Gina yang baru saja pulang dari kampus terlihat sangat letih. Hari ini materi kuliah yang diberikan dosen kepadanya sungguh bener-benar membuat dia berpikir keras. Gina diminta dosennya mendesain sebuah rumah minimalis yang didalamnya terlihat cinta dan kehangatan sepasang suami istri. Kalau hanya sekedar mendesain rumah minimalis Gina pasti bisa karena memang bakatnya, tetapi karena embel-embel kata cinta dan kehangatan sepasang suami istri, hal ini langsung membuat Gina menjadi pusing. Gina yang baru sampai dikosannya langsung saja duduk menyelonjorkan kakinya di teras kosan mewah itu. Gina tidak lagi memperdulikan anak buah ayahnya yang selalu setia memperhatikan dan menjaganya dari jauh, Gina tidak juga memerdulikan orang yang tiba-tiba datang ke kosan itu, bagi Gina yang penting sekarang adalah, Gina melepaskan rasa lelah selepas kuliah.
Sari yang baru pulang dari kuliah langsung tertawa melihat kelakuan Gina. "Hahahahahaha, loe kenapa Gin? Kecapekan atau lagi berperan sebagai gembel?" kata Sari sambil duduk disebuah kursi diteras itu.
"Gila loe, capek gue." kata Gina dengan tampang lesunya.
"Capek, loe habis lari-larian pulang dari kampus?" kata Sari yang tiba-tiba ogebnya muncul.
Gina langsung melempar Sari memakai kardigan yang sering dipakainya ke kampus. "Gue capek dengan tugas yang diberikan dosen tadi. Bayangkan sama loe, gue di suruh bikin desain rumah minimalis." kata Gina.
"Kan bikin desain rumah memang favorit elo. Kenapa loe bilang capek Gin." kata Sari memotong perkataan Gina.
"Eee mbing. Loe jangan motong dulu. Gue belum selesai ngomong, gue sabet juga loe nanti." kata Gina mulai kesal dengan tingkah Sari.
"Hahahahaha, gue becanda Gin. Santuy mbing." kata Sari dengan wajah tanpa dosanya.
"Yang bikin gue kesel bukan menggambar rumah minimalisnya, tetapi yang bikin kesel gue disuruh menggambar desain rumah minimalis yang didalamnya terlihat nuansa cita suamj istri." kata Gina dengan wajah luar biasa kesalnya.
"Hahahahahaha. Loe lucu, hal itu aja bikin loe sewot bigini Gin." kata Sari
"Loe jangan mancinf emosi deh Sar." kata Gina yang sudah mulai terlihat marah kepada Sari.
"Maaf Gin. Gue paham pasti loe susah karena hal cinta kan. Toh loe aja nggak pernah jatuh cinta gimana mau mengekspresikannya. Beberkan?" kata sari.
"Noh loe pinter. Kenapa dari tadi loe harus bikin gue kesel." kata Gina sambil menoyor kepala Sari
"Gue tadi mau ngerjain loe aja mbing. Kiranya loe langsung emosi." kata Sari sambil duduk dilantai sebelah Gina.
Gina yang heran dengan Sari yang tiba-tiba duduk dilantai juga. Sontak mengangkat alisnya memberi kode kepada Sari.
"Biar kita sejajar Gin. Sejajar sama-sama duduk di bawah. Gue nggak enak aja duduk di atas. Nanti ada yang lewat dikiranya loe pembokat gue lagi." kata Sari sambil tersenyum jail ke arah Gina.
"Terserah loe deh mbing. Gue mau mendamaikan pikiran gue dulu." kata Gina sambil menatap kebatang jambu yang sedang berbuah didepan kosan mereka.
"Mbing gimana kalau kita bikin rujak ntar malam. Kan asik tu mbing. Kita ajak Mira juga, kalau perlu semua yang jomblo kita bawa." kata Sari memberikan ide yang cemerlang.
Gina yang memang sangat suka dengan rujak langsung setuju dan semangat. Saking semangatnya Gina langsung berdiri menarik tangan Sari untuk ikut berdiri juga. Sari yang heran dengan tingkah Gina langsung bertanya "Eh loe kenapa langsung main berdiri aja."
