amat macam pajak ikan," Celetuk Disa.
"Disa, kamu diam juga!" Perintahku pada Disa.
"Rasakan, sukurin" Ucap Tara pada Disa salah satu mahasiswa laki-laki berprestasi dan pintar dikelas itu.
"Baiklah, perkuliahan saya mulai," Ucap ku.
"Pak, tunggu dulu. Ada yang mau saya tanyakan," Ucap Disa.
"Silahkan tanyakan saja," Ucap ku.
"Pak, kenapa Bapak sudah lama tidak ngajar disini?" Tanya Disa yang penasaran.
"Kalian kan sudah pada tahu dari pertama kali saya masuk ke dikelas kalian, saya hanya menggantikan Pak Arfin untuk sementara saat Pak Arfin tidak bisa ngajar, maka nya saya sudah lama tidak masuk," Sahut ku.
"Tapi enakan diajari oleh Bapak dari pada Pak Arfin," Celetuk Tara.
"Emang Pak Arfin gimana cara ngajar nya kok kalian lebih suka saya yang mengajar?" Tanya ku penasaran.
"Ya jujur aja ya, Pak. Tapi Bapak jangan bilang-bilang ke Pak Arfin, ya!" Ucap Tara.
Aku mengiyakannya.
"Jadi, kalau sama pak Arfin mengajarnya monoton, tidak bisa diajak bercanda, tidak ada senyum-senyumnya sama sekali alias galak, jadi kami pada takut, terkadang karena ketakutan kali kami jadi tidak terlalu paham dengan yang dijelaskan oleh Pak Arfin," Tutur Tara.
"Yasudah, nanti saya akan bicara pada Pak Arfin atas keluhan kalian," Ucap ku.
"Jangan, Pak. Kami takut nilai kami terancam," Ucap Disa.
"Kalian tenang saja. Masalah nilai tidak akan bermasalah," Tutur ku.
"Baiklah, Pak. Kami percaya pada Bapak," Ucap Tara.
"Yasudah, kita hari ini akan masuk ke materi ekonomi makro yang didalamnya ada pengertian, manfaat, fungsi, tahapan dan lain sebagainya," Tutur ku.
"Sudah pada baca buku cetak yang telah kalian beli?" Tanya ku pada seluruh mahasiswa satu kelas.
Para mahasiswa ada yang menjawab sudah dan ada juga yang menjawab belum.
"Baiklah, tidak masalah. Saya doakan, semoga yang malas baca buku menjadi rajin baca buku. Dan yang sudah rajin membaca buku, akan tambah rajin dan paham isi buku yang dibaca," Tuturku.
Mahasiswa mengaminkan doa ku dengan suara serentak. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah mahasiswa ku.
"Manajemen makro atau kita katakan dengan makroekonomi yang merupakan studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan, dan pasar..," Aku mulai menjelaskan kepada seluruh mahasiswa tentang materi yang ku bawakan dan melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran agar mereka tidak jenuh.
"Ok, sekian pembelajaran kita hari ini. Saya akhiri, selamat siang," Ucap ku.
"Siang, Pak," Sahut seluruh mahasiswa.
Hari ini, aku tidak pergi ke perpustakaan dan harus langsung pulang ke rumah karena di telpon oleh orang tuanya untuk cepat pulang.
****
"Ma, ngapain sih buru-buru nyuruh aku pulang cepat?" Tanya ku pada Mama ku.
"Kamu sekarang mandi!. Pakai baju yang telah Mama siapkan di kamar mu!" Perintah Mama ku.
"Tapi kita ini mau kemana, Ma?" Tanya ku lagi.
"Kita mau pergi ke acara pernikahan anak dari saudara kita , Nak," Sahut Mama.
"Ngapain aku harus ikut sih, Ma?" Tanya ku.
"Karena mereka ingin melihat kamu, sudah lama kamu tidak pernah muncul di hadapan mereka," Sahut Mama.
"Buat ribet aja!!" Kesal ku.
Aku pun mengikuti ucapan Mama ku yang sedikit bawel. Tetapi aku tetap sayang padanya.
****
Aku dan kedua orang tuaku datang ke pesta itu dalam satu mobil.
"Ma, aku ini supir atau anak mama sih. Kenapa aku yang nyetir mobil begini!!" Aku kesal. Ya, dari awal aku memang sudah kesal, rencana ku hari ini gagal karena disuruh pulang cepat, eh malah disuruh nyetir mobil lagi.
"Jangan banyak komentar," Sahut Mama ku.
"Papa dari tadi diam saja. Gantiin aku nyetir sebentar gitu. Ini sama sekali tidak ada inisiatif nya. Udah lah, mesra-mesraan di depan ku," Celotehku.
"Makanya kamu punya pacar, abis tuh tunangan, lalu menikah dan punya anak. Udah tua juga, masih betah menjomblo," Celetuk Papa.
"Buli aja terus!!" Kesal ku.
Dari mulai keluar dari rumah, sampai tempat acara pernikahan yang katanya acara pernikahan anak dari saudara ku, wajahku sudah tida enak lagi dipandang.
"Pasang wajah yang manis. Jangan di tekuk begitu," Mama ku berbisik padaku.
"Ini udah manis kok, Ma," Sahut ku.
Aku dan kedua orang tua memasuki area pernikahan dan lalu menyapa saudara ku itu. Ya, dia adalah Paman dan Bibi ku.
"Rum, akhirnya kamu sudah sampai juga," Ucap Bibi ku bernama Rina.
Paman ku juga menyapa Papa ku, mereka saling berjabat tangan dan bicara berdua. Ya seperti Mama dan Bibi ku juga.
"Ehem-ehem," Aku sengaja ber dehem agar mereka menoleh kearah ku.
"Ini putra mu, Ja?" Tanya Paman ku yang bernama Akmal.
"Iya, Mal. ini Gibran, Putra ku," Sahut Papa.
"Wah, sudah lama tidak ketemu. Eh, sekarang sudah dewasa aja," Ucap Paman Akmal.
Lalu, aku Salim tangan Paman dan Bibi ku.
Setelah itu, mereka berbincang-bincang kembali dan menanyakan kapan aku menikah dan seperti apa calon nya, dari keluarga setara dengan keluarga ku atau tidak. Dan Mama serta Papa ku menjawab terserah pilihanku, tidak perlu kaya yang penting baik hati. Karena jawaban mereka, aku pun merasa lega.
...*...
...*...
...*...
...*...
...LIKE, COMENT, VOTE...
...BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments