@Keluarga Suherman
Dirga masuk kedalam kamarnya, ia membanting pintunya dengan keras. Serta melepas jas yang ia gunakan tadi membuangnya ke segala arah Dia tampak emosi kali ini, beberapa kali ia menendang lemari baju miliknya.
Sungguh ia benar-benar emosi dengan kedua orang tuanya. Bagaimana bisa kedua orang tuanya itu menjodohkan dirinya dengan rekan bisnis mereka. Bagaimana bisa mereka menerima tawaran perjodohan itu, apa mereka tidak melihat bahwa rekan mereka tadi begitu gila harta.
Mana ada orang tua pihak perempuan menawarkan perjodohan tetapi harus ada imbal baliknya yakni berupa kekuasaan. Mereka berarti sama saja menjual anaknya.
Tidak bisa, ini tidak bisa dibiarkan bagaimanapun juga ia harus mencegah perjodohan ini. Dirinya sudah memiliki kekasih jadi mana mungkin ia menerima perjodohan sialan ini.
"Tidak bisa, pokoknya tidak bisa. Aku harus mencegah ini agar tidak terjadi, aku tidak mau menghianati Clara " ucap Dirga pada dirinya sendiri.
"Tapi aku harus bagaimana, arggghh" teriaknya frustasi karena tidak tahu bagaimana caranya ia menggagalkan perjodohan ini.
"Berpikir, berpikir ayo Dirga berpikir." Dirga menepuk-nepuk kepalanya sendiri agar sebuah ide muncul di kepalanya.
Tapi tak kunjung ia mendapat ide tersebut, itu semua semakin membuatnya frustasi. Ia dengan begitu saja langsung melempar ponsel miliknya yang ia pegang saat ini ke cermin membuat cermin itu pecah dan ponselnya pun tidak jauh berbeda.
………………
FlashBack ON
@Kediaman Keluarga Suherman
Dirga semula duduk santai serta bertanya-tanya mengenai kebohongan keluarga Marco yang mengatakan bahwa Putri mereka sedang mengunjungi makam ibunya..Ibu?Ibu siapa batin Dirga.
Padahal putri mereka sedang ada di kamar jelas-jelas tadi Dirga melihat sendiri saat ia sedang ke kamar mandi, saat dia lewat tanpa sengaja ia mendengar percakapan dua orang yang tampak serius, tidak sengaja juga ia menguping pembicaraan itu.
"Sepertinya mereka kakak adik, apa kakak adik kembar itu" batin Dirga saat melihat ketegangan di antara Dena dan Daniel di dalam kamar.
Dirga langsung buru-buru kabur dari tempat itu sebelum salah satu dari mereka menangkap basah dirinya yang tidak sengaja menguping pembicaraan mereka.
Dengan cepat Dirga pergi dari situ dengan begitu terburu buru ia menuruni tangga dan langsung kembali bergabung dengan orang tuanya yang sedang berbicara dengan tuan dan nyonya Suherman.
"Sudah Dirga,.tidak tersesatkan" ramah Marco sambil memperlihatkan seulas senyuman.
"Tidak Om" singkat Dirga.
"Kenapa kamu ngos-ngosan begini,? kaya habis lihat setan saja" bisik Sisil ditelinga putranya. Doni melihat anaknya serta istrinya yang berbisik-bisik tampak heran dengan mereka berdua.
………………
"Bagaimana Don, kamu menerima apa yang aku bicarakan waktu itu soal menjodohkan Dena dengan Dirga" Marco mulai membuka omongannya.
Dirga yang tadinya hanya terpusat pada ponselnya tersebut langsung menatap rekan bisnis Papanya dengan tatapan tak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan perjodohan.
"Tentu saja aku menerimanya dengan senang hati Marco, makanya aku mengajak Dirga kesini agar kamu tahu betapa tampan anak ku" senyum Doni merekah tak kala ia menyebut nama anak ku. Seakan bangga dengan anaknya.
"Kamu paham kan maksud ku, aku menikahkan anakku dengan anakmu agar hubungan kita semakin erat dan aku harap kamu juga bisa membantuku untuk membuat perusahaan ku Jaya dan menjadikan aku pemimpin perekonomian di negeri ini"
"Kamu tenang saja serahkan padaku, aku pasti akan membantumu" jawab Doni santai sambil meminum tehnya.
Sementara Marco tampak tersenyum puas, sesekali ia melihat kesamping melihat istrinya Clara yang juga tampak senang.
