Jasmin memasuki ruangan Andrian lagi dna menyerahkan kertas ditangannya.
"Kenapa kau lama sekali sih?" ucap Andrian kesal.
"Kami habis menggosipi keburukanmu" sahut Jasmine.
"Siapa yang kau maksud kami?"
"Aku dan mas Aan tentunya, aku kan baru dari sana"
"Ya kau memanggil Aan apa tadi!"
Jasmine yang memang masih berdiri di depan Andrian menatap pemuda itu.
"Mas Aan, mas A an" ucapnya menekan setiap kata.
"Kau memanggilanya mas sedangkan aku hanya kau panggil nama! kami ini seumuran kau tahu" ucap Andrian nyolot.
"Kau tidak pantas di panggil mas, itu membuatku geli mengucapkannya"
"Aku juga tidak mau kau panggil mas, itu juga membuatku geli mendengarnnya"
Jasmine memutar bola matanya kemudian bergerak ke meja kerjanya dan main ponsel karena tidak ada kerjaan lain lagi.
Andrian hanya geleng-geleng kepala melihat gadis itu yang sangat santai main ponselnya.
"Aku lapar beli makanan dong" ucap Jasmine tiba-tiba tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya.
"Apa tidak kabalik? kau asisten kau pula yang menyuruhku" ucap Andrian menatap gadis yang bahkan masih asik dengan ponsel di tangannya.
"Aku itu bekerja untuk makan dan kau bosnya yang harus memberiku makan, kalau kau tidak memberiku makan aku pasti akan menuntutmu atas kasus membiarkan karyawannya kelaparan" ucap Jasmine santai.
"Kau saja yang pergi beli aku yang akan beri uangnya"
Gadis itu langsung mengalihkan tatapannya pada Andrian yang masih melihatnya.
"Benarkah, mana uangnya?" tanya Jasmine semangat dengan tangan yang mengacung meminta uang dan jari yang bergerak memberi kode.
Baru saja Andrian akan mengambil sesuatu dari dompetnya tiba-tiba pintu terbuka sangat keras.
"Mas! ayo makan siang bersamaku" ucap Mini yang masuk.
Jasmine mengusap dadanya kaget begitupun dengan Andrian yang terlihat melakukan hal yang sama dengan wajah kesalnya.
"Ketuk pintu kalau kau mau masuk, kalau begitu nanti pintuku rusak" ucapnya.
"Maaf mas aku terlalu senang karena mau makan siang denganmu, ayo semalam mas sudah janji" ucap Mini merangkul lengan Andrian.
Jasmine tidak perduli dengan apa yang dilakukan kedua orang itu, ia kembali memainkan ponselnya dengan acuh seolah hanya dia yang ada diruangan itu.
"Aku tidak menjanjikan apapun denganmu" ucap Andrian.
"Semalam mas janjinya"
"Tidak pernah, bahkan semalam hampir sore baru kembali kekantor"
Mini yang kesal karena penolakan yang kembali ia terima langsung melepaskan rangkulannya kasar pada lengan Andrian.
"Pasti karena wanita itukan mas menolakku" tunjuk Mini pada Jasmine.
Yang merasa dirinya ditunjuk melihat pada wanita yang menuduhnya tapi dia hanya acuh saja.
Mini berjalan mendekati pintu, tapi berhenti lebih dulu di depan meja Jamine.
"Sudah berulang kali ku bilang padamu jangan suka pada masku bukan dasar penggoda" marah Mini.
"Aduh mbak kan tadi udah ku bilang, jangan buat ribut lagian aku disini cuma kerja bukan mau godain orang" sahut Jasmine santai.
"Kalau bukan godain trus kenapa masku menolakku hah! pasti kau yang sudah pengruhin diakan"
"Kalau itu tanyakan pada diri mbak sendiri, bukan nyalahin orang sembarangan"
Melihat wajah Jasmine yang sangat santai bahkan terkesan tidak perduli, membuat Mini semakin kesal sendiri dan berlalu keluar dari ruangan Andrian.
Sedangkan Andrian sangat takjub pada keberanian gadis itu melawan Mini yang memiliki tempramen tinggi.
Prok
Prok
Prok
Andrian tepuk tangan mengagumi kesantaian Jasmine.
"Hebat, hebat sekali kau mampu membuatnya kesal" puji Andrian tersenyum mengembang.
Jasmine melihatnya sekilas.
"Siapa suruh dia marah-marah padaku cuma karena kau, tidak berwibawa sama sekali tidak patut di jadikan rebutan" ucap Jasmine.
Senyum yang tadi mengembang dari Andrian seketika pudar dari wajahnya mendengar ucapan gadis itu yang begitu menusuk dan apa adanya.
