@Kediaman Sharman
Suasana malam di meja makan keluarga Sharman seperti biasanya selalu sepi karena jarang sekali ada perbincangan.
Meja makan saat ini sudah dipenuhi oleh berbagai macam makanan yang telah tersaji di sana.
Begitu juga orang-orangnya. Dimeja makan sudah ada Dena dan Daniel di sana seperti biasa juga mereka saling diam, tetapi sesekali Daniel melihat kakaknya yang hanya diam saja di meja makan tanpa menyendok kan makanan kedalam mulutnya.
"Hai anak-anak Papa yang tampan dan juga Cantik selamat malam" ucap Marco yang baru saja datang dengan menggandeng tangan istrinya.
Dia segera menarik kan kursi untuk Soraya didekatnya. Dena serta Daniel hanya memperhatikan itu semua dengan malas. Mereka berdua sama-sama menggenggam erat tangan mereka di atas meja melihat betapa romantis Papa mereka dengan istrinya saat ini.
"Kok kalian berdua diam saja sih, nggak mau balas salam Papa" protes Marco karena ia sadar bahwa salamnya tadi tidak dibalas oleh kedua anaknya.
"Selamat malam juga" sahut Daniel serta Dena ogah-ogahan.
"Bagus, kalau Papanya salam harus dijawab. Anak tahu diri memang harus seperti itu. Masa kalah sama Rayhan" sinis Soraya sambil mengambil nasi untuk suaminya.
Dua orang kembar itu langsung menatap kearah Soraya dengan tajam.
"Terimakasih honey," ucap Marco pada istrinya yang telah mengambilkannya nasi.
"Oh iya, Dena nanti kamu temui Papa di ruang kerja" tambah Marco sambil melihat kearah putrinya yang makan dalam diam.
"Untuk apa Papa menyuruh Dena untuk menemui mu?" tanya Daniel mewakili Dena yang hanya menatap Papanya penuh tanya.
"Kamu tidak perlu tahu, ini bukan urusanmu tetapi urusan Papa dengan kakakmu" sahut Marco.
Daniel langsung diam dan kembali makan tetapi sesekali pandangannya melihat papanya curiga.
Makan malam itu kini berjalan hening dentingan sendok yang terdengar.
………………
Di ruang kerjanya saat ini Marco sedang menunggu Dena yang belum datang juga sebenarnya kemana putrinya itu.
Saat sedang menunggu Dena masuk kedalam ruangan dengan wajah datar seperti biasa.
"Kamu datang juga akhirnya?Duduk dulu" Marco tampak senang melihat kedatangan anaknya.
Dena duduk di sofa yang memang tersedia di ruang kerja Papanya saat ini.
"Ada perlu apa menyuruhku kemari?" ucap Dena langsung kepada intinya.
"Santai dulu dong, putri kesayanganku." lembut Marco sambil berdiri didekat Dena yang sudah duduk mengusap lembut kepala sang Putri.
Dena melihat kearah Papanya dengan sorot mata dingin seperti tidak suka diperlakukan seperti itu.
"Aku semakin yakin, kalau kalian berdua memang anakku. Dari sikap kalian yang sama persis seperti diriku yang tidak sabaran" lanjut Marco sambil terus mengusap rambut putrinya dan tersenyum.
"Tidak usah berbasa-basi, bilang saja ke intinya" Dena menepis tangan papanya yang ada di kepalanya tak lupa senyum sinis terpampang di wajahnya.
Marco juga ikut tersenyum miring memandang putrinya itu yang bersikap dingin padanya. Ia lalu duduk tepat di sofa single yang berada di samping Dena.
"Kamu Papa jodohkan dengan anak teman Mamamu dulu yang sekarang menjadi rekan bisnis papa" ucap Papa Dena serius.
"APA!!" kaget Dena menatap papanya tajam merasa tidak terima.
Dia langsung berdiri masih terus menatap papanya
"Ada hak apa anda pada saya, beraninya anda mau menjodohkan saya dengan rekan bisnis anda" cara bicara Dena berubah formal seakan seperti orang asing.
"Sampai kapanpun saya tidak akan menerimanya mengerti,." ucapnya Tajam lalu segera berjalan kearah pintu membuka pintu dua itu dengan kasar. Dan dia berjalan pergi dari ruangan papanya.
"DENA, DENA!!!" teriak Marco saat Dena berjalan keluar dari ruangannya saat ini. Marco langsung berdiri dari duduknya dan begitu saja menendang sofa yang ia duduki tadi.
°°°°°
Sama halnya dengan apa yang dilakukan Dena tadi, Dirga juga melakukan hal demikian dia tidak bisa menerima perjodohan ini.
Ia segera saja menemui Papanya langsung yang sedang ada di kamarnya. Tidak perduli saat ini Papanya dan Mamanya sedang apa yang penting ia bisa melakukan pembatalan rencana perjodohan dirinya.
Dirga berjalan buru-buru ke kamar Papa dan mamanya menggedor-gedor pintu itu. Perlu diingat saat ini Dirga sedang dalam pengaruh Alkohol.
Benar tadi dia melampiaskan semua yang berkecamuk di kepalanya dengan minum-minuman di club bersama teman-temannya yang lain. Bukan dengan temannya saja tetapi juga bersama kekasihnya Clara yang memang baru pulang dari Singapura setelah menyelesaikan pemotretannya di sana.
