Aku menatapnya dengan datar dan cukup bingung dengan apa yang harus kukatakan lagi, saat mendengar ucapannya itu. Sepertinya dia mulai terobsesi pada rasa bersalahnya. Hhh...dasar bocah, dibilangin aku sudah ikhlas dan memaafkannya masih saja ngeyel...
" Hei...tenanglah El, pernikahan itu bukan main-main, menikahlah pada wanita yang kamu cintai...bukan hanya karena rasa bersalah saja ..."
" Aku tak tau apa yang sedang kurasakan padamu Nin, tapi yang pasti aku ingin selalu ada disampingmu...aku merasa tak rela jika kamu menikah dengan pria lain..."
" Kamu kan baru saja lulus jadi nikmatilah masa mudamu itu, pasti kamu akan bertemu dengan wanita yang membuatmu berdebar saat didekatnya...itulah cinta El..." aku tersenyum dan menutup mata mengenang ada debaran aneh yang kurasakan saat bersama Wildan dulu.
Sayang sekali sekarang dia bukan milikku lagi, miris sekali bukan..
" Apa kamu masih mencintai pria itu?"suaranya masih datar tanpa emosi.
Kubuka mataku dan mata kami saling bertautan.
" Siapa? Mantanku? Rasa itu sudah kusingkirkan saat dia memutuskan untuk bersanding dengan wanita lain...aku bukan pelakor Lo!!"
Kulihat matanya sama sekali tak berpaling dariku, entah mengapa aku merasa ucapannya memang serius.
" Nindi...ini kue serabinya sudah siap..." suara Bu Cicik dari balik etalase membuatku menoleh.
" Ya Bu..." aku beranjak dari dudukku dan mengambil plastik berisi lima kardus pesanan Elhan.
Saat aku hendak mengantarnya ke meja Elhan, pria itu berdiri dan menghampiriku didekat etalase.
Dia meraih plastik dari tanganku lalu menggantinya dengan amplop coklat yang diletakkannya ditelapak tanganku.
" Apa ini?"
" Bayarlah segera hutangmu pada si Tatak, dan jangan sampai berhutang lagi padanya, bunganya yang besar akan membuatmu terus berhutang semakin banyak padanya..."
" Jangan El, aku tak bisa menerimanya...aku pasti bisa berhenti tergantung padanya..."darimana dia tau tentang hutangku pada si Tatak? Aku memang sudah menjadi langganan orang itu saat membutuhkan dana.
Pada awalnya hanya satu juta, sampai bulan lalu aku harus kembali pinjam uang lima juta dalam jangka waktu dua tahun untuk memperbaiki atap yang sudah mulai rapuh karena rayap yang menghabiskan rangkaian kayu pada atap kedai ini.
" Nindi, kali ini saja jangan menolakku!!" nada ucapannya yang tegas membuatku tak bergeming.
Diapun segera pergi membawa bungkusan itu, sementara aku hanya bisa mematung ditempatku menatap kepergiannya.
" Nindi..." suara Bu Cicik membuyarkan lamunanku.
" Eh iya Bu..."
" Kamu kenapa?"
Aku menghampiri Bu Cicik lebih dekat.
" Bu, pulang dari sini nanti tolong mampir lunasi pinjamanku pada Tatak ya ...aku dapat pinjaman lain dengan bunga lebih ringan..."
" Wah syukurlah... emang si Tatak itu bunganya terlalu mencekik ...aku senang sekali kalau kamu bisa lepas darinya.." Bu Cicik tersenyum sambil berlalu untuk membereskan meja yang tadi dipakai Elhan.
Sementara itu aku masuk kamar tidurku dan membuka amplop coklat itu. Seikat uang bertuliskan sepuluh juta tertera disana.
" Apaan si Elhan ini, hutang dan bunga nya paling tinggal enam jutaan...,aku harus mengembalikannya..."gumanku.
Kusiapkan uang untuk melunasi hutangku yang akan kutitipkan Bu Cicik nanti.
Terdengar suara Bu Cicik yang sedang melayani seorang wanita. Lalu akupun menghampiri mereka.
" Jadi tolonglah saya Bu..." pembeli itu seorang gadis cantik dengan rambut coklat tergerai dengan indahnya.
" Ada apa Bu?"
" Nona ini pengen memesan kue basah untuk nanti sore, tiga puluh dus berisi tiga kue basah berbeda dan satu kue kering, apa kamu sanggup?" tanya Bu Cicik padaku.
" Tolonglah kak, kami butuh jam tujuh malam kok, bisa ya...plisss" gadis itu memohon padaku.
" Dia lupa pesan katanya, jadi mendadak kayak gini deh..." ucap Bu Cicik kemudian.