Mereka semua tampak tersenyum bahagia tapi tidak dengan Dirga yang mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Apa-apaan ini, mereka menjodohkan ku tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu" batin Dirga dongkol.
Flashback off
°°°°°
Dena melangkah menuju dapur hendak mengambil sebotol air untuk menjadi persediannya di kamar. Agar saat tengah malam ia tidak perlu pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Tanpa diduga di sana ada Soraya ibu tirinya yang sedang memotong kuku, Dena mendengus pelan tatapan sinis ia berikan pada Soraya yang juga menyadari kedatangan Dena.
Namun ia tidak perduli dengan anak tirinya tersebut, dia masih fokus me motongi kukunya.
"Malam-malam pamali memotong kuku, diikuti hantu baru mampus. Opps, situ kan memang temannya hantu" ucap Dena sambil menutup mulutnya saat menyebutkan kata hantu, dan tertawa sendiri dengan ucapannya barusan sambil matanya sesekali memperhatikan ibu tirinya yang juga memperhatikannya dengan kesal.
"Apa lihat-lihat?" dengus Dena sambil mendekat kearah ibu tirinya yang langsung berdiri seakan menantang Dena.
"Kamu anak pelacur kurang ajar" Soraya sungguh emosi dengan Dena saat ini sampai-sampai tangannya terangkat hendak menampar Dena tetapi harus terhenti gara-gara
"Berhenti, Jika kau berani menampar kakakku..Kau akan terima akibatnya mengerti" ancam Daniel saat ia baru masuk kedalam dapur melihat kakaknya yang akan ditampar oleh ibu tiri mereka.
Soraya langsung menurunkan tangannya dan pergi begitu saja sambil menatap kesal kearah Dena dan Daniel secara bergantian.
"Apa yang kamu lakukan?Sampai membuatnya marah" tanya Daniel menelisik wajah kakaknya. Ia memanggil Dena memang dengan namanya saja tetapi terkadang dia juga memanggil Dena dengan embel-embel kak tergantung suasana hatinya.
"Aku tidak mengatakan apa-apa padanya" jawab Dena datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Lalu ia segera beranjak pergi melewati Daniel yang sudah berdiri didepannya.
"Mau kemana kamu kak?" ucap Daniel saat Dena melewatinya.
"Ke kamar" jawab Dena singkat sambil terus berjalan.
"Kakek dan Nenek ingin bertemu denganmu" ucap Daniel sehingga membuat langkah Dena berhenti lalu membalikkan tubuhnya menatap sang saudara kembar.
"Buat apa mereka ingin menemui ku?" Dena menatap Daniel tak berminat.
"Bukannya aku sudah bilang pada mereka. Kalau aku bukan lagi cucu mereka" Dena berbicara begitu dingin.
Daniel hanya diam mendengar Dena berbicara seperti itu, ia juga mengerti perasaan Dena sekarang karena mereka terhubung, mereka memiliki telepati seperti saudara kembar lainya. Tapi, kebencian tidak bisa disimpan terus-terusan, kebencian sebisa mungkin harus dihilangkan. Kalau tidak maka nanti akan membuat sakit hati sendiri dan hidup terasa tidak nyaman.
"Mereka menyesal kak, dan kakek sedang sakit sekarang dia terus menanyakan mu" ucap Daniel sendu tetapi ekspresinya datar-datar saja. Memang kepribadian Daniel tidak jauh beda dengan Dena yang dingin. Yang membedakan mereka hanyalah jenis kelamin saja.
"Penyesalan terlambat" sinis Dena lalu kembali berjalan pergi meninggalkan Daniel yang hanya diam di tempatnya saat ini memperhatikan kembarannya yang pergi.
"Aku tahu kamu membenci kakek dan Nenek. Tapi asal kamu tahu juga mereka yang menolong kita secara diam-diam saat kita diculik suruhan Soraya dulu. Dan asal kamu tahu juga mereka yang membujuk Papa agar Papa mau merawat kita sampai dewasa" Daniel berbicara sendiri saat Dena sudah pergi. Tangannya mengepal lalu memukulkannya ke tembok.
Begitu beban baginya menyembunyikan kebenaran seperti ini.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Mea
nyimak....
2022-09-01
0
dite
nyelametin cucu ngapa pake dirahasiain sgala? aneh kakek neneknya.
2021-10-17
0
Erna Burnama
nyimak
2021-03-22
3