Separuh kekosongan dan kehampaan dari dalam hati masing-masing dipertemukan, menciptakan bahagia yang tergambar dalam pandangan mata.
Pancaran kehangatan mulai dirasakan, hanya masalah waktu semuanya pasti terbuka dengan sempurna….
……
“Mbak besok ikut kan ?” tanya Vano, dia duduk disamping Adelia yang sedang anteng dengan rutinitas pagi di laptopnya.
Adel menoleh seraya berkata,
“Ngga tau, gimana komandan aja”.
Mega adalah Kepala Bagian yang menjadi atasan Adelia dan Vano sekarang, Adel sama sekali tak menyukainya, hanya menghormatinya sebagai atasan.
Vano tersenyum, dia sudah menduga jawaban itu yang akan keluar dari mulut Adelia.
Dia beranjak dan berpindah kembali ke meja kerjanya, entah apa yang dilakukannya, Adel tak pernah teliti memperhatikan walaupun mereka ada dalam satu ruangan.
Ting…. Ting…. Kembali notifikasi whatsapp dari handphone berbunyi, ku hentikan tarian jemariku diatas tuts laptop.
“Aku diruang belakang, bisa kesini dulu sebentar” chat itu dari Vano.
Adel tak membalasnya, dia langsung berdiri dan menuju ke ruangan belakang tempat menyimpan sample barang-barang produksi yang sudah cek QC.
Cklek…. Pintu kayu itu terbuka, dalam ruangan itu hanya ada Vano yang duduk dikursi tempat pemeriksaan barang.
“Ada apa ?” tanya Adel.
Vano tak menjawab, dia memegang tangan Adel, tatapan hangat terpancar dari kedua netra tajamnya.
Adel mengerti maksud tatapan itu, senyum manis dibibir tipisnya merekah, tetap tak ada rasa yang dapat menembus kebekuan hatinya.
Perlahan Adel melepaskan genggaman tangan Vano,
“Ayo kerja lagi” ajak Adel, yang kemudian beranjak melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
“Belum berhasil juga…” batin Vano.
Bukan kali pertama hal itu dilakukannya, dan bukan kali pertama juga Vano mengirimkan pujian-pujian, ungkapan kekagumannya pada Adelia yang ditulisnya dalam chatingan whatsapp yang hampir setiap hari dikirimkannya.
Semuanya selalu berakhir dengan jawaban yang sama, sebuah penolakan halus yang dilakukan Adelia padanya.
Revano Altar sudah beristri, diapun telah memiliki momongan seorang anak gadis yang cantik secantik ibunya, Angelina.
Angelina sangat manja, Revano terkadang merasa risih dengan sifat kekasih halalnya itu.
Vano sering bercerita pada Adelia tentang sifat Angelina, begitupun dengan Adelia yang sering bercerita tentang bagaimana sifat Geo pada Vano.
Mereka mulai memiliki kedekatan setelah bekerja didalam satu ruangan yang sama.
Saling bercerita tentang keluh kesah dalam rumah tangga dan lingkungan kerja sudah menjadi kebiasaan mereka.
Vano dan Adel lebih sering ngobrol lewat chating walaupun berada didalam satu ruangan, karena tak ingin karyawan yang lain mencium kedekatan mereka berdua.
Hubungan itu sudah menumbuhkan kenyamanan satu sama lain, hingga pada satu waktu Vano mengubah sebutan ‘Mbak’ menjadi ‘Sayang’ untuk Adelia.
Tanpa penolakan, Adelia menerima sebutan itu dan membalas dengan sebutan yang sama.
…..
Sampai dirumah, seperti biasa, Tama menyambut Adel dengan rentangan tangannya yang meminta pelukan,
“Momy…” serunya, dengan sumringah melihat wanita pelindungnya datang.
Lelah yang dirasakan seketika hilang, Adel memeluk Tama anak sulungnya yang terlihat begitu merindukan Ibunya.
Usianya sudah 9 Tahun, tapi dia masih sangat manja, mungkin karena Tama sudah tidak lagi memiliki adik.
“Momy mandi dulu yah, kamu main lagi ya sayang.”
Ku kecup keningnya, Tama pun berlari kembali kedepan televisi.
Aku tanggalkan seragam perusahaanku, langkahku menuju kamar mandi, ku bersihkan tubuhku yang lelah, seiring aliran air yang ku harap bisa mengalirkan seluruh peluhku hingga tak bersisa lagi di tubuhku.
Keluar dari kamar mandi, Tama sudah berada didalam kamar, dia berkata padaku, “Momy kapan kita jalan-jalan lagi sama Pipih, dulu kan kita sering jalan-jalan bareng” kalimat yang terucap dari mulut kecil Tama membuat nafasku sedikit berat, hening sesaat, aku memutar otak untuk mengeluarkan jawaban yang bisa masuk akal untuk fikiran polos anak-anak…..
Wajahnya diselimuti rasa kecewa.
Memang Geo sudah jarang mengajak Tama dan aku bertamasya bersama.
