Chapter 4 [Revisi]

Thanks Readers❤️

...........

"Oh, teman Alesia ya?" Arnold menyela percakapan Alesia dan Thomas.

"Iya om, om ayahnya kan? Nama saya Thomas Tampson. Saya datang ke sini untuk menjemput putri anda." Thomas menyalami tangan Arnold dan ia ayunkan dengan tempo yang cepat.

"Ahhahaaha, iya. Al kau ada janji dengannya?" Arnold bertanya pada putri sulungnya.

"Tidak ayah! Dia yang datang kemari tanpa bilang padaku." Alesia menyangkal.

"Sayang, kamu berangkat dengan dia ya, kasihan dia sudah datang kemari dengan niat baik." Maria ikut berbicara.

"Ibu! Aku tidak mau." Alesia erasa enggan dengan ajakan Thomas.

"Ayolah Al, ku. Ku mohon. Kau bisa duduk di belakang sepedaku." Thomas memohon pada Alesia.

"Tidak akan!" Alesia menghentakkan kakinya kemudian masuk ke rumah, mengambil tas dan mengenakan sepatu.

"Hah, anak itu selalu saja. Maaf ya dia memang begitu." Arnold meminta maaf atas sikap anaknya.

"Tak apa om. Dia sudah biasa begitu." Thomas memaklumi.

"Ayo yah berangkat!" Alesia keluar dari rumah.

"Kau benar-benar tak ingin berangkat dengannya Al?" Maria memastikan.

"Iya!" Alesia yakin.

"Tunggu kak! Aku sedang mengenakan sepatu. Ibu cepat, aku tak ingin di tinggal." Ronald sedang di pakaikan sepatu oleh ibunya.

"Baiklah sudah selesai." Maria berkata.

"Oke ayo berangkat!" Alesia berjalan menuju mobil.

"Al! Apa kau benar-benar tak ingin berangkat denganku?"Thomas berharap.

"Tidak!" Alesia yakin.

"Ah, maaf ya nak, sepertinya Al tak ingin berangkat denganmu." Arnold meminta maaf.

"Em, tak apa. Besok aku akan kembali. Kalau begitu selamat pagi dan sampai jumpa. Permisi." Thomas pergi mengendarai sepedanya.

"Dia bilang akan datang besok. Wah anak ini pantang menyerah ya." Arnold masih melihat Thomas menaiki sepedanya.

Hendak mengayuh, tapi kakinya salah menapak, ahirnya Thomas jatuh dengan sepedanya.

"Kau tak papa Thomas?" Arnold bertanya.

"Hum aku baik. Tapi temanku rusak." kata Thomas menunjuk pada sepedanya yang rantainya putus.

"Ah, bagaimana kalau sepedamu di tutipkan di sini?" Maria memberi usulan.

"Baiklah. Terima kasih tante." Thomas membungkuk sembilan puluh derajat untuk mengucapkan tetima kasih.

"Iya sama-sama." Maria tersenyum seperti biasa.

"Dan sekarang ayo berangkat. Kau juga Thomas ayo, nanti sepulang sekolah kau ambil sepedamu." Kini Arnold dan anak-anak memasuki mobil hendak berangkat.

Begitulah kejadian pagi ini. Tak hanya sekali besoknya Thomas datang lagi, besoknya lagi, besoknya lagi, dan besoknya lagi dengan alasan yang sama yaitu menjemput Alesia.

Sudah empat bulan sejak kejadian itu. Sekarang usia kandungan Maria sudah depalan bulan. Perutnya sudah terlihat besar. Rasa senang dan bahagia menunggu kelahiran bayi kecil di rasakan oleh keluarga Alexander.

"Ibu, apakah adikku perempuan atau laki-laki?" Ronald sangat berantusias karena akan memiliki adik.

"Rahasia sayang, nanti jika sudah lahir semuanya akan tahu." Maria menjawab.

"Ahh ibu, aku ingin tahu sekarang!" Ronald memaksa.

"Biar jadi kejutan. Lebih baik Ronald mandi, ini sudah sore." Maria mengelus kepala anaknya.

"Ahh, baiklah Ronald akan mandi." Ronald berlarian hendak kekamar mandi.

"Al, tolong adikmu ia akan mandi." Maria meminta pada Alesia.

"Dia sudah besar pasti bisa mandi sendiri." Alesia hendak menolak.

"Al, nanti jika ia tak sengaja memakai sabunmu loh." Maria berkata.

