Kaki jill gemetaran. Sesekali ia mengusap keningnya yang berkeringat dengan punggung tangan. Kini, ia duduk di depan meja Direktur Internal Control. Ya, usaha Veny merekomendasikan Jill untuk bekerja di perusahaan itu membuahkan hasil. Direktur Internal Control bersedia memanggil Jill setelah membaca Curriculum Vitae milik Jill yang beberapa hari lalu diserahkan oleh Veny ke meja Direktur IC. Mata Jill menatap tulisan ‘Direktur IC’ yang tertera di meja. Ia ingin memutar papan nama itu supaya membelakanginya saja, sebab tulisan itu membuatnya semakin gugup. Tapi tidak mungkin hal itu ia lakukan.
Jill yang tidak memiliki pengalaman dengan segala sesuatu yang berbau perusahaan pun jadi gugup. Ia kuliah di jurusan hukum, tapi sekarang malah berada di perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan. Nggak nyambung! Mana kuliahnya belum kelar lagi.
Sebentar lagi interview akan dimulai. Ya Tuhan, bisakah bantu aku untuk lebih rileks? Kenapa segugup ini? Batin Jill merapal doa.
Berbekal penampilan ala-ala wanita karier, ia berharap direktur IC akan tertarik padanya dan langsung memberinya posisi yang layak. Padahal baju yang ia kenakan adalah milik Veny, roknya juga milik Veny, hanya sendal saja yang tidak pinjam.
Jill meletakkan telapak tangannya yang dingin ke leher supaya sedikit lebih hangat. Tapi usahanya sia-sia, suhu di telapak tangannya tetap dingin.
Suara ketukan alas sepatu yang beradu dengan lantai membuat kegugupan Jill kian menjadi-jadi. Suara langkah sepatu itu semakin mendekat. Suaranya menggema mirip kayak di film-film India. Ah, sempat-sempatnya Jill memikirkan film apa yang mirip dengan kisahnya sekarang.
Jill masih menunduk ketika suara sepatu berhenti tepat di sisinya, bertepatan dengan sesosok manusia yang berdiri di sana. Mata Jill bergerak melirik ke samping, pandangannya hanya bisa mnejangkau celana hitam kelimis dipadu sepatu mengkilap. Hidungnya mencium aroma sabun yang segar.
Sosok manusia yang pastinya adalah seorang laki-laki itu berjalan menuju kursi lalu duduk di kursi putar tepat di hadapan Jill.
Kegugupan Jill semakin menggila. Apakah mungkin Jill sanggup menjawab pertanyaan Direktur jika kegugupannya seperti ini?
“Siapa kau? Ada apa menunggu di ruanganku?” tanya pria bersuara khas itu dengan nada tegas. Suaranya memberikan kewibawaan tersendiri baginya.
“Sa sa ….”
“Iya kamu!” potong pria itu tak sabar mendengar jawaban Jill yang patah-patah. “Kurir? Cleaning service? OB baru? Atau apa?”
Jill tergugu. Penampilan begini kok dibilang kurir? OB? Cleaning service? Mana ada cleaning service berpakaian modis, rapi dan… cantik. Jelas-jelas Jill mengenakan kemeja dan rok panjang, mana mungkin cleaning service memakai kemeja sepertinya. Jill tersinggung.
Tuhan, beri Jill kesabaran. Ia sedang butuh pekerjaan. Dan ia bisa berada di sana berkat perjuangan Veny, jangan sampai Veny ketularan malu hanya gara-gara Jill membuat satu keonaran.
“Atas petunjuk Veny, saya diarahkan ke ruangan ini untuk menunggu Bapak Direktur IC.”
“Oo… Jill Briana.” Pria itu mengangguk lalu menyandarkan punggung di sandaran kursi. Ia memutar-mutar kursinya hingga tubuh di atasnya ikut berputar. “Aku Jeff, direktur Internal Control di perusahaan ini. Jadi, kau yang melamar kerja di sini atas rekomendasi Veny?”
“Ya, benar.”
“Kau sedang berbicara denganku bukan?"
Iya, tentu saja, masak bicara sama tembok. Jill menggumam dalam hati.
“Kalau kau bicara denganku, maka tatap aku! Tidak sopan berbicara tanpa menatap lawan bicara!” lanjut pria itu terdengar angkuh.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
Defrin
jangan arogan banget ntar bucin lo sama Jill
2023-10-25
0
Ria Rhea
Mungkin kah dia cowok tamvan yg menolong jill malam itu...waahh..wahh
2023-07-03
0
Aisyah Khumairoh
qww w
2022-03-01
1