"Gue setuju dengan ide loe. Tapi kalau hanya rujak jambu aja gue males. Yok ke pasar cari buah-buahan yang lainnya." kata Gian kepada Sari yang langsung membuka aplikasi taksi online. Sari yang terkejut dengan respon Gina hanya geleng-geleng kepala saja dengan tingkah Gina yang kadang-kadang membuat teman-temannya geleng-geleng kepala. Tak lama taksi online yang dipesan Gina datang juga.
"Loe serius Gin mau ke pasar?" kata Sari.
"Seribu rius malahan. Ayo cepat masuk. Kasian supirnya lama nunggu." kata Gina sambil menarik tangan Sari untuk masuk kedalam taksi. Dalam pikirannya Sari menyesal karena sudah mengeluarkan ide membuat rujak. Tapi mau bagaimana lagi nasi udah jadi bubur tidak mungkin dijadikan lontong. tapi tambah aja ayam maka akan jadi bubur ayam.
Sepanjang perjalanan menuju pasar yang mengahabiskan waktu perjalanan empat puluh lima menit, Gina dan Sari menikmati perjalanan mereka sambil tertidur. Tak terasa mereka sudah sampai di pasar modern yang mereka tuju.
"Neng bangun Neng, kita sudah sampai di pasar." kata supir taksi online.
Gina dan Sari menggeliat bangun dari tidurnya. Mereka berdua malu karena ketiduran di dalam taksi yang mereka tumpangi.
"Makasi Pak. Maaf kami tadi ketidura. Bayarannya pakai aplikasi ya pak. Sudah saya kirim." kata Gina sambil turun dari taksi.
"Kita beli apa aja Gin?" kata Sari sambil terus berjalan ke dalam pasar dengan Gina.
"Apa yang nampak dan terasa nikmat aja Sar. Kita beli agak banyak aja, jadi makannya bisa rame-rame." kata Gina kepada Sari dengan semangatnya.
"Gue setuju. Yang paling penting adalah kita harus bawa Mira. Dia kan jago ngulek tuh." kata Sari sambil mengedipkan sebelah matanya ke Gina.
"Gue setuju. Kita suruh aja dia ngulek." kata Gina.
Tak terasa mereka sudah sampai didekat penjual buah-buahan. Gina terlihat luwes di pasar, sepertinya Gina sering pergi ke pasar, membuat Sari heran dengan gaya santainya Gina masuk ke dalam pasar.
"Gin, loe kok nyantai aja. Nggak takut kecopetan loe?" kata Sari kepada Gina yang melihat Gina membawa tasnya dengan model santai bray. Padahal Gina terlihat santai membawa tas karena yakin pengawal ayahnya tidak akan membiarkan Gina diusik oleh orang lain.
"Santai aja Sar. Kalau pikiran kita negatif maka hal negatiflah yang akan terjadi." kata Gina dengan santainya.
"Sar, kita ke situ yuk beli buahnya." kata Gina kepada Sari sambil langsung menuju ke kedai buah yang ditunjuk oleh Gina.
Mereka sampai dikedai buah yang ditunjuk Gina tadi. Terlihat Gina dan Sari sibuk melihat-lihat buah mana yang mau mereka beli. Setelah memutuskan buah apa saja, Gian bertamya kepada penjula buah tersebut.
"Buk, mangganya berapa sekilo ya buk?" kata Gina
"Sekilonya lima belas ribu neng." kata penjual buah kepada Gina.
"Dua lima lah dua kilo ya buk. Kalau mau aku ambil dua kilo buk mabgganya." kata Gina melakukan penawaran kepada penjual buah.
"Belum bisa neng." kata Penjual buah.
"Buk, saya tidak hanya mau membeli mangga aja buk. Masih banyak yang lain." kata Gina masih berusaha merayu penjual buah-buahan tersebut.
"Nggak bisa Neng. Saya hanya mau tiga puluh ribu untuk dua kilo mangga." kata penjual tersebut.
Gine yang melihat ibuk tersebut sedikit emosi langsung mengajak Sari untuk pindah. Sesaat setelah Gina mau berjalan. Ibuk penjual buah terdengar menggerutu. "Kalau nggak ada uang ngapain juga mau makan mangga. Makan noh jambu air." Gina yang mendengar sontak emosi, dan langsung masuk ke lapak buah tepat sebelah ibuk tadi.