"Ah, baiklah." Alesia kini pasrah dan mengikuti adiknya ke kamar mandi.

"Aku pulang." Arnold masuk dari pintu depan.

"Ah, selamat datang sayang." Maria yang duduk di sofa menoleh pada suaminya.

"Lihatlah istriku, sebentar lagi anakku akan bedtambah." Arnold menciumi perut sang istri.

"Emm, rumah pasti bertambah ramai. Dan mungkin dia juga akan memiliki Kekuat..." perkataam Maria terpotong.

"shhht, sayang tak perlu di bahas. Kita ada di bumi. Bukan di Rodeus. Ini alam semesta bukan dunia fantasy." Arnold menghentikan perkataan istrinya.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja?" Maria merasa gelisah

"Emm semua akan baik baik saja." Arnold kini mencium kening sang istri dengan sayang.

"Ibu Ronald sudah selesai mandi." Ronald berlarian ke arah ibunya tanpa berpakaian atau mengenakan handuk.

"Hei Ronald! Keringkan badanmu dulu. Lalu bepakaianlah. Tak sopan! Lari bertelanjang ke arah ibu." Alesia datang membawa handuk.

"Aahahahaha, berpakaianlah dulu nak. Lalu baru kemari." Arnold tertawa akan perilaku anaknya.

"Siap! Ayo kakak." Ronald berlari ke arah kakaknya.

Alesia kini mengeringkan badan adiknya. Kemudian menuntun adiknya ke kamar, hendak berpakaian. Ronald kini mengenakan celana putih panjang dan sweter hijau tua.

"Ayah, ibu aku sudah selesai. Eh dimana mereka."

"Ayah mungkin mandi. Ibu mungkin di kamar."

"Emm."

"Sayang ibu ada di ruang tengah." Maria berteriak dari ruang tengah.

"Ah, itu ibu. Ibu!" Ronald berlari menuju suara ibunya.

"Hari ini Ronald manja sekali." Alesia melihat tingkah adiknya sedikit lebih manja.

"Ibu!" Ronald kini duduk di samping ibunya, memeluk sayang.

"Kenana anak ibu bermanja ria sekali?"

"Tidak, Ronald hanya ingin bersama ibu."

"Kau takut kalau adik lahir tak bisa bermanja pada ibu kan." kini alesia berdiri di belakang mereka.

"Tidak, aku hanya ingin bersama ibu." Ronald mencoba mengelak.

"Sayang, ibu akan selalu sayang pada semua anaknya. Jadi jangan khawatir kalau kau ibu tak perhatian lagi padamu."

"Emm, Ronald tak akan khawatir." kini Ronald mengangguk paham.

"Ibu ayo nonton film."

"Film apa?"

"Dulu kan Ronald beli yang ada pahlawanya itu. Sekarang Ronald mau nonton."

"Ahh, baiklah. Al tolong putarkan film untuk adikmu."

"Baiklah. Kau ingin nonton yang mana. Cepat pilih!" Alesia berjalan menuju televisi.

"Ah, yang ini." Ronald menunjuk salah satu kaset.

"Em, duduk di sana. Jangan ribut." Alesia menyuruh adiknya duduk.

"Oke! Hehe."

"Sudah dimulai. Duduk dengan tenang!" Alesia sedikit mundur dari televisi, kemudian duduk di samping ibunya.

" Ah, ada apa ini?" Arnold selesai membersihkan diri, kemudian datang ke ruang tengah.

"Kami akan menonton film. Hehe film film film." Ronald terlihat paling bersemangat.

"Apa ayah boleh bergabung?" Arnold berjalan ke arah keluarganya hendak ikut menonton film.

"Emm, sini sini." Ronald menepuk sofa di sampingnya.

"Ayo filmnya hampir mulai." Maria berkata.

"Emm, baiklah." Arnold duduk di smping Ronald menikmati film bergenre action comedi.

Akhir-akhir ini keluarga Alexander sering berkumpul bersama. Bahkan tak jarang Arnold cuti bekerja. Hal ini demi sang istri yang hamil tua.

Sudah seminggu Maria merasakan nyeri pada punggungnya, terkadang ia mual dan muntah. Suasana hatinya juga berubah-ubah. Mungkin ini adalah gejala melahirkan.

Sekarang Maria bahkan berada di rumah sakit. Di karenakan pendarahan, ia di larikan kerumah sakit. Keadaanya kini mulai membaik. Sekarang Maria berada di kamar pasien. Dokter bilang lima lagi mungkin Alexander kecil ini di lahirkan di dunia.