Clara memang seorang yang berprofesi sebagai model, model majalah model pakaian, dan model apa saja. Itulah yang menjadi alasan kedua orang tua Dirga tidak menyetujui hubungan anaknya dengan Clara, menurut mereka juga Clara bukanlah orang yang baik.
Dirga pulang dari club diantarkan oleh Clara dan juga teman-teman Dirga yang lain karena mereka takut dengan tuan Doni sehingga mereka semua hanya menurunkan Dirga didepan rumahnya saja.
"PAPA, PAPA, MA, MAMA BUKA PINTUNYA BUKA" teriak Dirga sambil menggedor-gedor pintu kamar orang tuanya.
"AKU BILANG BUKA,.." masih terus berteriak saja ia didepan pintu itu.
Pintu akhirnya terbuka Papa Dirga dan Mamanya merasa terkejut melihat pemandangan didepannya. Bagaimana tidak terkejut saat mereka membuka pintu anak mereka sedang dalam kondisi melantur dan tercium begitu menyengat nya bau alkohol.
Sampai-sampai Sisil menutup hidungnya,.
Wajah Doni mengeras melihat apa yang putranya lakukan saat ini.
"Kamu mabuk?" tegas Doni
"Iya kenapa papa tidak suka?" jawab Dirga seakan tidak takut.
"Semenjak kapan kamu mabuk-mabukan seperti ini, apa yang mendasari mu" Doni masih berusaha menahan emosi dalam dirinya.
"Papa ingin tahu, Papa yang membuatku melakukan seperti ini" ucap Dirga dengan nada keras di akhir kata.
"Papa kenapa seenaknya menjodohkan ku, kenapa?Papa tahu sendiri kan aku sudah mempunyai kekasih yang akan aku nikahi. Tapi kalian tidak setuju"
"Masuk ke kamarmu sekarang sebelum Papa menghajar mu" perintah Doni sambil menunjuk ke lantai atas.
"Dirga, Dirga mama mohon kamu pergi ke kamarmu sekarang" Sisil memegang lengan Dirga menyuruh putranya untuk pergi ke kamar pria itu. Karena ia takut anaknya akan dihajar oleh suaminya yang masih berusaha.
"Lepas ma!! aku tidak akan kembali ke kamarku sebelum Papa membatalkan perjodohan ini" Dirga menghempaskan kuat tangan Mamanya sampai membuat Sisil terjatuh kesakitan.
Doni yang melihat istrinya kesakitan gara-gara putranya itu, seakan emosinya meledak. Ia segera mendekat kearah Dirga mendorong kuat tubuh anaknya sampai terjatuh dan dia langsung memukuli putranya tersebut.
"Kamu sudah kurang ajar sama Mamamu ya, inilah alasan Papa menyuruhmu tidak minum-minuman. Karena minuman bisa membuatmu gila sampai tidak sadar kamu melukai orang yang kamu sayang" ucap Doni marah sambil terus memukuli putranya yang kini berada dibawah dirinya.
Sisil yang melihat itu langsung bangkit mendekat kearah suaminya yang membabi buta memukuli anaknya sendiri.
"Pa,..Pa. Berhenti kamu bisa membunuh Dirga" Sisil berusaha melerai emosi suaminya yang masih terus memukuli putra mereka.
"Birkan saja dia mati, anak tidak tahu di untung" Doni benar-benar telah emosi.
"Pa cukup, kalau Papa terus saja memukuli Dirga lebih baik aku mati saja" ancam Sisil dan langsung berjalan menuju Dapur untuk mengambil pisau.
Doni langsung berhenti saat melihat istrinya yang berjalan mendekat kearahnya sambil memegang Pisau dan ia segera bangkit dari tubuh Dirga yang sudah lemah. Berlari cepat kearah istrinya dan segera merebut pisau itu lalu ia membuangnya begitu saja.
"Kamu apa-apa sih Ma," marah Doni melihat Sisil yang menangis. Sisil tidak menanggapi ucapan Doni, ia berjalan mendekati Dirga yang mulai bangkit dengan begitu lemahnya.
Namun saat Sisil sudah dekat tiba-tiba saja Dirga jatuh tidak sadarkan diri. Membuat Sisil langsung memeluk anaknya sambil menangis, sementara Doni segera berlari ke kamar mengambil Ponsel untuk menghubungi dokter.
………………
Pagi harinya di rumah keluarga Sharman seusai sarapan pagi Dena langsung pergi ke halaman belakang rumahnya untuk menanam bunga. Dena memang suka sekali menanam bunga bahkan di setiap halaman rumahnya Dena lah yang menanaminya.
Setelah kemarin ia menanam bunga didepan rumah kini gantian belakang rumah yang harus ia tanami.
Tetapi langkahnya terhenti saat dia sudah berdiri di rerumputan taman. Papanya ada di ayunan belakang rumah tempatnya dulu selalu menghabiskan waktu saat dimarahi oleh Papanya.
"Kenapa Papa disitu?" ketusnya saat melihat Papanya yang langsung berdiri mendekati dirinya.
"Papa ingin bicara denganmu" tukas Marco.
"Soal apa?"
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Mea
hmmmm
2022-09-01
0
Astrid Utami
lnjuutt
2021-04-09
1
Olan
hai thor😊 aku mampir dan memberi like di karya bagusmu😍. ayo mampir juga kekarya ku yang tak seberapa ya😊
2021-03-22
2