Selepas beristirahat, Gina masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengambil wudhuk. Gina kemudian sholat mahgrib terlebih dahulu sebelum turun ke halaman kos untuk ngerujak bareng teman satu kosannya. Selesai sholat maghrib sebuah notifikasi pesan muncul di ponsel Gina.
'Assalamualaikum. Gina, semoga Gina sehat ya nak. Ayah cuma mau menyampaikan bahwasanya Nana sedang sakit Nak' isi pesan Ayah Gina. Gina langsung mencari kontak Ayahnya. Deringan pertama tidak diangkat oleh Ayah Gina. Barulah pada deringan ketiga panggilan Gina diangkat oleh ayahnya.
"Assalamualaikum Yah" kata Gina saat panggilannya sudah diangkat Ayah.
"Waalaikum salam nak." jawab ayah Gina.
"Ayah, gimana kondisi Nana, Yah?"
"Nana tadi tiba-tiba pingsan nak. Tapi sekarang sudah kembali seperti semula."
"Ayah, Gina mau ngomong sama Nana, Yah." kata Gina, Gina sangat sayang dengan Nana, karena Gina adalah anak perempuan satu-satunya.
"Baiklah sayang, ponsel Ayah kasih ke Nana ya." kata Ayah sambil memberikan ponselnya kepada Nana yang sedang duduk dengan santainya disebelah ayah malahan sambil memakan rujak.
"Assalamualaikum Gin." kata Nana dengan suara yang dibuat-buat selemah mungkin. Afdal dan Ayah yang melihat Nana dalam status drama mode on, hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala, tidak yakin bahwa itu Nana. Seorang wanita yang saat memimpin perusahaannya akan menjadi wanita super dingin tanpa ekspresi. Tetapi Nana yang sekarang adalah wanita yang penuh drama.
"Nana, Nana kenapa bisa sakit. Nana pasti kurang istirahat. Gina pulang ya Na." kata Gina sambil berlinang air mata. Gina tidak bisa membayangkan hidup tanpa Nana.
"Sayang, Nana tidak apa-apa. Di sinikan ada Ayah sama Uda Afdal yang nungguin Nana. Jadi tugas anak cantik Nana, hanya kuliah, cepat tamat dan kembali pulang. Laly temani Nana belanja." kata Nana memberikan semangat kepada Gina.
"Tapi, Nana harus janji sama Gina. Nana akan menjaga kesehatan. Tidak pake acara sakit lagi. Nana kan tau gimana takutnya Gina mendengar kalau Nana sakit." kata Gina masih dengan suara cemas dan takutnya.
"Oke anak sayang Nana. Nana janji akan menuruti semua nasehat Gina." Nana tersenyum mendengar semua perintah Gina.
"Sayang, tapi ada satu permintaan Nana kepadamu." kata Nana.
"Apapun Nana. Apapun itu, Gina akan turuti semua keinginan Nana. Karena semua keinginan Nana adalah yang terbaik." kata Gina. Ayah mengacungkan jempolnya ke arah Nana. Ternyata tidak ada salahnya mengikuti kedramaan Nana untuk membujuk Gina.
"Nana mintak kamu tidak lagi main kucing-kucingan dengan asisten dan pengawal kamu Gina. Kalau Nana sekali lagi mendengar kamu main kucing-kucingan, maka Nana akan sakit lagi. Kalau perlu sampai masuk rumah sakit. Gina kan senang kalau Nananya sakit." kata Nana sambil tersenyum ke ayah dan Afdal yang sedang menikmati rujak Nana.
Beberapa hari yang lalu, Afdal diberi kabar oleh asisten Gina, bahwasanya sudah beberapa kali Gina berusaha kabur dari asisten dan pengawalnya. Asisten dan Pengawal sudah berbagai cara mereka lakukan supaya Gina tidak berhasil kabur lagi. Tapi seribu cara pengawal dan asisten maka seribu satu cara Gina untuk berhasil kabur dari mereka. Padahal pengawal yang diperkerjakan oleh Afdal adalah mantan anggota angkatan terbaik.
Gina melongo mendengar apa yang dikatakan oleh Nana nya. Gina memang beberapa kali berusaha kabur dari asisten dan pengawalnya. Gina tidak menyangka mereka akan melapor kepada Afdal. Dalam hatinya Gina mengomel, dasar pengawal sialan. Kenapa juga harus ngadu ke uda. Kan gue jadi buat perjanjian lagi sama Nana. Dasar pengawal nggak punya akhlak.
"Hehehehehe, maafkan Gina ya Na. Gina janji nggak akan main kabur-kaburan lagi." kata Gina sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oke Na. Nana pegang janjimu. Janji keluarga Wijaya. Janji yang pantang untuk dilanggar. Pahamkan Gina?" kata Nana yang lupa dengan akting sedang sakit tadi. Gina yang memang memiliki IQ tinggi menjadi heran dan langsung berpikir. Tadi Nana kedengaran sakit, kok sekarang udah sehat ya, atau jangan-jangan ini drama ayah, nana dan uda.
