Untuk pertama kalinya aku mengenakan pakaian tidur super tipis, celana di atas lutut, dan ini semua gara-gara Rara yang sialan katanya baju tidur ini cocok buat pengantin baru.
Duh, rasanya aku seperti ditelanjangi ditatap seperti itu.
Eh tapi dia suamiku sendiri.
Ah, dengan gagap aku memegang dadaku sendiri, lalu berganti ke bagian tubuh
lainnya, paha, lalu ke perut, salah tingkah kan gue jadinya.
Diih ...
Hani, lo ngapain sih jadi salah tingkah sendiri.
Mah ...
Hani tidur sama mama aja yah!
“Kamu jangan mandi dulu.” Suara Abi bikin tekuk leher bagian belakang aku seketika
merinding.
Ah, kebanyakan nonton drakor sih gue nih jadi ngebayangin macam-macam.
Hus ... Hus ... sana pergi dong.
Mata mengerjap berkali-kali masih bengong menatap Abi, mata tajam itu berubah teduh. Lalu aku tersenyum, membayangkan adegan selanjutnya.
Berharap banget!
“Ini ... beresin gih! Sama itu juga." Aku langsung menoleh mengikuti gerakan telunjuk tangan Abi.
Oh ... sprei yang tadi aku ganti masih tergeletak di lantai. Mulutku membentuk huruf O lalu aku menutupinya dengan kedua tanganku, bersamaan dengan itu Abi menutup wajahku dengan handuk kecil yang sudah selesai ia pakai.
Ah, sialan!
Gerutuku dalam hati. Kirain mah mau diapain ...
Aku menarik handuk yang sedikit basah dari wajahku, memasang muka kesal danmelotot. Tapi yang aku pelototin sudah berpindah posisi, dia duduk di meja membuka laptop. Tinggal aku berdiri termangu, mendesah pelan.
Punggungnya yang lebar itu menarik perhatianku. Lengan tangannya ... aish ... Hani, lo mikirin apa lagi sih, sana gih cepetan beresin dulu.
Saat Abi menoleh, aku sudah melangkah ke samping tempat tidur, meraih sprei warna pink entah milik siapa. Mana mungkin aku suka warna itu, yang jelas pasti ini perbuatan Dini sama mamaku.
Merasa kesal aku memasukkan sprei dan handuk ke dalam keranjang pakaian kotor, lalu menendangnya dengan keras.
Buk!
Duh.
Sakit!
Aku masuk ke kamar mandi dengan meringis kaki kananku sakit habis menendang keranjang pakaian kotor.
Di kamar mandi sengaja aku berlama-lama, suara merdu BTS menemani aku mandi. Iih malu kalau beneran mereka ada di sini mah. Senyum-senyum aku mengikuti suara merdu ke tujuh namja gantengnya luar biasa itu.
Oh my my my oh my my my
I've waited all my life
Ne jeonbuleul hamkkehago sip-eo
Oh my my my
oh my my my
Looking for something right
Ije jogeum-eun na algess-eo
I want something stronger
Than a moment, than a moment, love
I have waited longer
For a boy with
For a boy with luv
Sambil keramas aku sesekali mengikuti dance mereka yang seingatnya aku aja. Duh rasanya nggak bisa dijelasin deh, kok aku bahagia banget yah. Lalu teringat lagi sama adegan cium kening itu.
Aku meringis, geli sendiri, di depan cermin kamar mandi, rasanya kayak gituh yah dicium sama cowok. Kacau deh aku nih sambil mengelus keningku yang penuh dengan busa shampoo.
Pikiran itu bergelayut di kepalaku sekarang, tentang Abi yang memilihku untuk jadi istrinya. Kalau aku ingat-ingat nggak ada satu pun kemiripan baik karakter, hobby, masa depan dan yang jelas kelihatan itu fisik. Asli, jauuuuhh banget. Antara aku sama Abi. Lantas apanya yang sama? Katanya kalau jodoh itu serupa.
Aku mencoba mengingat kembal… apanya yang sama ya? Ah.. mikirin itu semua kok aku jadi pusing sendiri yah.
Apa jangan-jangan tuh anak kejedot kepalanya jadi lupa ingatan makanyan mau menikah sama aku.
Ingat banget dulu gimana dia memperlakukan aku sewaktu masih di SMA. Beuh jangankan ngobrol, ngelirik aja nggak!
Sekalinya ketemu berantem, masalah sepele aja ributnya setengah mati.
“Haneeeeyyy ...”
Seketika aku menoleh, mendengar suara yang jelas banget terasa dekat.
Abisudah berdiri di dalam kamar mandi dengan wajah panik, sementara aku masih bermain busa di kepalaku dan lagu dari BTS itu jadi pengiring selama aku mandi.
