Jasmine tidak memperdulikan ancaman ataupun tatapan tidak suka dari wanita yang tidak ia tahu namanya itu.
Bahkan dia bekerja sebagai apa di perusahaan ini juga dia tidak tahu. Yang Jasmine tahu wanita itu menyukai Direkturnya.
"Siapa itu tadi? pacarmu!" tanya Jasmine saat keduanya sudah dalam mobil di kursi belakang.
"Bukan, namanya Mini dia sekretaris ku" jawab Andrian.
Pemuda itu melihat gadis di sampingnya yang diam melihat keluar jendela.
"Kenapa? cemburu ya!" lanjutnya.
"Siap juga yang cemburu sama mak erot kaya gitu, cantik sih cantik tapi mukanya ngajak ribut" ucap Jasmine.
"Berani sama dia memangnya"
"Beranilah"
Andrian menatap Jasmine dari atas kebawah lagi menilai.
"Yakin badan cungkring gini bisa ngelawan Mini yang montok itu" ejek Andrian.
Tangan Jasmine otomatis memukuk lengan Andrian karena tidak terima dibilang cungkring.
"Heh denger ya aku ini bukan cungkring tapi langsing dan seksi, gitu aja nggak tahu"
"Langsing dari mananya tipis gitu kaya triplek" ucap Andrian mengelus lengannya yang sakit akibat pukulan gadis disampingnya.
"Tukang triplek ya maka nya tahu ukuran triplek sebesar apa! salah baju nih kayaknya, kalau tukang triplek bajunya nggak gini"
"Aku ini Direktur bukan tukang triplek tahu!" ucap Andrian penuh penekanan tidak mau dibilang tukang triplek.
"Yah Direktur triplek ha ha ha"
Tawa Jasmine pecah didalam mobil yang di ikuti supir yang didepan mereka juga.
"To cari sarapan dulu" ucap Andrian mengalihkan pembahasan.
Jasmine menatap heran pada Direkturnya yang aneh ini.
"Tadi katanya udah telat, kok mau cari sarapan lagi sih!" ucapnya.
"Laper, bilang gitu supaya Suli nggak ribut
"Bukannya dia itu cewek montok ya! kok nggak mau sih jalan sama cewek montok kan banyak suka tuh" ucap Jasmine menatap Andrian dengan alis yang dinaik turunkan menggoda.
"Bukan tipe ku" ketus Andrian
"Masa sih jadi maunya yang kaya triplek ya!"
"Nggak lah, kalau kayak triplek apa yang bisa di pegang rata semua kaya kau itu"
"Cih meskipun rata tapi banyak yang suka padaku"
"Ya suka untuk dipasang di atas langit-langit rumah" kata Andrian tersenyum penuh kemenangan atas perdebatan mereka.
Jasmine yang sudah kesal memilih diam saja melihat jalan.
Mobil berhenti di salah satu tempat makan yang terlihat sederhana di pinggir jalan. Jasmine menatap tempat itu lalu melihat seklilingnya.
Tidak ada restoran disana selain tempat makan pinggir jalan yang berjajar rapi disana.
"Ayo keluar, kau nggak mau makan!"
Jasmine keluar dari mobil dna melihat sekelilingnya lagi untuk lebih jelas. Hasilnya tetap sama seperti apa yang dilihatnya dari dalam mobil tadi.
"Nggak pernah makan dipinggir jalan ya makanya nggak mau makan" ucap Andrian saat mereka sudha duduk di salah satu tempat makan.
"Kalau makan di pinggir jalan mah sering, cuma heran aja liat orang kaya makan di tempat kaya gini" sahut Jasmine.
"Bagiku nggak masalah makan dimana asal tempatnya bersih makanannya enak"
"Emangnya di sini enak makanannya?"
"Sangat enak malah nona, sampai tuan sering nambah kalau makan disini" ucap supir yang ikut duduk dengan mereka.
"Minto!" ucap Andrian melirik supirnya yang ember itu.
"Maaf tuan" ucapnya menyengir.
"Pesen sana yang biasa aja" ucap Andrian.
"Iya tuan, nona mau makan apa?" tawar Minto.
"Samakan aja pak nggak tahu juga menunya apa" sahut Jasmine.
Jasmin mengambil ponselnya dan mulai memainkannya.
Andrian yang terabaikan karena tidak suka bermain ponsel kalau tidak untuk pekerjaan, langsung angkat suara.