Dokter menyarankan agar Maria menginap di rumah sakit. Arnold dan Alesia setuju dengan saran dokter. Ahirnya Maria menginap di rumah sakit. Dokter meminta kepada keluarga untuk membuat Maria sehat secara fisik maupun mental.

Beberapa hari telah berlalu, kini semua orang sibuk untuk persiapan persalinan Maria. Arnold menyiapkan biaya dan dirinya untuk istrinya. Sedangkan Alesia dan Ronald mempersiapkan diri untuk menjadi kakak yang baik bagi adiknya itu.

Hari Sabtu, jam tujuh lewat dua puluh enam malam. Maria mengeluarkan gejala seperti akan melahirkan. Sebenarnya ia sudah merasakan ini dari tadi siang. Maria kemudian di bawa ke ruang persalinan. Sedangkan Arnold tak terlihat menemani istrinya.

Maria sudah tak kuasa. Kini persalinan di mulai, tanpa adanya sosok suami. Persalinan berlangsung lebih cepat dari dua persalinan sebelumnya. Mungkin karena sudah pengalaman.

Semua bahagia. Walaupun awalnya panik. Kemana sosok ayah dari keluarga Alexander itu. Sedari tadi Alesia mencoba mencari ayahnya. Bahkan ia menelpon ayahnya berulang kali. Tapi nihil ayahnya tak di temukan.

Kini keluarga Alexander dalam paska kebahagiaan yang di liputi kebingungan. Walaupun kedatangan anggota baru, tetapi keluarga ini mendapati salah satu anggotanya menghilang. Bagaikan susu yang di taburi garam. Rasanya mengerikan.

"Kemana dia, istrinya melahirkan malah menghilang." Alesia emosi bercampur panik.

"Kak, bukannya ayah tadi ke toilet?" Ronald bertanya.

"Iya, dia bilang begitu. Tapi setelah ku cari tak ada." Alesia bingung.

"Em, kak apa kau tahu alasan ayah menghilang?" Ronald bertanya pada kakaknya.

"Kita pikirkan nanti. Sekarang kita lihat ibu." Alesia mengajak adiknya untuk menjenguk ibunya.

" Emm." Ronald mengikuti kakaknya ke kamar ibunya.

Mereka kini masuk ke kamar ibunya. Terlihat Maria masih merebahkan dirinya.

"Ibu, kau baik?" Alesia memulai pembicaraan

"Emm, ibu baik anak-anak." Maria menjawab.

"Mana adiknya?" Ronald bertanya.

"Sedang dimandikan, sayang. Dan kau tak tidur ini sudah malam. Sini tidur di samping ibu." Maria mengajak anaknya tidur bersama.

"Emm, Ronald ingin tidur di samping ibu. Kakak angkat Ronald" Ronald mengangkat tangannya ingin di angkat kakaknya ke samping ibunya.

"Apa tak akan menganggu?" Alesia ragu.

"Tidak Al, ibu tak apa." Maria meyakinkan.

"Baiklah." Alesia mengangkat adiknya, lalu di tidurkan di samping ibunya.

"Kamu juga tidurlah." Maria meminta anak sulungnya untuk tidur.

"Emm."

Kini keluarga Alexander terlelap di satu ruangan. Melewati malam yang panjang. Tanpa sosok kepala keluarga. Malam kini terasa panjang, berbalut misteri dan kejanggalan.

Hari berganti, pagi yang cerah tanpa memdung. Udara lembab, dan embun menetes dari daun. Alesia terbangun dari tidurnya, sedangkan adik dan ibunya masih terlelap.

Ia mengusap matanya, matanya beberapa kali berkedip. Alesia bangun dari sofa beranjak keluar dari kamar. Ia menuju toilet, hendak mencuci muka. Setelah merasa sedikit segar, Alesia menuju kamar bayi, hendak melihat adiknya.

Dan di tempat lain, Ronald dan Maria terbangun. Mereka sadar akan Alesia yang tak ada di penglihatan mereka.

"Bu, kemana kakak?" Ronald mengusap mata, efek bangun tidur.

"Em, mungkin dia keluar sebentar." Maria mencoba menebak.

"Lalu, ayah? Apakah ayah pergi ke luar kota?" Ronald bertanya.

Bersambung....

Makasihhh para readerss❤️❤️

Terpopuler

Comments

Neko

Neko

Bingung mau komen apa

2021-02-14

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!