part 4

5 bulan berjalan dengan lancar. Anisa kini tengah memeriksa kan kandungannya. janinnya tumbuh dengan sehat hanya saja tubuh Anisa kurang tenaga karena sedikit sekali makanan yang dia makan. padahal masa ngidamnya sudah terlewat.

"bagus, kamu sehat ya nak." Anisa mengelus perut nya yang mulai terlihat.

"kau terlihat kurang sehat.. duduklah." seorang lelaki berseragam putih menuntunnya kesebuah kursi di lorong rumah sakit.

"ah.. terimakasih"

"mm.. kau sering memeriksakan kandungan mu kesini, apa ini anak pertama mu.?" raut wajah dokter muda terlihat sendu entah apa alasannya.

"ah.. iya." Anisa merasa dokter itu sangat ramah juga tampan.

"aku dokter anak di sini." ujarnya. "tapi, di mana suamimu?"

Anisa menggigit bibirnya, bingung harus menjawab apa. ini bukan pertanyaan asing, karena sudah sering dia mendapatkan pertanyaan itu dari dokter kandungannya.

"itu.. suamiku sangat sibuk."

"oh.. lain kali, ajaklah suamimu. itu akan sangat bagus. biar dia tahu bagaimana perkembangan janinnya. untuk mempererat ikatan ayah dan anak..."

"ah... benarkah?" Anisa baru mendengar itu.

Tanpa sadar Anisa mengobrol cukup lama dengan nya. Alpin nama dokter itu. dia seorang dokter anak. karena keramahan nya sering membuat para pasien sangat nyaman berada di sampingnya. Anisa pun merasakan hal itu.

10 menit yang lalu Anisa sudah kembali dari rumah sakit dan kini tengah duduk di dalam kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah.

"bagaimana hasilnya?" Erick menghampiri Anisa yang tengah duduk di kasur.

"bagus. hanya saja aku kurang vitamin dan harus lebih banyak makan buah"

"aku tidak peduli denganmu." ucap Erick dingin. ia lalu kembali ke kamarnya meninggalkan Anisa yang masih terdiam.

"kau berubah menjadi begitu dingin. kemana senyum dan tatapan lembut itu." bisik Anisa. ia merindukan Erick yang dulu. yang selalu memperlakukan nya dengan lembut.

Anisa mulai merebahkan tubuhnya. dia merasa begitu sedih dengan jalan hidup nya sekarang. seharusnya dia bahagia karena kini ada nyawa lain yang tumbuh di perutnya. tapi hatinya malah semakin merasa pedih dengan kenyataan ini.

Setiap hari Erick selalu menghabiskan waktunya dengan Sasa. setiap pulang kerja dia akan menemui sasa. bahkan malam ini dia berniat menginap di apartemen nya. tak peduli dengan istri yang kini tengah hamil.

"kak, ayolah.. kapan kita menikah?" Sasa merajuk dengan manja. Erick mengelus kepalanya.

"sabar, setelah bayi itu lahir kita langsung menikah. aku mau kau yang mengurus anakku."

Sasa memeluk Erick begitu erat. mereka begitu bahagia dengan apa yang di rasakan sekarang. Sasa adalah gadis yang tinggal dengannya di panti asuhan. Sasa tak mempunyai keluarga sama sepertinya. karena kesamaan, rasa sakit yang di rasa membuat mereka menjadi saling berbagi apapun. saling berhubungan melebihi teman dan sampailah di mana sasa mulai sadar kalau hanya Erick lelaki yang pantas ia cintai atau seseorang yang bisa melindungi nya.

#hospital

Alpin terus memperhatikan foto yang di kirim temannya 2 Minggu lalu. ini jelas, kalau gadis yang ada di foto itu adalah anisa yang di temui nya tadi siang di rumah sakit.

"jika benar, maka aku harus merebutmu."

Alpin menggunting kepala lelaki yang berdiri di samping Anisa. matanya memancarkan kebencian yang mendalam. apalagi saat tahu kalau lelaki itu kini telah menjadi suami dari wanita yang di cintainya.

"tunggu aku. akan ku patahkan lehermu kali ini." wajahnya yang tampan berubah menyeramkan dengan tatapan mata yang begitu tajam dan dingin.

Alpin ingin sekali menghancurkan lelaki yang ada di foto itu. 15 tahun dia mencarinya dan kini dia mendapat kan informasinya dengan cepat.

Alpin terlihat puas dengan kerja temannya. dia segera mentransfer sejumlah uang yang cukup banyak ke rekening yang dia terima beberapa menit lalu.

"kali ini kau tak bisa lepas dari ku." seringai nya.

"tunggu aku menjemputmu" Alpin mengelus wajah Anisa di dalam foto. "kau semakin cantik"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***