Ah ya ampun, kini Jill resmi seperti gelandangan. Berjalan sendirian menenteng tas besar dan tak tahu arah tujuan. Setelah berpikir cukup panjang, ia memutuskan naik ojek. Kali ini entah kemana lagi ia akan memawa diri. Semoga saja tidak bertemu para preman lagi. Malang sekali nasibnya.
Saat ojek melintasi terminal, sepintas Jill melihat gadis jangkung berjalan membawa koper memasuki terminal. Tak lain Veny, cewek yang beberapa kali terlihat ngopi di kafe favorit Jill. Veny dan Jill pernah bertabrakan dan mereka saling minta maaf dan berkenalan. Setelah itu, mereka sering bertegur sapa saat bertemu di kafe. Itu saja, tidak lebih.
Melihat Veny memasuki terminal, terbesit di benak Jill rasa ingin mengikuti Veny. Jill turun dari ojek, ia mendekati Veny yang sedang berbicara dengan penjaga loket.
Veny tersenyum menyapa ketika mendapati Jill. Mereka duduk di kursi panjang. Veny menawarkan minuman kaleng, ia mengajak ngobrol sembari menunggu keberangkatan. Veny bercerita banyak hal, mulai dari pekerjaan sampai makanan kesukaan. Gadis anggun berwajah manis itu sangat interaktif dan ramah sekali. Saat itulah Jill tahu bahwa Veny adalah seorang karyawan di perusahaan swasta. Ia tengah menjalankan masa cuti tahunan, dan sekarang masa cutinya sudah habis, ia harus meninggalkan orang tua yang brau saja dijenguk dan segera kembali ke lokasi kerja untuk melanjutkan rutinitas sehari-hari.
Jill akhirnya mengikuti ide buruk di kepalanya. Ia harus ikut Veny.
“Kamu sendiri mau kemana?” tanya Veny memperhatikan tas besar yang menemani Jill.
Jill berpikir sejenak. Ia tidak tahu entah mau kemana. Yang jelas ingin pergi jauh meninggalkan kota terkutuk. Baginya, lebih baik hidup melarat dari pada menyerahkan segenap jiwa raga dan sisa umurnya pada lelaki yang sama sekali tidak ia kenal.
“Kita satu tujuan,” jawab Jill berusaha membuat dirinya seolah telah kenal dekat dengan Veny menggunakan kalimat hangat dan sikap yang hangat. Semoga Veny akan berpikir bahwa mereka memiliki banyak kesamaan, bukan hanya selera kopi yang sama, tapi juga tujuan hidup dan tempat yang sama.
“Berarti kita bisa berangkat bareng. Udah pesan tiket belum? Gue mah pesen tiket via telepon kemarin. Sekarang cuma tinggal nunggu jam keberangkatan.”
“Tolong pesenin buat gue, dong,” pinta Jill penuh permohonan. Ia tidak mengerti tata cara naik bus. Sebab ia tidak pernah bepergian jauh.
“Loh, kenapa nggak pesen dari tadi? Ya udah biar kupesenin. Mudah-mudahan masih ada kursi kosong.” Veny menarik tangan Jill mengajak ke lubang loket, memesan tiket.
Setelah cukup lama Veny berunding dengan penjaga loket, akhirnya Jill mendapatkan tiket yang diinginkan.
Tepat pukul tujuh malam, travel yang mereka naiki berangkat meninggalkan kota. Perjalanan memakan waktu yang sangat lama. Jill harus bertahan duduk dengan keadaan tubuh yang amat letih. Hanya bahu Veny yang sesekali menjadi tempat sandaran kepala saat tertidur. Situasi travel benar-benar membuat kepalanya pusing. Belum lagi teriakan wuek wuek orang mabuk. Beberapa kali ia mengeluh, namun hanya ditanggapi dengan senyum oleh Veny. Jika diijinkan, Jill lebih memilih berada di atap mobil saja, sehingga ia bisa berbaring sepuasnya. Walaupun sebelum berbaring, ia tentunya sudah menggelinding duluan lalu kepentok aspal dan mukanya rata.
Sesampainya di sebuah tempat, Jill tertegun. Ia nyaris tak percaya dan berberapa kali mengucek mata. Kini ia sudah berada di belahan bumi yang sangat asing. Jill ingin menangis. Tapi andai ia menjerit meluapkan tangis, tentu mulutnya mangap lebar, kecantikannya pun hilang. Lebih baik diam meski hampir stres melihat kota kecil yang jauh dari keramaian.
Jill mengusap wajahnya yang memucat. Wajah yang andai kata semua penat tak menyumpal, tentu akan lebih cantik dengan hiasan senyum.
Matahari pagi menyemburat, hangat menyentuh kulit. Lampu-lampu di depan ruko masih menyala. Pemiliknya mulai membuka partisi depan. Pintu alumunium yang didorong berderit.
Itulah awal mula kejadian yang membawa Jill terdampar di sebuah tempat terpencil. Setelah Jill mengaku tersasar, Veny dengan besar hati bersedia mengajak Jill menumpang di tempat tinggalnya, tak lain di sebuah mes perusahaan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 333 Episodes
Comments
Defrin
jiil... jill....
2023-10-25
0
Lovesekebon
Hm ..🤔
2022-02-21
0
N Hayati
aneh kabur tapi tdk ada niat utk nginap di hotel yg krmudian bisa sambil mencari kontrakan kaya tdk berpendidikan padahal kalau bawa laptop berarti org yg ngerti
2021-12-15
1