"Ck aku ini pujaan para wanita kau tahu! mereka semua akan jatuh hanya melihatku" bangganya.
"Ya jatuh karena terlalu kesal melihat wajah menyebalkanmu itu"
"Ck, sudah lah ayo kita keluar cari makan siang"
Jasmine menatap tidak percaya pada pemud itu. Bukankah dia baru saja menolak Mini, lah ini apa.
"Kau ini gila atau bodoh sih! tadi kau baru saja menolaknya, sekarang malah mengajakku makan siang"
"Kau ini sebenarnya takut atau tidak sih pada Mini! tadi kau menantangnya sekarang kau takut padanya"
"Bukan takut tapi malas ribut cuma untuk pria sepertimu apa lagi kau sudah menolaknya"
Andrian nampak berpikir sejenak, lalu mengambil jasnya yang tersangkut di kursi kerja.
"Ayo" ajaknya.
"Kau.."
"Sudah cepat dia bagianku"
Akhirnya Jasmine mengalah dan ikut berjalan keluar mengikuti Andrian dari belakangnya.
Benar saja jika mereka bertemu dengan Mini yang baru dari arah kantin kantor mendekati mereka dengan wajah marahnya.
"Mas menipuku, kenapa mas lebih memilih makan siang dengannya sih" ucapnya cemberut.
"Siapa yang mau makan siang? aku mau menghadiri rapat dadakan diluar" sahut Andrian.
"Kok dia ikut sih mas!" tunjuknya pada Jasmine yang menenteng jas Andrian.
"Diakan asistenku tentu ikut kemana aku pergi, sudahlah kami sudah terlambat ayo Jasmine"
Kedua orang itu pergi meninggalkan Mini yang menatap kesal sekaligus marah pada Jasmine yang mengikuti Andrian di belakangnya.
Sampai dimobil Jasmine membuka pintu belakang tapi dicegah oleh Andrian.
"Kau! duduk di depan aku bukan supirmu" ucap Andrian melarang.
"Siapa suruh kau jadi supir, kan ada paman Minto"
"Minto tidak masuk, cepat naik di depan" ucap Andrian.
Jasmine tidak jadi membuka pintu belakang dan beralih membuka pintu depan dan duduk di samping Andrian.
Mobil melaju membelah jalanan kota yang tidak terlalu ramai. Hingga tibalah mereka di sebuah rumah makan sederhana.
Jasmine mengira mereka akan makan di restoran mewah tapi ternyata sama seperti semalam. Mereka hanya mendatangi rumah makan sederhana saja.
Saat masuk seorang wanita paruh baya sudah menghampiri keduanya dengan senangnya.
"Kau datang juga akhirnya And..."
"Eh siapa ini? istrimu! kenapa tidak bilang kalau kau sudah menikah, astaga kau cantik sekali sayang" ucapnya semangat.
Jasmine menggelengkan kepalanya mendengar ucapan wanita paruh baya itu. Semalam pacar sekarang istri besok apa lagi batinya.
"Maaf ibu saya bukan istrinya" ucap Jasmine pelan.
"Eh bagaimana mungkin bukan istri? dia baru kali ini membawa gadis ke sini" ucap wanita itu.
"Dia itu asistenku bibi" sahut Andrian.
"Kenapa gadis cantik ini hanya kau jadikan asisten? harusnya langsung jadi istri saja, nanti kalau dia melamarmu kau harus menerimanya ya" celoteh wanita itu tanpa henti.
"Sudahlah bibi, Jasmine itu kepala batu, buatkan kami makanan saja" ucap Andrian.
"Kau pesan apa? biasanyakan!"
"Iya dua"
Wanita itu pergi menuju dapur.
Jasmine menatap Andrian setelah wanita itu pergi.
"Keluargamu!"
"Bukan, dulu waktu sekolah aku sering makan disini bahkan sampai mengutang kerena makanan disini enak"
"Cih kau memang menyebalkan, bibi itu sudah tua malah kau hutangi makanannya trus dia mau jualan bagaimana lagi kalau kau terus berhutang" ucap Jasmine.
"Itukan dulu ngutangnya sekarang sudah ku bayar semuanya"
Jasmine hanya mengacuhkan ucapan Andrian yang menurutnya tidak penting dan memilih mengamati setiap sudut rumah makan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
solehatin binti rail
bagus ceritanya ....nyantai baget gak ngebosennim
2025-01-26
0
Amira Neha
lucu juga dua orang ini . atasan ma asisten 😀👍
2021-06-20
2
Indah Putri
Nnkk
2021-06-19
1