Keesokan harinya, Bu Cicik mulai membuka kedai setelah semua jenis kue sudah tersaji dietalase kaca.
Beberapa pembeli datang silih berganti dan aku tak bisa membantu Bu Cicik karena aku masih berkutat didapur untuk menyiapkan pesanan pria serabi.
Sekitar jam sembilan, Bu Cicik menghampiriku didapur. Saat menyadari kehadirannya aku menoleh sementara tanganku masih berkutat dengan daun pisang untuk membungkus serabi yang semuanya baru saja matang.
" Nindi...pria itu sudah datang..."
" Iya Bu, ini sudah hampir selesai, bukankah aku memintanya datang pukul sepuluh...!" gumanku sambil mempercepat gerakanku karena yang pesan sudah datang
Bu Cicik memperhatikan sejenak, lalu meminta daun pisang dari tanganku.
" Kemarikan, biar aku yang melanjutkannya ... kamu saja yang melayaninya..." Bu Cicik tersenyum penuh arti.
Entah apa yang sedang dipikirkannya, aku menatapnya lalu mengangguk menanggapinya.
Setelah kusingkap tirai yang memisahkan dapur dan ruang depan kulihat ada tiga meja yang terisi pelanggan termasuk si pria serabi.
Kali ini pria itu memakai kemeja lengan panjang dan celana jeans yang membalut tubuhnya yang tinggi besar itu.
" Tunggu sebentar ya, tinggal membungkusnya saja kok..." ucapku saat sampai dihadapannya.
Mendengar suaraku dia mendongak dari kegiatannya tadi yang memainkan ponselnya.
" Hmm..." hanya itu yang diucapkannya, namun tatapan matanya padaku tak bisa kuhindari.
Kucoba untuk tidak salah tingkah dihadapannya.
" Mau minum dulu? aku baru nyoba bikin cheese cake...mau? "
"Boleh...tambah kopi hitam gula sedikit..."
" Oke!! " aku mengangguk dan membalikkan badan ku kembali ke dapur.
Sebagai penjual aku sedikit banyak mempelajari selera pelanggan. Karena menyukai kue serabi, menurutku dia memang lebih suka rasa gurih daripada yang manis.
Beberapa menit kemudian aku membawa baki berisi sepotong kue dan secangkir kopi hitam untuk si pria serabi.
" Silahkan..." ucapku setelah meletakkan pesanan itu didepannya.
Dia menatapku tanpa kata.
" Apa kau masih sibuk?" tanyanya kemudian.
" Mmm...nggak juga sih..." sahutku sambil mengedarkan pandanganku, sepertinya belum ada pengunjung baru.
" Duduklah ..."
Dengan perasaan penuh tanda tanya kuikuti permintaannya itu.
" Ada yang bisa kubantu?"tanyaku padanya
" Dengar Nindi, hanya aku yang bisa melindungimu dari orang-orang yang menginginkan kedai ini.."
Aku mengernyitkan dahi.
" Kecuali kamu memang berniat menjual kedai ini dengan sukarela...."
Suaranya terdengar begitu serius, hingga pertanyaan-pertanyaan baru memenuhi otakku.
" Memangnya kenapa kamu mau melindungiku? Kurasa kita nggak sedekat itu deh..."
" Kalau begitu, menikahlah denganku.."
Pernyataan itu menggelegar ditelingaku. Seorang pria yang bahkan aku tak tau namanya telah melamarku...
" Hei... terimakasih telah menghiburku! Kau sangat lucu..he..he..." aku tertawa lebar mendengarnya.
" Jangan menolakku....!" suaranya begitu dalam dan bernada perintah bukan permohonan. Benar-benar pria super ajaib, aku seperti berbicara pada Arnold Schwarzenegger saat menjadi Terminator ...
" Jadi siapa kamu sebenarnya? Aku bahkan tak mengenalmu sama sekali, siapa yang menyuruhmu mendekatiku?"
"Mungkin kamu tak mengenalku, namun pertemuan pertama kita sudah enam tahun yang lalu..."ucapnya lagi.
" Enam tahun yang lalu?" aku mulai berpikir keras mengingatnya. Tapi semakin lama membuatku semakin pusing saja.
" Maaf Nindi, akulah yang menyebabkan hidupmu berat selama ini..." gumannya lirih.
" Aku tak mengerti..."