“Aku khawatir kirain kamu pingsan di dalam kamar mandi ternyata mainan sabun.”
Dadanya Abi naik turun, napasnya terdengar jelas di telingaku, saat aku tersadar ada hawa dingin menyusup ke seluruh tubuhku, saat itu juga aku menjerit keras.
“ANDWEEEEEE ….”
Abi melihat semua bagian tubuhku tanpa sehelai pun kain yang menempel.
Jahat kamu!
Apa pun yang ada didekatku, ku lempar ke arahnya. Dia kabur secepat kilat saat menyadari semuanya.
“PINTU KAMAR MANDINYA NGGAK DIKUNCI MAKANYA AKU MASUK KIRAIN KAMU PINGSAN.”
Teriak Abi dari balik pintu, sementara aku terduduk jongkok dengan kedua tangan mendekap dada.
Sial banget hidup gue!
***
Setelah mengeringkan rambut di kamar mandi aku keluar, masih dengan malu yang teramat sangat, mau nggak mau aku harus keluar kamar mandi, yah kali masa semalaman akutidur di sana. Aku terbiasa membiarkan pintu kamar mandi tidak terkunci saat mandi, salahku juga sih mandi kelamaan, bikin orang khawatir.
Masih mengenakan pakaian tidur yang tadi, baru juga ganti masak mau ganti lagi kan sayang. Aku berjalan dengan berjinjit. Jangan sampai Abi terbangun mendengar langkah kakiku,
Abi sudah terbaring di tempat tidur, dengan posisi menyamping ke arah kanan.
Masa sih cepat banget tidurnya.
Pukul sepuluh malam saat aku melihat jam dinding di kamar. suara televisi dari ruang tengah sudah tidak terdengar lagi dan suara-suara berisik si mbak juga sudah senyap, biasanya jam segini si Mbak masih beberes rumah, kecapean kalik.
Di atas meja ada makanan yang sudah siap disantap, nasi goreng plus telur ceplok. Iya aku belum makan, pasti mamah yang bawain. Duh kalau seperti ini, memang mama tuh juara deh.
Tanpa banyak berpikir aku melahap nasi goreng itu dengan sangat cepat sesekali melirik ke arah tempat tidur, mengunyah dengan maha lembut agar suara kunyahanku tidak terdengar oleh Abi.
Kalau masalah makan mah, aku bisa super cepat menghabiskannya kebetulan aku belum makan dari siang tadi, males.
Tidak ada satu pun yang tersisa pokoknya, bersih tuh piring. Duh perutku rasanya enak sekali. Lalu aku kembali lagi ke toilet, untuk gosok gigi.
Pelan-pelan aku membuka pintu membawa piring bekas aku makan, sampai di luar sudah gelap hanya lampu temaram di dapur. Sampai di dapur secepat mungkin aku mencuci piring, saat itu juga aku lihat ada banyak kotak dan beberapa barang yang belum dirapikan sisa acara tadi siang di atas meja dan di lantai.
Cepat-cepat aku kembali ke kamar, ingin segera rebahan rasanya seluruh badanku sudah tidak tahan lagi.
Pelan aku membuka grendel pintu kamar, kalau dipikir-pikir ini kamar gue sendiri ngapain juga gue kayak maling yah.
Sampai di kamar, aku menutup pintu kamar perlahan.
Bingung ...
Aku berdiri sejenak menatap ke arah tempat tidurku, yang kini sudah ada sosok laki-laki yang terbaring di sana. Berjalan merangkak pelan-pelan aku merebahkan badanku ke atas tempat tidur lalu menarik selimut dengan pelan sekali.
Mirip adegan slowmotion kalau di film mah. Saking gue takut si Abi bangun.
Akhirnyabisa rebahan juga gue, ya Allah.
Punggungku baru berasa pegal sekali, ditambah betis dan mataku yang sepetnya minta ampun. Saat aku berbaring ke samping kiri, berlawanan dengan Abi. Ada yang bergerak-gerak di dalam selimut.
Aku bergeming.
Lalu ... tiba-tiba pinggangku seperti ada yang menyentuh, sebuah tangan dimasukkan ke dalam pinggangku yang ramping. Tekuk leherku terasa hangat, seperti ada hawa panas yang berhembus.
Ah, itu tangan Abi, memelukku.
Saat aku ingin bergerak, tangan Abi makin erat memeluk pinggangku.
“Jangan gerak-gerak! Kita tidur gini dulu aja yah. Aku capek!” kata Abi lirih di telingaku.
Mamaaaaa ….
Eotteoke!
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Bungatiem
kapan dialog nya , cerita mulu 😐
2021-04-01
1
Andhika Rahmat Dharmawan
lanjut thor
2021-02-11
1