"Simpan ponselmu bahaya main ponsel di tempat begini" ucapnya.
"Bahayanya?" sahut Jasmine tanpa melihat atau melirik apa lagi menghentikan kegiatannya.
"Kalau tiba-tiba ada pencopet gimana atau orang yang mau rampok kau karena main ponsel disini"
Jasmine menyimpan ponselnya lalu menatap Andrian yang memasang wajah seriusnya.
"Kalaupun ada rampok atau copet paling yang lebih dulu kena itu kau lebih meyakinkan" ucap Jasmine tak kalah serius.
"Kau juga meyakinkan untuk dirampok, kan cungkring jadi gampang rampasanya"
"Di nilai dari penampilan tetap kau yang lebih unggul, kalau aku mah apa atuh baju juga beli di pasar tanah abang"
"Kalau aku kecopetan yang gaji kau siapa? mau nggak digaji!"
"Kalau nggak ada gajinya mah gampang tinggal ambil apa yang kira-kira mahal di kantor trus jual lumayanlah untuk ganti ongkos"
"Kau mau disangka pencuri ya!"
"Kalau kau nggak gaji apa boleh buat bahkan perusahaanmu bisa ku gadaikan untuk gaji semua karyawan"
Mata Andrian melotot mendengar ucapan gadis di depannya yang begitu santai tanpa beban. Memangnya dia bisa segampang itu jual perusahaannya.
"Kenapa diam?" lirik Jasmine tersenyum menang, seolah mengatakan satu sama.
"Lagi mikir aja sih" ucap Andrian seolah sedang berpikir.
"Mikir apa?" penasaran Jasmine.
"Ternyata azab itu memang nyata ya!"
"Maksudmu?"
"Cewe matre yang suka jual punya orang lain badannya kaya triplek akibat diazab"
Tawa Andrian langsung pecah saat itu juga apa lagi wajah Jasmine yang marah membuatnya terlihat lucu.
Baru saja gadis itu akan marah, Minto sudah datang membawa pesanan mereka.
"Ini tuan, nona pesanannya" ucapnya meletakkan makan diatas meja yang berupa nasi merah dan bebek goreng sambal matah.
Di belakangnya ada pula wanita paruh baya yang membawa minuman mereka.
"Silahkan dinikmati tuan, nona" ucapnya.
"Terimakasih mbak" ucap Andrian dan Jasmine bersamaan.
"Owalah mas Andrian bawa pacarnya, ya ampun cantiknya mbak e" ucap wanita itu senang.
"Eh maaf mbak saya bukan pacarnya" ucap Jasmine.
"Loh bukan pacar to! kok bisa, sayang loh mas kalau berlian cantik kaya gini dianggurin nanti diambil orang" ucapnya.
"Udah sana mbak tuh ada pelanggan datang" usir Andrian yang tahu jika ucapan wanita itu akan panjang kalau dia tidka pergi.
Setelah kepergian wanita tadi yang bertepatan dipanggil suaminya juga, Jasmine mulai bertanya.
"Kau kenal sama mbaknya?"
"Nggak, karena sering datang aja jadi kenal nama sebagai pelanggan yang paling tampan, jadi harus dikenalnya"
"Narsis adalh penyakit mematikan yang bisa membunuh dalam hitungan detik" ucap Jasmine mulai makan.
"Apa maks.."
"Wah ini enak pak Minto, lain kali aku mau keaini lagi deh" ucap Jasmine menghentikan ucapan Andrian.
"He he he jangan panggil pak non, panggil paman aja supaya nggak terlalu tua juga, kalau mau kesini lagi tempat ini bukanya 24 jam tapi gantian-gantian pedagangnya, mulai jam 6 sore nanti udah ganti yang bagian sana" ucap Minto menunjuk seberang jalan.
"Apa disana juga ada yang seenak ini paman"
"Kurang tahu paman non cuma tahu yang ini aja karena kesukaan tuan"
Jasmine diam melanjutkan makannya, tapi wajahnya menampakkan ketidak puasan karena tempat yang disukainya ini cuma buka sampai sore.
Jam pulang kerjanya saja entah jam berapa, Direkturnya itu tidak mengatakan apapun tentang jam pulangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
solehatin binti rail
lanjut ....kayak nya seru
2025-01-26
0
Bunda
semakin menarik
2022-08-04
0
Ummu Viansyah
seru thor
2021-02-16
0