part 3

Pagi ini Anisa tak mendapati erick di sampingnya lagi. seperti nya dia kembali tidur di kamar sebelah. Anisa bangun dengan tergesa karena rasa ingin muntah. perutnya seperti di aduk.

"Hoek..Hoek.." Anisa memuntahkan semua yang sudah di makannya malam tadi. setiap pagi dia selalu mual dan pusing. tubuhnya sangat lemas dan wajahnya pucat pasi.

"ham... ini membuatku tersiksa." desahnya. tangannya mengelus perut yang masih rata karena baru 1 bulan usia kandungannya.

Erick hanya terdiam melihat Anisa yang terduduk di bawah westafel. dia tak menyangka Anisa bisa hamil secepat ini padahal selama ini dia selalu hati-hati menggunakan pengaman atau mungkin memang pernah lupa memakai nya saat benar-benar sudah terliputi oleh nafsu.

"cih.." Erick mengingat kejadian malam pertama nya. susah payah mencoba melakukan kewajiban nya sebagaimana mestinya pengantin lakukan.

"Hoek..."

Erick tersadar saat mendengar Anisa kembali muntah.

"menjijikan.." decaknya kesal. dia berjalan mendekati Anisa.

"bisa kah kau hentikan itu. sungguh jorok, pagi-pagi sudah seperti ini. apa kau tidak bisa menahannya." bentak Erick.

Anisa hanya meringis lalu membalik badan menatap Erick dengan tajam.

"jika bukan karena anak ini, aku tidak akan seperti ini"

"jadi kau menyesal karena telah mengandungnya?"

"tentu saja, karena ini anak dari mu."

Erick menarik kerah baju Anisa dengan kuat. dia tak menyangka begitu tak menginginkan bayi ini. Erick tahu anisa membencinya sekarang, tapi bayi itu tak tahu apa-apa. Erick menginginkan bayi itu.

plak..

untuk kedua kalinya Erick menampar pipi Anisa.

"jangan macam-macam dengan kandungan mu, atau aku akan menghentikan semua biaya pengobatan ibu mu." ancam Erick lalu pergi.

Anisa terperosot kebawah nya. tubuhnya bergetar karena tangis. dia juga menginginkan bayi ini. hanya saja apa yang di ucapkan selalu bertolak belakang dengan pikirannya.

Anisa semakin terisak saat mengingat ibunya yang kini tengah menjalani pengobatan di Jepang karena kanker serviks yang di dideritanya. Anisa merasa hidupnya hancur setelah menikahi Erick. dia masih tidak tahu apa alasannya Erick berbuat seperti ini.

Erick menutup pintu kamarnya dengan kuat. kepalanya pusing karena tingkah Anisa. gadis itu kini mulai keras kepala semakin sulit di kendalikan. dulu Anisa begitu penurut, apapun yang Erick katakan dengan mudahnya dia menurut tanpa penolakan.

"jika saja kau bukan gadis yang menghinaku waktu itu." Erick mengeluarkan selembar foto yang mulai usang, bahkan wajahnya pun mulai samar tak terlihat.

"mungkin aku akan mencintaimu."

Erick meremas foto itu lalu melemparnya. selama 15 tahun dia menyimpannya hanya untuk mengingat orang-orang yang telah menginjak harga dirinya.

"ah.. sial." teriaknya frustasi saat kenangan pahit itu selalu saja melintas di pikirannya.

#di kantor

Erick menyandarkan kepalanya di kursi. ternyata menjadi seorang Presdir perusahaan tidak lah mudah. kepalanya terasa berdenyut karena saham yang mulai menurun.

"pak, apa ada yang bapak butuhkan?" raya memperhatikan Erick yang sedari tadi memijit pelipisnya. wajahnya terlihat tegang.

"mmm..tidak. keluar"

Raya segera keluar saat Erick mengusirnya. dia tak ingin mendapatkan bentakan lagi seperti sebelumnya.

"apa dia menjaga anakku dengan benar" gumam nya saat mengingat Anisa yang pagi tadi hanya diam terduduk di sofa tanpa bicara sepatah katapun. Erick segera bangkit.

"batalkan semua jadwal hari ini." perintahnya lalu pergi. sekretaris nya hanya bengong belum sempat menjawabnya.

Erick terlihat tergesa. rasa khawatirnya berlebihan. dia hanya takut jika Anisa nekad melakukan hal yang di luar batas.

"Ani..Sa.." Erick menghentikan langkahnya saat melihat Anisa tengah tertidur di sofa dengan posisi duduk.

"huh.. sepertinya aku berlebihan. lagi pula kau tak berani macam-macam karena ibu mu masih di tanganku.".

Erick memperhatikan wajah Anisa yang mulai tirus. pipi itu tak lagi tembem. ada rasa bersalah melintas di pikirannya tapi dengan cepat tersingkir kan oleh kebenciannya.

"hei.. bangun." Erick menendang kaki Anisa.

"umm... kau sudah pulang?" tanpa sadar Anisa tersenyum saat melihat wajah Erick.

Erick terdiam, lalu pergi. kenapa di saat hatinya di injak wanita itu masih mampu tersenyum tulus.

Terpopuler

Comments

🦃fira yuniar wekwek🦃

🦃fira yuniar wekwek🦃

kasian ma annisa cobaan bertubi2 mnghampiri

2020-12-24

0

Mickailla Fazri Fauzia

Mickailla Fazri Fauzia

nanti juga bucin sendri s erick

2020-07-19

0

Syakiira Ayraa

Syakiira Ayraa

Anisa hanya mencoba utk bertahan..

2020-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!