"Mang, mangganya berapa sekilo ya mang. Lima belas ribu Neng. Neng mau berapa kilo? Kalau ambil banyak mamang akan beri diskon khusus untuk neng berdua." kata penjual buah dengan ramahnya.
"Aku mau mangganya tiga kilo mang. Kemudian apel hijaunya dua kilo. Nenasnya Tiga buah." kata Gina kepada penjual buah. Penjual buah dengan semangatnya mengambil semua pesanan dari Gina.
"Udah neng, atau ada lagi tambahannya?" kata mamang penjual buah dengan tersenyum. Karena ini adalah pecah telor mamang penjual buah.
"Kedondongnya dua kilo, bengkoangnya dua kilo. Belimbingnya satu kilo." kata Gina melanjutkan. Penjual langsung mengambil pesanan Gina tadi.
"Sar, ada lagi nggak? Mana tau gue lupa." kata Gina kepada Sari.
"Rasanya nggak deh Gin. Udah cukup itu. Malahan kebanyakan."Kata Sari melihat belanjaan mereka yang luar biasa banyaknya.
"Jadi berapa semuanya ya Mang?" kata Gina kepada penjual buah.
" Mangga nya empat puluh ribu. Apel hijau lima puluh ribu. Nenasnya tiga puluh ribu. Kedondong sepuluh ribu. Bengkuang dua puluh ribu. Belimbing sepuluh ribu. Jadi totalnya Seratus enam puluh ribu neng. Tapi sesuai dengan yang sudah mamang katakan tadi mamang akan kasih neng diskon. Jadi neng bayar aja seratus empat puluh ribu." kata mamang penjual buah-buahan.
Gina yang melihat ketulusan dari seorang penjual buah memberikan uang sebanyak dua ratus ribu kepada mamang penjual buah tersebut.
"Neh mang. Saya yang ngasih bonus ke mamang karena mamang sudah melayani saya dengan baik tanpa emosi." kata Gina dengan tersenyum kepada mamang penjual buah.
Mamang penjual buah sontak terkejut dengan kebaikan hati Gina. "Baiklah neng, mamang terima. Terimakasih atas kebaikan hati neng. Kapan-kapan mampir lagi ya neng." kata penjual buah dengan air mata yang sudab menganak sungai.
"Oke mamang. Kami pergi dulu." kali ini Sari yang menjawab pertanyaan mamang, sambil mengambil kantong yang beriai buah yang baru dibeli Gina.
"Kita kemana lagi Sar?" kata Gina.
"Ke penjual bumbu dapur lagi Gin." kata Sari.
"Oke sip." kata Gina sambil mencari arah petunjuk los penjual bumbu dapur.
Setelah berjalan tiga puluh menit, mereka sampai ke los penjual bumbu dapur. Kali ini yang berbelanja adalah Sari.
"Mau beli apa dek?" kata ibuk penjual bumbu dapur.
"Mau beli, kacang tanah sekilo, gula merah setengah, cabe rawitnya setengah kilo. Bawang putih satu bulat." kata Sari. Kemudian ibuk penjual mengambilkan semua pesanan Sari tadi.
"Berapa semuanya ya buk?" kata Sari sambil.mengambil dompetnya dari tas.
"Sar, loe.mau ngapain. Mau bayar. Nggak ada gue yang bayar." kata Gina.
"Tapi Gin. Tadi loe udah bayar buah. Jadi sekarang giliran gue dong yang bayar bumbunya." kata Sari meyakinkan Gina.
"Nggak ada gue yang bayar. Kalau loe yang bayar maka jangan harap gue mau berteman dengan lo lagi." kata Gina dengan mimik wajah serius.
" Ya udah loe yang bayar. Jangan sensi gitu dong." kata Sari.
"Berapa buk semuanya? kata Sari kepada penjual yang terlihat bengong melihat perdebatan Gina dan sari.
"Semuanya jadi seratus ribu neng." kata Penjual.
