Chapter 3

Hey hey hey, terimakasih atas dukungan para Readers buat author yahh❤️

.............

"Apa maksudmu?" Maria sedikit bingung.

"Maksudku tentang Ronald yang berbicara dengan tumbuhan." Alesia mengungkapkan semua.

"Kau memang pintar Alesia." belum sempat Maria membalas, Arnold sudah mengangkat suara, ia berdiri di muka pintu.

"Jadi benarkan?" Alesia menghentikan kegiatannya mencuci piring.

"Baiklah, sepertinya itu benar." Arnold melipat tangannya di dada dan menyender pada kusen pintu.

"Alasannya?" Alesia bertanya.

"Ayah tak tahu." kini ayah dan putrinya saling bertatapan.

"Mungkin itu hanya imajinasi anak- anak." kini Maria menengahi.

"Ibu, Bagaimana mungkin imajinasi anak-anak seperti ini? Dia berbicara dengan pohon di samping rumah setiap hari, bahkan tak pernah ku lihat ia bermain dengan teman-temannya. Lagi pula ini sudah terjadi sangat lama. " Alesia beragumen.

"Hah, anakku satu ini tak bisa di bohongi." Arnold menghela napas panjang.

"Sayang!" Maria berisyarat untuk Arnold tetap bungkam.

"Sudahlah sayang, Alesia adalah putri kita yang pandai. Ia tak bisa di bohongi." Arnold hendak pasrah.

"Jadi?" Alesia masih menagih penjelasan.

"Alasannya adalah karena kekuatan Fantasi." Arnold mulai menjelaskan.

"Baik, lanjutkan!" Alesia tak bingung, ataupun kaget. Ia masih meminta kelanjutan atas penjelasan ayahnya.

"Kekuatan ini berasal dari dunia Fantasi. Tempat dimana ayah dan ibumu di lahirkan."

"Sa-sayang."

"Ibu! Aku masih ingin mendengarnya."

"Dulu ayah dan ibu hidup dengan bahagia di kerajaan Pillar Immortal. Tapi saat kedatangan pasukan imperialist, kerajaan yang ayah huni hancur dan ayah kabur ke dunia ini."

"Jadi? Apakah semua orang di dunia itu punya kekuatan aneh ini? Lalu apa alasan pasukan imperalist itu?" Alesia kembali menginterogasi.

"Benar, mereka semua punya kekuatan Fantasi. Dan alasan pasukan imperalist untuk merebut kekuatan Fantasi."

"Lalu, apa peran ayah di dunia itu?"

"Ayah penduduk biasa begitu pula ibu."

"Haha, jadi dari tadi aku mendengar cerita dari salah satu buku milik Ronald? Ayah kau tak jujur. Walaupun aku bukan wanita dewasa tapi otakku lebih hebat dari ibuku sendiri. Bukannya aku durhaka tetapi aku bahkan tak tahu asal usul orang tuaku. Bukankah itu akan menjadi kisah novel yang bagus jika di terbitkan?"

"Kenapa kau pikir ayah berbohong?"

"Pertama, jika memang semua orang di kerajaan apalah itu punya kekuatan bukankah seharusnya mereka menyerang balik? Kedua jika mereka hendak merebut kekuatan bagaimana caranya? Ayah masih belum menjelaskan. Ketiga Apa kekuatan ayah dan ibu?. Ayah aku tahu kebiasaan mu, jika kau berbohong kau tak kan menjelaskan semuanya."

"Hah! Baiklah ayah jawab, pertama mereka membuat perjanjian dengan Dewa Roh, setahu ayah mereka adalah leluhur mereka, jadi mereka punya kekuatan sementara untuk melawan kerajaan ayah. Yang kedua Dewa Roh yang memberi tahu mereka ayah tak tahu. Yang jelas mereka selalu menjunjung Dewa Roh itu. Dan yang ketiga kekuatan Ayah adalah membuka portal dimensi dan ibumu melihat roh. Apa kau puas."

"Kerajaan itu milik ayah? Ayah bilang mereka punya kekuatan sementara untuk melawan kerajaan ayah. Jadi ayah berbohong kan."

"Ck, kenapa kau pintar sekali?"

"Hmm, sekarang aku paham. Ayah seorang raja?"

"Ayah hanya anak dari raja."

"Hmm, aku sudah mengantuk dan sekarang ingin tidur. Dan terima kasih telah menjelaskan." Alesia meninggalkan Orang tuanya di dapur.

"Sa-sayang?"

"Tenanglah Maria. Ayo kita istirahat!"

"Emm"

Arnold beranjak pergi dari dapur. Menuntun istrinya yang masih syok. Sedangkan Alesia berada di kamar dengan pemikirannya.