"Namaku Elhan Sebastian..."
" OOO...." mataku menerawang karena tetap tak bisa mengingat apapun tentangnya. Mungkin daya ingatku memang terbatas, jadi jangan sampai orang tau nilai hafalanku saat disekolah karena sangatlah minim...
Terdengar suara tawa kecilnya. Wah...dia berhasil tersenyum meski hanya sebuah senyum simpul.
" Masih tak ingat juga...?" ucapnya kemudian.
" Yang Minggu kemarin aja sudah kulupain apalagi enam tahun yang lalu...ya sudah jadi angin lalu deh..." sahutku cuek.
" Kita bertemu dirumah sakit dan dikantor polisi...pertama kali melihatmu disamping jenazah kedua orang tuamu, tanpa tangis sedikitpun kamu hanya terdiam ..."
Aku mulai merasakan bayangan masa lalu dengan perlahan memutar kembali dalam ingatanku.
" Yang kedua saat dikantor polisi, dengan entengnya kamu menarik segala tuntutan atas tindakanku...meski bila kamu tetap menuntutku, keluargaku dengan mudah akan melepaskan ku..."
" Kamu...." aku masih tak begitu yakin dengan apa yang diceritakannya itu.
" Ya akulah Elhan ...yang menabrak kedua orang tuamu hingga tewas.." tatapannya begitu tajam tepat kearah ku.
" Sebentar...seingatku yang menabrak ayah ibuku adalah anak yang baru lulus SMP dan sedang mencoba mobil baru hadiah ulang tahunnya..."
" Benar ...kamu berhasil mengingatnya..."
" Maksudmu...kamu anak kecil kurus duduk dikursi roda dengan perban dikepala dan kaki kirinya yang kulihat di kantor polisi ..?" aku mulai terbelalak tak percaya. Bagaimana anak kecil itu sekarang jadi setinggi ini, dan tubuh kurusnya kini jadi lebih berotot...
" Ya benar...itu aku..tapi saat itu tinggiku 150 cm dan aku sudah balig jadi bukan anak kecil lagi..."dia mengangguk berusaha membuatku percaya.
Kuputar bola mataku mendengar pengakuannya itu.
Sementara aku masih tak menyangka perubahan begitu drastis pada fisiknya itu.
" Huh tetap saja harusnya kamu panggil aku kakak...ternyata kamu dua tahun lebih muda dariku..." aku terkekeh.
" Dan kamu kenapa tak berubah, tetap kecil seperti waktu itu..."senyuman kecil muncul dibibirnya.
"Hhh...memang aku pendek, tapi nggak usah meledekku dong..." ucapku sewot.
" Aku hanya bingung, kenapa kamu tidak dendam padaku saat itu, bahkan saat aku mengakuinya sekarang, ku kira kamu akan marah karena menyebabkan hidupmu menderita.."
" Dari kecil ibu selalu mengajarkan bahwa semua yang terjadi dalam hidupku sudah diatur Yang Maha Kuasa, jadi tak perlu menyalahkan takdir..."
" Justru itu yang membuatku benar-benar tersiksa, bayangan tentang kecelakaan maut itu selalu muncul dalam otakku. Lalu aku berjanji akan menebus semuanya...aku berusaha menyelesaikan studyku secepatnya, agar aku bisa menjadi orang yang selalu disampingmu..."
" Eh...dengar ya El, aku sudah memaafkan mu, jadi lupakan semua. Dan aku lebih tua dua tahun darimu...jadi mending kamu jadi adik angkatku saja, toh kamu bisa membantuku juga kan..he..he.." aku mulai berniat untuk memanfaatkannya.
" Nggak mau!! Kalau hanya adik, suatu saat kamu akan menikah dan pergi dengan suamimu...jadi kamu harus menjadi istriku!!"
Pernyataan itu membuatku tak bisa berkata-kata. Entah apa yang sedang berkecamuk dalam otaknya itu, kenapa dengan mudahnya seorang bocah melamar seorang wanita dewasa seperti ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rusniati Kadir
suka dgn novelx, bhsx bagus,.karakter tokohx lucu dn santuy. pokokx mantap dah. semangat thor,.bakalan jd favorite ini 👍👍😍
2021-12-05
1
Elize kirana🍀💙
wih keren gentleman
2021-07-20
3
Lisa Aulia
woow...mengejutkan...
2021-06-27
2