Aku selesaikan berpakaian, sementara Tama masih duduk dipinggir tempat tidurku, dengan memainkan sebuah rubik ditangannya.
Aku dekati anak kecil itu, ku peluk tubuhnya dengan kasih sayang yang tak pernah berkurang sejak awal dia aku lahirkan ke dunia.
“Dulu Momy belum bekerja, dulu Pipih juga kerjaannya masih santai, jadi dulu kita banyak waktu untuk bermain.” Aku berdalih berharap dia mengerti dengan keadaan sekarang.
Sepasang bola mata bulat itu menatapku,
“Iya, dulu kan Tama juga belum sekolah ya Mom, masih kecil banget dulu” jawabannya membuatku bangga, kecupan bibirku mendarat dikeningnya.
“Anak Momy pintar” pujiku.
Perbincangan kami selesai, ketika ku dengar suara motornya datang, dia masuk melalui pintu depan yang memang masih belum ku tutup.
“Pipih…” Tama menyapa ayahnya, kepalanya menengok sebentar dan kembali dia menonton acara kesukaannya.
Aku hanya bisa menatap nanar sosok yang sebenarnya sudah tak asing itu, harapanku musnah, kusangka dia akan berubah kembali menjadi dia yang ku sayangi setelah semua permohonan dan usaha yang ku ajukan padanya dulu, namun ternyata dia kembali menjadi dia yang aku benci dan terlihat asing bagiku.
Bukan masalah, jika memang urusan yang dikerjakannya diluar itu semua tentang pekerjaan, namun yang aku sayangkan kebanyakan bukan seperti itu.
Dia banyak menghabiskan waktunya diluar bersama dengan teman-teman ngumpulnya.
Akupun memakluminya, dia bekerja dan harus memiliki hiburan, dank u anggap mungkin itulah hiburan untuknya.
Hanya saja aku terkadang cuma kebagian perawatan ketika dia sakit saja. Sebel….
Tapi tak apalah mungkin inilah jawaban Tuhan atas semua do’a dan usahaku selama ini.
Sikap menunggu dan mencari perhatian sudah cukup banyak membuang waktu dalam hidupku, aku rasa usahaku untuk menumbuhkan kembali rasa itu sudah maksimal, tapi semuanya sia-sia.
Karena sampai detik ini, seorang Geo Anggara Putra bukan lagi Geo yang dulu ku kenal.
…..
Waktunya makan malam, Geo melahap semua masakan yang aku hidangkan, begitu juga dengan Tama.
Aku sudah cukup bersyukur karena mereka selalu suka dengan apa yang aku hidangkan selama ini.
Geo juga bukan laki-laki yang selalu harus dilayani, dia terkadang menyediakan sarapannya sendiri karena aku selalu lebih dulu meninggalkan rumah, sebelum dia bangun.
…..
Esok harinya semua staf diruangan itu mengikuti event yang digelar perusahaan Pusat di Kota, termasuk Adelia.
Acara meriah itu pun dimanfaatkan Vano untuk sekedar berselfi ria bersama-sama karyawan yang lain, sayangnya Adel bukan termasuk wanita yang doyan selfi, emang dasarnya cewe tomboy, jadi ya begitulah.
“Aku pengen ke toilet” bisik Adel ke telinga Vano, yang berjalan disampingnya.
“Ayo aku anterin” ajaknya seraya memegang tangan Adel, merekapun menyebrang jalan bersama.
Dia sama sekali tak melepaskan genggaman tangannya sampai ditoilet umum, “Mau duluan atau mau barengan ?” Vano menggodaku, sambil mendaratkan ciuman sayangnya dikepalaku.
Lagi-lagi tak pernah bisa ku tolak gerakannya itu.
Entah kenapa dengan diriku, pelukan dan ciuman sayangnya itu selalu menjadi sebuah kehangatan yang menyelusup kedalam hatiku.
“lady’s first dong” jawabku, sambil menjulurkan lidah aku juga menggodanya.
Vano tersenyum gemas dengan ulahku.
Setelah keluar, dia memelukku kembali dengan kehangatannya.
“Kalo udah gabung lagi sama mereka kita ngga bisa kaya gini sayang”
Bisiknya ditelingaku, nafasnya menghembus dileherku, seketika bulu romaku berdiri.
“Geli ih” kataku sambil mencubit pinggangnya.
Kami pun kembali berjalan dan bergabung dengan karyawan yang lain.
Didalam mobil menuju pulang tanganku memegang tangan Vano, diapun menyambut dengan erat, kami berpegangan dibalik tas yang sengaja aku dekap, agar tak terlihat manusia-manusia disekitar kami.
Handphone Vano berbunyi, pasti Angelina firasatku, dan ternyata benar.
Genggamannya lepas, Vano berbincang dengan istrinya, aku hanya tersenyum-senyum mendengar percakapan mereka.
Angelina ngambek karena Vano berfoto dengan cewe diacara tadi.
“Dasar bocah” ejekku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Neng Cusinovia
yahhh itulah selingkuh inti nya indah
2021-04-21
1