"Nana, Gina kangen kita Video Call yok Na." kata Gina. Gina ingin membuktikan sendiri kecurigaannya kepada orang dirumah besar itu.
"Jangan Gin. Nana mau istirahat. Udah dulu ya Gin telponnya." kata Nana yang takut ketahuan oleh Gina bahwasanya mereka sedang mengerjai Gina. Afdal yang melihat akting Nananya langsung mengacungkan dua jempol, memanglah ya Nyonya besar dari keluarga Wijaya bener-bener ratu drama.
"Nana, jangan bikin Gina kesal ya Na. Bilang aja Ayah, Nana dan Uda Afdal bikin drama kan. Aduh Nana, Nana ngomong baek-baek aja tanpa drama akan Gina turuti kok. Ini pake acara drama sakit. Apa Nana tau gimana paniknya Gina. Tapi ya udahlah Na. Gina sebagai yang paling kecil sudah memaafkan tingkah yang paling besar." kata Gina dengan kesalnya, karena ulah keluarganya hampir membuat dia langsung terbang ke daerah asalnya.
"hahahahahahaha" terdengar gelak tawa ketiga orang di rumah Gina.
"Gina, Gina. Kalau Nana tau kamu akan langsung denger, Nana nggak usah pake drama sakit. Ini usul dari Uda Afdal, Gin." kata Nana melempar kesalahan kepada Afdal. Padahal yang mempunyai ide seratus persen adalah Nana.
Afdal langsung merampas ponsel Ayah. Afdal tau kalau Gina sudah marah, alamat asisten dan pengawal akan kembali direpotan oleh ulah Gina. "Gin, maafkan Uda ya. Uda terpaksa harus berbicara kepada Nana. Karena anak buah Uda kehabisan akal dengan main acara main kucing-kucingan kamu." kata Afdal membersihkan dirinya.
"Gini aja uda. Bentar lagi Gina akan libur, uda harus katakan apa sebenarnya yang terjadi keoada Gina. Kenapa pengawal Gina menjadi bertambah dari pada biasanya. Untuk sekarang Gina akan ikuti semua kemauan Uda. Gina tidak akan kabur-kaburan lagi. Gina janji sama Uda tersayang." kata Gina sambil berpikir apa sebenarnya yang telah ia lewati sebagai keluarga Wijaya.
"Gin, uda tau kamu sedang berpikir jelek. Untuk kamu ketahui perusahaan kita sedang menanjak cepat. Jadi uda tidak mau saingan bisnis kita akan menargetkan kamu. Walaupun kamu tidak dikenal oleh mereka. Tapi kami di sini berusaha menjaga kamu. Kamu pahamkan Gin?" kata Afdal kepada Gina.
"Baiklah uda sayang. Gina paham. Giba janji tidak akan kabur-kabur lagi. Udah dulu ya uda. Gina mau ngerujak bareng dengan kawan kos. Sampaikan salam sayang Gina ke Ayah dan Nana. Assalmualaikum uda terbaik sedunia." kata Gina dengan lebaynya.
"Waalaikum salam adek yang terus merepitkan." kata Afdal sambil langsung mematikan ponsel Ayah.
"Kita berhasil" kata Ayah sambil tos dengan Nana dan Afdal.
"Ternyata tidak serumit biasanya. Sepertinya kehidupan mandiri membuat Gina tumbuh menjadi lebih dewasa." kata Nana kepada Ayah dan Afdal.
"Benar Na. Kayaknya setahun lagi, kita bisa pindah ke kota besar itu. Karena aku udah capek harus bolak-balik." kata Afdal yang memang sering bolak balik Ibu kota I dan padang.
"Baiklah atur saja bagaimana baiknya Afdal." kata ayah.
Setelah menelpon Ayahnya tadi, Gina hanya geleng-geleng kepala menghadapi kelakuan Nana yang tidak berubah, selalu drama untuk menyampaikan apa tujuannya. Mungkin kedramaan ini tidak terjadi kalau Gina selalu menuruti apa kemauan orang tua nya. Gina selama ini tidak pernah mau memakai nama Wijaya secara terang-terangan diidentitasnya nama Wijaya selalu disingkat jadi W. Sehingga semua orang akan beranggapan bahwa keluarga Wijaya hanya punya satu orang keturunan yaitu Afdal Putra Wijaya. Sedangkan Gina yang memiliki nama panjang Gina Putri Wijaya tidak pernah ada yang kenal. Sepertinya langkah yang diambil Gina dahulu sangat berguna sekarang. Jadi saat perusahaan keluarganya makin maju, musuh akan semakin banyak, maka tidak akan aman bagi Gina. Dengan Gina tidak diketahui keberadaanya maka Gina masih akan aman terus berada jauh dari orang tua dan udanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 489 Episodes
Comments
Camut gemoy
keren thour👍
suka dengan keperibadian Gina
2022-01-26
2
User Pontianak37
GINA bwnar2 pribadi mandiri dan sederhana tapi TDK sombong
2021-06-04
2
Henda Rina
orang kaya mah banyak musuhnya
2021-04-01
2