Gina kemudian langsung menyerahkan uang seratus ribu kepada penjual. Kemudian Gina mengambil barang yang dikasih penjual tadi dan membawanya.
"Sar, kita makan atau minum dulu yok. Gue haus plus laper Sar." kata Gina dengan wajah yang memelas.
"Kita makan sate padang aja yok Gin. Kan enah tuh. Di sana juga ada penjual es campur nya." kata Sari.
Mereka berdua berjalan ke arah penjual sate padang yang dikatakan Sari. Tak lama mereka sampai. Sari langsung memesan dua porsi sate padang dan dua es teler. Beberapa menit kemudian pesanan mereka sampai. Gina dan Sari langsung melahap makanan mereka. Selesai makan Gina memesan taksi online untuk mereka pulang ke kos. Tak lama menunggu taksi pun datang. Mereka masuk kedalam taksi tersebut. Sekarang mereka tidak pakai acara tidur.
"Gin, tadi saat membeli buah di lapak pertama, kenapa loe nawar ya. Beda banget dengan lapak kedua, malahan dilapak kedua lo ngasih uang lebih." kata Sari yang oenasaran dengan tingkah Gina tadi.
"Kalau di lapak pertama gue males aja. Masak gue nawar ibuknya nyolot. Eee malah ngatain gue nggak ada duit lagi. Kalau masalah nawar itumah untung-untungan diterima sukur nggak diterima juga nggak apa-apa." kata Gina kepada Sari.
"Terus kenapa dilapak kedua loe nggak nawar, malah ngasih lebih." kara Sari yang masih pemasaran.
"Gimana gue mau nawar. Baru aja mau beli mamang tersebut ngomong nanti dikasi diskon. Gue ngasih lebih karena mamang tersebut ngitung harga depan gue. Jadi nampak kejujurannya. Kalau ibuk kedua tempat kita beli bumbu, kenapa nggak gue kasih lebih. Ibuk itu enak aja ngomong seratus. Padahal dia nggak ada ngitung." kata Gina menjelaskan kepada Sari
"Dalam jual beli Sar. Yang penting adalah kesepakatan tanpa ada pemaksaan dan ketidak jujuran." kata Gina sambil perlahan melihat ponselnya karena ada notif masuk.
Sari yang melihat Gina sedang membalas chat seseorang langsung kepo.
"Siapa Gin?" kata Sari dengan antusiasnya.
"Biasa ayah. Nanyak gue sedang ngapain." kata Gina. Padahal yang sebenarnya adalah notif yang berisi pemberitahuan transferan uang jajan Gina sudah masuk.
Tak terasa mereka sampai di kos mewah tersevut. Gina dan Sari turun dari mobil dak masuk ke dalam kos.
"Kita istirahat dulu Gin. Nanti siap maghrib baru kita ngulek. Nanti gue deh yang bilang ke semua teman." kata Sari dengan semangatnya.
"Sip. Gue juga mau istirahat dulu. Capek balek pasar." kata Gina melangkah masuk kekamarnya.
Gina dan Sari istirahat dulu dikamar masing-masing. Gina sangat capek. Tapi sebelum istirahat Gina membersihkan badannya dulu karena seharian ini Gian beraktifitas ditempat panas. Sepertinya mood Gina sudah kembali membaik dibandingkan saat pulang dari kampus tadi. Ini disebabkan karena Rujak yang akan mereka buat nanti malam. Gina memang terkenal gadis pecinta rujak. Jadi kalau Gina sedang nggak mood atau sedang marah, ngambek maka belikan saja rujak. Dalam seketika seperti simsalabim semua yang sedang terjadi akan kembali seperti semula.
...----------------...
Terimakasih kakak Sudah menyempatkan waktunya untuk membaca novel kedua saya ini. Oh ya kakak saya menunggu kritik dan saran dari kakak semua ya. Karena saya sangat butuh kritikan dari kakak pembaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 489 Episodes
Comments
Dewi Fitriani
bagus cerita nya Thor,tapi maaf Thor kalo bisa episode nya jangan panjang2,semangat thorr
2023-06-26
1
Diana Susanti
kusukaaa
2021-08-19
0
Ratna Wati
Ceritanya asyik saya suka thoor
2021-04-01
3