"Ayah anak raja? Ia tak bilang ia pangeran? Apa ayah anak yang tak di harapkan? Tapi kenapa dia bilang kerajaan itu miliknya? Dan ceritanya itu sedikit tidak masuk akal. Seperti kejadian Ronald berbicara dengan pohon. Kemungkinan lainnya Ronald gila. Tapi jika di lihat dari kesehariannya ia normal. Hah, sudahlah lebih baik aku tidur."

Hari berganti, burung-burung bercicit di atas dahan pohon. Embun-embun masih menempel pada daun dan sinar matahari tampak semburat melewati fentilasi di rumah keluarga Alexander.

Maria sedang sibuk dengan masakan, sedangkan suaminya sedang mandi. Anak-anaknya masih terlelap dalam mimpi.

"Hmm, wanginya masakan istriku." Arnold datang dari arah kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggang.

"Kamu berpakaian dulu sana! Terus bangunin anak-anak." Maria mengomando suaminya.

"Emm." Arnold mengangguk kemudian pergi dari dapur.

Selesai berpakaian Arnold membangunkan kedua anaknya. Menuju kamar Alesia dan mengetuk pintu kamarnya. Lalu Alesia keluar kamar dengan kondisi sudah rapi berseragam. Kemudian Arnold menuju kamar Ronald, membuka pintu dengan gantungan nama Ronald di depan pintu. Ronald masih terlelap dengan mimpinya. Arnold melihat gemas akan anaknya yang tertidur.

"Ronald, Ronald ayo bangun, kamu harus sekolah hari ini."

"Hoamm, emmmm ayah? Hah aaa." Ronald membuka mata, masih mengumpulkan kesadaran.

"Ayo bangun! Mandi lalu sarapan." Arnold mengangkat anaknya dari kasur dan menggendongnya di depan.

"Emm, hoamm." Ronald kembali menguap.

"Masih mengantuk?" Arnold bertanya pada anaknya.

"Em." Ronald mengangguk.

"Nah, Jika mandi pasti ngantuknya hilang. Ayo!"

Mereka menuju kamar mandi. Arnold memandikan anaknya dengan air hangat. Sedangkan di dapur Maria dan Alesia tak ada percakapan. Maria hanya sibuk memasak dan Alesia duduk di kursi memandangi meja makan yang masih kosong.

Ronald selesai mandi. Arnold melilitkan handuk di tubuh Ronald. Arnold menggendong anaknya ke kamar hendak memakaikan pakaian pada anaknya itu. Rapi mengenakan seragam Ronald keluar dari kamar dengan segarnya. Kantuk itu menghilang. Ronald sedikit berlari kedapur.

"Selamat pagi semuanya!" Ronald ceria seperti biasa.

"Selamat pagi!" semua menjawab.

"Hari ini makan apa?" Ronald terlihat bersemangat duduk di atas kursi kemudian bertanya.

"Nasi goreng sayang." Maria menjawab dan membawa nasi goreng ke meja makan.

"Emm, wah enak." Ronald mencomot nasi goreng.

"Sayang! Jangan begitu makan di piring ah."

"Maaf bu, nasi gorengnya kelihatan enak, jadi Ronald mau cicipi." Ronald beralasan.

" Baik, ayo sarapan. Setelah itu kita berangkat sekolah!" kata Arnold.

Mereka saparan bersama, saat sarapan hampir selesai ada seseorang yang mengetuk pintu. Ronald berinisiatif untuk membukakan pintu di ikuti kakaknya. Dengan susah payah Ronald membuka pintu karena faktor tinggi, karena kasihan Alesia membantu adiknya. Lelaki tinggi dengan mata yang cantik berkilauan terlihat di depan pintu. Kulitnya putih dan bersih. Terlihat ramah, kalian ingat Thomas Tampson. Itulah dia.

"Pagi Al!" Thomas tersenyum ramah.

"Ha?... Haaahh? A-apa yang kau lakukan di sini?" Alesia kaget, pasalnya teman sebangkunya datang ke rumahnya di pagi hari.

"Untuk menjemputmu Al." Thomas tetap tersenyum.

"Tak perlu Oke, dan lagi kau tahu dari mana alamat rumahku? Bertanya pada Pak Sam?"

"Seratus untuk Al, hehe." Thomas bertepuk tangan.

"Ya tuhan. Kenapa orang aneh ini bisa berada di sekitarku? Kau pergi saja, aku berangkat dengan ayahku." Alesia mengusir Thomas.

Bersambung......

Terpopuler

Comments

Neko

Neko

Haha, kasihan Thomas

2021-02-11

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!