Dilarang Jatuh Cinta!!
Kutengadahkan kepalaku menatap langit, berusaha untuk menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku.
Tangan kananku masih menggenggam ponsel yang menempel ditelingaku.
" Jadi benar yang kudengar..." kalimat itu kuucapkan dengan nada sedatar mungkin.
" Maaf, Nin...aku tak bisa mengorbankan kesehatan ibuku..." suara Wildan begitu dalam.
" Tentu saja, jangan sampai menjadi anak durhaka ...Dinda wanita yang baik, jadi selamat ya...semoga kalian bahagia..." aku berusaha diplomatis dengan akhir kisahku bersama Wildan.
Wildan, mantan tetangga sekaligus kakak kelasku yang lima tahun lalu menyatakan cintanya padaku, sebelum kepindahan seluruh keluarganya di Bali.
Sejak saat itu kami menjalani LDR yang sangat manis.
Namun bulan lalu kudengar dia harus menikah dengan wanita yang tak lain teman sekolahku waktu di sekolah menengah yang bernama Adinda.
Terakhir kami bertemu waktu acara reuni setahun yang lalu. Sebelumnya aku bahkan tak pernah datang ke acara tersebut, tapi karena Wildan memaksa jadi kami menghadirinya bersama. Dan saat itu Dinda juga berpasangan dengan pria lain.
Sebenarnya Wildan menceritakan semua kisah dari awal hingga dia memutuskan bersedia menikah dengan Dinda agar penyakit jantung yang diderita ibunya tidak kambuh lagi.
Aku hanya bisa mengambil hikmahnya, Wildan seorang pria mapan dari keluarga kaya, mana mungkin bisa disandingkan denganku, seorang gadis yatim piatu yang harus bekerja sangat keras untuk bertahan hidup.
" Nindi..kamu juga wanita yang baik, aku yakin kamu akan dipertemukan dengan pria baik juga.."
" Ya...ya...tentu saja aku akan menemukannya, jangan kira aku akan gagal move on gara-gara kamu ya...."meski terasa perih aku akan menghibur diriku sendiri.
Suara tawa kecil terdengar diujung sana.
" Tapi maaf ya Wil, aku nggak bisa hadir pada pernikahanmu nanti...soalnya jauh, hanya buang-buang duit aja kan..."
" Hmm...kamu ini, untukmu pasti akan kusiapkan akomodasi kelas VVIP kalau kamu bersedia hadir, hanya saja aku tak mau membuatmu menangis karena melihatku..."
" Idiiih...aku sih anti baper...mending kamu hapus semua memori tentangku, Dinda pasti akan mencakarmu kalau kamu masih punya fotoku diponselmu itu.." sahutku tak mau kalah.
Begitulah kami, hubungan yang selama ini kami jalani sangat ringan, karena memang komitmen kami untuk menjaga diri hingga jodoh benar-benar mempersatukan kami.
Dan ternyata bukan dia jodoh yang telah disiapkan Tuhan untukku. Dengan helaan nafas, aku berusaha ikhlas melepasnya.
Bagaimanapun dia adalah bagian dari kenangan manis dalam hidupku. Kini tinggallah aku sendiri.
Sendiri dalam arti sebenarnya. Nenek satu-satunya keluarga terdekatku telah meninggal dua bulan yang lalu karena sakit.
Setelah sambungan telepon dengan Wildan, kutatap kedai kopi peninggalan orang tuaku.
Sebuah bangunan kecil yang sudah termakan usia, menjadi rumah dan sumber kehidupanku, setelah rumah yang kutempati dulu harus terjual untuk menyambung hidup dan biaya pengobatan nenek selama dua tahun terakhir.
Aku harus mempertahankan tempat yang telah dibangun oleh ayahku ini dan pernah berjaya dimasanya untuk mencukupi semua kebutuhan keluarga kami secara layak.
Kini, kedai ini mulai sepi pembeli sejak perkembangan kota yang begitu pesat, terutama setelah pembukaan sebuah Mall terbesar dikota ini yang tempatnya tak lebih dari lima puluh meter dari tempat ini.
Dalam mall tersebut banyak sekali gerai-gerai aneka makanan dan minuman dengan desain tempat yang kekinian, jadi memang tempat yang menyenangkan dan nyaman dibanding dengan kedai sederhana yang menyediakan kue dan minuman dengan variasi tak begitu banyak.
Beruntung kami mempunyai beberapa pelanggan yang masih setia dengan hidangan yang kami tawarkan. Dan sebagian besar mereka telah berumur setara dengan kedua orang tuaku.
" Hai...paman Jo, silahkan dicoba kue baru yang fresh from the oven..."
" Hei... lagi-lagi kau manfaatkan aku untuk bahan uji cobamu..." ucap paman Johan, salah satu pelanggan setia kedai ini.
Aku hanya terkekeh mendengar penuturan pria baruh baya bertubuh jangkung itu.
" Bagaimana paman...apa sesuai dengan seleramu?" kulipat kedua tanganku didada.
