Kerja apaan dia ditempat seperti ini? Pikirku setelah sekilas memperhatikan penampilannya.
" Kenapa? Sepertinya kamu nggak percaya, kalau aku sedang kerja?" pria itu menaikkan alisnya.
" Hmm...aku hanya sedang berpikir keras pekerjaan apa yang kamu lakukan ditempat ini?"
" Tak perlu berpikir, kamu bisa menanyakannya langsung padaku..."sahutnya datar.
" Well.....jadi apa pekerjaanmu....?" daripada aku penasaran akhirnya aku bertanya juga.
" Jadi sopir..."jawabnya sambil memandang kearah lain.
Hhh...bukan membuatku lega, malah membuatku berpikir lagi...hanya seorang sopir tapi penampilannya seperti turis, bukankah dia lebih pantas jadi majikan...
" Ooh ...baiklah kalau begitu aku pergi dulu, jangan lupa besok kamu harus datang karena aku sudah membeli bahan-bahan untuk membuat serabi..." aku mengingatkan pria itu.
" Tentu, sekalian pesan lima puluh buah dalam lima bungkus untuk kubawa pulang...."
Mataku terbelalak mendengarnya, ngapain dia membungkus sebanyak itu, apa ada acara arisan dirumahnya.
" Ah baiklah...sampai jumpa besok ...."akupun meninggalkannya saat seorang ojek online datang menghampiriku.
Kulihat dia masih menatapku tanpa ekspresi.
Lima belas menit kemudian aku sudah sampai didepan kedai yang merangkap sebagai rumahku itu.
Setelah membayar ojol aku bergegas mencari kunci pintu yang tadi kuselipkan disaku tas slepang yang kupakai.
" Saudara Anindita...." suara seorang pria bertubuh tinggi dengan setelan jas hitam dan kacamata hitam disampingku membuatku menoleh.
Wow...ada Man In Black
" Ya...saya sendiri, ada yang bisa saya bantu?" sebagai wanita yang hidup sendiri aku berusaha ramah pada siapapun berharap agar orang lain juga berlaku baik padaku.
" Mohon ikut saya, majikan saya ingin bertemu dengan anda dikantor..."ucap pria itu dengan suara tegas.
" Mohon maaf tuan, siapa majikan anda, apa saya mengenalnya?"
" Nyonya Elisa, pemilik mall yang disana..."
Aku menghembuskan nafas karena kesal, sudah beberapa orang atas nama Nyonya Elisa membujukku untuk menjual kedai milikku.
" Maaf tuan, saya harus menyiapkan pesanan untuk besok, jadi tolong sampaikan maaf saya untuk nyonya Elisa...." aku menunduk dan berucap seramah mungkin padanya.
" Sudah beberapa kali anda menolak, jika kali ini anda bersikeras, saya akan menggunakan kekerasan..." suara pria itu mulai berdengung ditelingaku, rasa takut membuatku bergidik sepertinya aku harus pergi dari tempat ini.
Dengan menarik nafas panjang, perlahan aku mundur selangkah.
" Mm...baiklah..." dengan detak jantung beraturan aku waspada, setelah pria itu lengah kutendang bagian masa depannya, semoga tak terlalu membuatnya terluka.
Secepatnya kuambil langkah seribu, untuk melarikan diri dari pria yang meringis kesakitan karena tendangan ku tadi.
Namun sepertinya ada temannya mengejarku, meski baru beberapa meter nafasku mulai tersengal karena lelah berlari kencang.
Mendadak seseorang menyergapku tanpa aku menyadarinya.
" Lepaskan!!!!" aku meronta-ronta karena dia memojokkan tubuhku ditembok.
" Sstt...diam!!! apa kau ingin mati ditangan mereka!!!"
Suara itu sepertinya aku pernah mendengarnya.
" Tenang , aku akan melepaskanmu...okey..."
Akupun mengangguk, mungkin dia bukan sekutu dari Man In Black yang mengejarku tadi.
Setelah tenang dia melepaskanku yang terjepit antara tembok dan tubuhnya.
Saat membalikkan badan, dahiku berkerut melihat orang itu.
"Kamu....!!!" suaraku tertahan oleh kedua tangannya yang kembali membekap mulutku.
Matanya menatapku tajam, seperti memberi kode agar aku tak berisik. Akupun mengangguk sebagai janjiku bahwa aku benar-benar patuh padanya.
Kami bersembunyi sampai beberapa saat orang-orang yang mengejarku itu pergi.
" Mereka pergi..." bisiknya.
Aku segera keluar dari persembunyian kami, dan menepuk-nepuk bajuku yang kotor karena menempel ditembok.
"Bagaimana kamu bisa ada disini...jangan bilang kebetulan ya!!" ucapku pada si pria serabi.
"Setelah mengantarkan majikanku pulang, aku bermaksud memberimu DP untuk pesananku besok, takutnya kamu tak jadi membuatnya karena nggak ada tanda jadi...."
" Hmm...begitu? oke, terima kasih telah membantuku..akan kuberi diskon deh..."
Wajah datarnya menyeringai.
"Apa kamu yakin orang-orang tadi tidak menunggu mu dikedai?"
Aku mulai berpikir bahwa ucapannya itu benar juga, lalu apa yang harus kulakukan sekarang.
" Kalau gitu aku akan lapor polisi..." gumanku sambil menatapnya.
" Apa bukti yang kau punya...?"
Aku mulai pusing dengan masalah ini. Bagaimana bisa terus menghindar sedangkan aku harus buka kedai untuk menyambung hidupku.
" Apa kau tau, siapa yang sedang kau hadapi sekarang?"
" Aku nggak peduli siapa dia, tapi aku tak akan melepaskan kedai milikku itu meski dia menggantinya dengan gunung emas...!!" sahutku dengan nada tinggi.
Pria serabi itu menghela nafas, dan menggelengkan kepalanya.
" Lalu apa rencanamu?"
"Sudahlah, kamu tak perlu ikut berpikir, aku pasti bisa mengatasinya..." ucapku seraya melangkah pergi menjauh darinya.
Setelah beberapa langkah, aku kembali menoleh pada pria serabi yang masih tenang ditempatnya itu.
" Tenang saja, besok jam sepuluh semua pesanan mu bisa kau ambil..."
Dia tak bergeming dan akupun segera melewati jalan pintas menuju kedai melalui jalan belakang bangunan yang letaknya berhimpitan dengan kedai milikku.
Dalam perjalanan itu, aku merasa lebih baik berdamai dengan keadaan. Apakah aku harus menemui wanita yang bernama Nyonya Elisa itu. Barangkali dia bisa memahami posisiku yang harus mempertahankan warisan kedua orang tuaku itu...
Semoga itu adalah jalan terbaik daripada harus selalu menghindar dan membuatku merasa diteror.
Namun aku harus menyiapkan cerita yang dramatis agar Nyonya besar itu tersentuh dan tak mengganggu ketenangan ku lagi..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
siti lestari
suka cerita ceritamu thoor... semangwt terus lho y.....
2022-07-13
1
Siti Purwati
bahasanya bagus
2021-06-19
3
Muh Ardhy
asik sekali cirita nya sambil ngooi
2021-06-07
4