part 2

Erick memiliki segalanya sekarang. tak ada lagi hinaan yang terlontar. semua menunduk kan kepalanya saat dia berjalan. apapun yang dia ucapkan tidak ada yang berani membantah. seperti seorang aktor yang tengah naik daun, nama Erick Thohir begitu melejit di dunia perbisnisan.

Dengan keadaan yang sekarang membuat Erick semakin semena-mena. bahkan sudah seminggu ini dia tinggal bersama Sasa, gadis yang selalu mendukung nya di belakang. cinta masa kecilnya yang tak akan pernah tergantikan posisinya oleh gadis manapun. termasuk Anisa, istri yang di nikahinya hanya untuk batu loncatan saja.

dia tak pernah mencintainya. bahkan melihatnya saja membuatnya ingin muntah.

salahkan Anisa yang sangat mencintai nya dan dengan mudah di manfaatkan olehnya.

bukan tanpa maksud Erick melakukan ini semua. ini hanya berawal dari masa lalu. dimana hinaan yang begitu besar mereka lempar padanya. Erick tak akan pernah lupa bagaimana Angga (mertuanya) dulu merebut semua kebahagiaan keluarganya. menghancurkan masa kecilnya.

"kak, apa kau sudah mengirim surat cerai nya?"

"sabar, aku masih ingin bermain dengannya"

"apa? jangan bilang kakak membatalkan perceraian?"

Sasa terlihat gusar. dia tak mau jika Erick masih memperistri gadis yang di bencinya.

"jangan terburu-buru. kita lihat seberapa kuat dia bertahan. aku ingin terus menyiksa nya sampai dia ingat bahwa bocah yang dulu di pukuli sampai hampir mati itu. adalah.. suaminya.." Erick terkekeh tak sabar ingin melihat wajah terkejut Anisa saat mengetahui semuanya.

"um.. jadi benarkan, kakak ga bakal cerai sama tuh j*l*ng.." umpat Sasa. Erick meraih tangan Sasa menariknya kedalam pelukan.

"tenang saja. hanya kau yang ada di hatiku."

Erick mencium kening Sasa lalu memeluknya erat. Sasa selalu senang di buatnya.

Anisa membereskan semua kekacauan yang telah di perbuatannya. semua sudah terlihat rapi dan bersih. Anisa membersihkan dirinya lalu segera berganti pakaian. dia ingin sekali melihat wajah Erick kali ini. bukan karena merindukan nya tapi ingin memastikan seberapa kuat hatinya jika berhadapan dengan lelaki itu.

setelah memantapkan hatinya Anisa segera pergi. dia tahu di mana Erick sekarang. hanya perlu datang lalu pergi.

"selamat pagi nyonya.." semua karyawan membungkuk hormat saat melihat Anisa memasuki lobi kantor.

"hei.. bukankah pak Erick udah cerai ya? kok.. istrinya masih datang"

"sstt... pelankan suaramu. apa kau bodoh "

Anisa hanya diam saat mendengar beberapa karyawan bergosip. dia tak peduli gosip macam apa yang telah menyebar di kantornya ini.

"dimana bos mu?" tanya Anisa saat melihat asisten Erick tengah berjalan mendekatinya.

"bos sedang meeting sekarang. nyonya sebaiknya menunggu saja di sana."

"aku ini istrinya, kenapa harus menunggu di sana. aku bisa menunggunya di ruangannya." seperti biasa sikap Anisa memang tak pernah bisa lembut jika sudah merasa kesal.

"tapi..."

"apa? apa dia menyembunyikan simpanan di ruangan nya?"

Raya asisten Erick, menggaruk tengkuknya tak gatal. bingung harus mengatakan apa. tebakan Anisa memang benar. pagi ini Erick membawa Sasa ke kantor. raya hanya bisa diam melihat Anisa yang sudah berjalan menuju ruangan Presdir.

"oh.. rupanya ada lalat hijau di sini. pantas saja.. aku tak di biarkan masuk."

Sasa menatap tajam Anisa. ini pertemuan ke tiga dengannya. Anisa duduk di sofa kecil yang ada disana dengan kaki yang menyilang

"harga diri seorang gadis tak begitu tinggi rupanya."

"apa maksud mu?"

"Ya.. kau pikir kan saja sendiri maksud dari ucapan ku. ku rasa kau tak begitu bodoh.."

Sasa mengepalkan tangannya. Anisa terlihat sangat sombong.

"ada apa ini?" Erick menarik Anisa dengan kasar.

"aku hanya mengunjungi suamiku, apa tidak boleh?"

"huh.." Erick mendorong tubuh Anisa sampai tersungkur ke lantai. "apa kau tuli, bukankah aku pernah bilang selama ini aku hanya menganggap mu..."

"tak peduli seperti apapun aku di matamu. yang pasti saat ini aku masih sah sebagai istrimu." teriak Anisa.

"cih, kau hanyalah seorang gadis bodoh."

"kau dengar bukan, kakak itu tak pernah melihat keberadaan mu. kau itu hanya pion catur yang di mainkan kakak."

"diam kau gadis sialan. aku tak menyuruhmu membuka mulut busukmu." Anisa hampir saja mencakar wajah Sasa jika Erick tak menghalanginya.

plak..

sebuah tamparan mendarat di pipi Anisa dengan kasar. Erick menampar nya demi gadis di belakangnya. Anisa ingin sekali menangis tapi dengan kuat dia menahannya. tak ingin Erick melihatnya lemah tak berdaya.

"ingat satu hal.. aku sedang mengandung anakmu." geram Anisa dengan senyum licik.

Sasa menutup mulutnya tak percaya.

"bagaimana mungkin, kakak.. apa itu benar?"

Erick hanya terdiam. inilah alasan kenapa dia tak mau menceraikannya. bagaimana juga anak di rahim itu adalah darah dagingnya. tak mungkin dia tega membiarkannya begitu saja.

meskipun ini sebuah kesalahan tapi janin itu tak tahu apa-apa. Erick masih punya hati untuk itu.

Terpopuler

Comments

Shoey Ahmad

Shoey Ahmad

Suami sialan..

2020-12-28

0

Adeista Adhi Prabowo

Adeista Adhi Prabowo

hemmmmm kasian Anisa nanti kl suatu saat Erik sadar pasti dia menyesal

2020-11-20

0

Rhara Adrena

Rhara Adrena

gila c sasa bilang anisa jalang . padahal dia sendiri yg jalang..anisa itu istri sah.a erik ..😤😤

2020-07-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!