"Nindi.... sepertinya kamu ingin aku cepat mati ya, kenapa kue ini begitu manis, bukankah kamu tau aku sedang diet gula.." sahut pria dengan penyakit diabetes mellitus yang menemani hidupnya selama bertahun-tahun itu.
"Hmm...begitu ya!!! kenapa kuenya cepat habis kalau tak ingin cepat mati..!"
Pria itu meringis karena aku yakin kue talam resep dari nenek yang sudah kumodifikasi itu memang sangat pas manis dan gurihnya.
" Jangan khawatir paman ...hari ini aku membuat beberapa kue dengan gula DM, jadi tak perlu berharap cepat mati karena makan kue dariku ya..."
" Wah...benarkah? Kamu benar-benar perhatian pada kaum penyakitan sepertiku Nindi..." pria itu terlihat lebih bahagia menikmati kue dihadapannya.
Kulihat Bu Cicik yang selama ini membantuku dikedai ini melayani pembeli, jadi aku menyempatkan diri ikut duduk didepan paman Johan.
" Kalian kaum tua adalah sumber pendapatan ku, jadi tak akan kubiarkan kalian cepat mati ...he..he.." aku tersenyum kecil seperti melihat ayahku sendiri yang juga menyukai makanan manis itu.
" Ya..ya..tolong hapus kata mati dari semua ucapanmu itu, aku mulai ngeri juga..!" pria itu menerawang menatap jendela.
" Lha yang mulai kan paman duluan..." ucapku sambil mengikuti pandangan pria tua itu keluar jendela.
" Nindi ....apa kamu pernah ke Mall itu?"
" Tentu saja paman, siapapun pasti sangat tergoda untuk mengunjunginya...meskipun aku hanya melihat-lihat saja, tanpa membeli apapun.."aku menahan tawa mengenang saat aku memutuskan mengunjungi mall itu, karena menghindari cuaca panas yang begitu menyengat.
Didalam gedung itu begitu sejuk dan nyaman, padahal aku harus berbagi udara dengan banyak orang yang sedang sibuk menghabiskan uang mereka. Sempat kulihat harga-harga yang tertera membuat kepalaku pening.
" Hmm ....baguslah, kukira kamu akan terus bersembunyi digua milikmu ini..ha..ha" ucap paman seraya menyesap kopi hitamnya.
" Wah penghinaan kelas kakap nih..." sahutku sambil beranjak meninggalkan paman yang mulai terbahak saat ada pengunjung lain baru datang.
Kulihat seorang pemuda baru saja masuk dan duduk disalah satu sudut ruangan, tentu saja tempat favoritnya adalah disamping jendela kaca yang menampilkan kesibukan kota ini.
" Selamat pagi...mau pesan apa?" ucapku saat mendekati pria yang seingatku sudah beberapa kali berkunjung kesini.
Kuletakkan kertas berisi menu yang aku punya.
" Teh hangat dengan daun mint dan kue serabi dengan gula merah.."
" Maaf..hari ini aku tak membuat kue serabi.."
" Hmm...beri kue basah apapun ..." sahut pemuda itu dengan ekspresi begitu datar.
" Okey ...tunggu sebentar...."
Kulangkahkan kakiku kearah belakang, tempatku menyiapkan pesanan.
" Nin...cowok sedingin salju itu kembali lagi ya..."Bu Cicik menghampiriku yang sedang menyiapkan pesanan.
Akupun mengangguk padanya.
" Mungkin dia masih penasaran dengan kue serabi buatan kita, Bu..."
"Hei..aku hanya membantumu menghidangkannya, jadi hanya kamu yang bisa meramu resepnya dengan pas hingga membuat cowok itu kembali lagi.."
" Kurasa kita perlu memberinya piagam karena menjadi pengunjung termuda disini..he..he..."aku tertawa kecil sambil mengangkat baki yang berisi pesanan pengunjung termuda ku itu.
" Tapi sepertinya aku pernah melihatnya deh, tapi dimana ya..."
Kutinggalkan Bu Cicik dengan pertanyaannya itu dan berjalan mendekati pria yang sepertinya serius memperhatikan jalanan itu.
Memang apa yang menarik dengan rutinitas orang-orang yang sedang memeras keringat demi berlembar kertas bernama uang itu.
" Silahkan menikmati..."
Pria berwajah semi oriental itu menoleh kearahku tanpa senyum sedikitpun.
" Apa kamu sudah benar-benar putus dengan pacarmu?"dengan santai dia mengambil secangkir teh yang kuhilangkan untuknya itu.
Tentu saja aku tersentak dengan pertanyaan itu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Lisa Aulia
hai Thor...aku mampir...itu klw nggak salah pemeran cowok nya berasa familiar deh...cowok Thailand ya thor...klw nggak salah sih
2021-06-27
2
Siti Purwati
langsung ku kasih like karna aku aku suka. semangat berkarya Thor.
2021-06-19
2
aybij
huhu
2021-06-16
2