Otakku mulai memperhitungkan waktu untuk menyelesaikan proyek ini.
" Bisa, tapi jenis kue nya aku yang menentukan, karena harus kupilih kue sesuai persediaan bahan yang ada dan tentu saja yang prosesnya lebih cepat saja..."
" Wah...benarkah bisa!!! Apa aja deh yang penting aku bisa mengambilnya nanti...ini DPnya"dengan riang gadis itu menyerahkan uang dua ratus ribu padaku.
" Tinggalkan nomormu, bila nanti siap lebih cepat, aku akan menelfonmu..."
"Ah iya baiklah..."
Setelah memberiku kertas berisi nomor telfonnya, dia meninggalkan kedai dengan wajahnya yang terlihat sangat gembira.
Inilah yang membuatku nyaman dengan pekerjaan ini, mungkin hanya sepele namun saat dibutuhkan aku merasa sangat berharga.
" Bu Cicik , setelah tamu itu, tutuplah kedai, kita buat pesanan saja ..."
" Oke Nin..."
Setengah jam kemudian kami berdua berkutat dengan pembuatan kue dadakan itu. Mungkin karena jam terbang ku sudah tinggi aku yakin pasti bisa menyelesaikan semuanya.
Dan sesuai perhitunganku, tiga puluh dus kue itu sudah siap jam lima sore lebih sedikit.
" Bu Cicik, maaf ya pulangnya jadi telat deh..." ucapku pada wanita itu saat dia pamit pulang.
" Halah Nin, santai aja...lagian nggak ada yang menungguku dirumah, sudah ya aku pulang..."
Aku tersenyum padanya dan mengangguk.
Beberapa saat kemudian seseorang mengambil pesanan kue tadi. Sekarang saatnya membersihkan diri dan pergi ke pasar sore.
Setelah mandi dan ganti baju, aku keluar kedai lewat pintu belakang. Berjalan melewati lorong dan berharap tidak bertemu dengan Man In Black yang kemarin.
" Kak...ini ada titipan dari kakak ganteng yang disana..." seorang anak kecil tiba-tiba menghampiriku dan menyerahkan buket bunga mawar padaku, lalu pergi begitu saja setelah aku menerimanya.
Kuedarkan pandanganku untuk mengetahui siapa yang telah memberiku kejutan ini, namun tak ada seorang pria yang nampak.
"Valentine kan masih bulan depan, kenapa ada yang mendadak romantis kayak gini...hmmm, harum sekali bunga mawar asli memang the best..." kuhirup wangi bunga mawar merah itu.
Eh... sebentar, kok kepalaku jadi pusing dan mataku mulai berkunang-kunang tak jelas melihat arah depan.
Semakin lama semakin pusing saja, dan akhirnya aku benar-benar tak tau lagi apa yang terjadi.
Tidurku begitu nyaman saat suara berisik mengganggu pendengaran ku.
" Ssshhh...diamlah, aku masih ngantuk nih..."kututup telingaku dengan bantal , sementara tanganku yang lain menarik selimut karena terasa angin dingin mengusap kulitku.
Dengan mata masih terpejam kuraba-raba sekeliling ku, kenapa bantal dan selimut ini begitu lembut. Sepertinya aku tak punya yang senyaman ini deh. Perlahan kubuka mataku dan melihat warna biru tua motif segitiga dibantal dan seprei tempat tidur ini.
Kubuka bantal yang kupakai menutupi telingaku tadi. Lalu aku duduk dan menoleh keberbagai arah dalam ruangan asing ini.
" Dimana aku...ah jangan-jangan..." mulai panik dengan apa yang telah terjadi padaku.
Kuperiksa baju dan membuka selimut yang menutupi tubuhku.
Fiuhh...masih utuh.
Kenapa aku jadi terdampar disini? Bukankah tadi aku sedang dalam perjalanan ke pasar.
Segera aku turun dari tempat tidur sambil melihat jam yang berdetak didinding. Astaga jam sepuluh malam. Jadi aku sudah tertidur lima jam, Nindi...kamu ni bener-bener putri tidur!!!
Kulangkahkan kakiku kearah pintu kamar yang terbuka. Dengan mengendap-endap aku keluar dari ruangan itu dan mendapati seorang pria sedang menonton televisi.
Aku mendengus kesal melihat siapa pria itu. Dengan menghentakkan kaki, aku berhenti didepan pria itu sambil berkacak pinggang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Siti Kholifah
langsung favorit kaaaa
2021-06-01
3
Moh Arfa Risqi Pratama
Dari awal udah senyum2
2021-05-26
2
Wakhidah Dani
d culik elhan ya?
2021-05-11
5