Pertahananku mulai goyah....

Pagi itu aku berangkat ke tempat kerja, setelah sebelumnya aku titipkan Tama dirumah Ibu.

Beruntungnya aku karena Ibu masih sehat dan bisa kumintai pertolongan.

Aku lihat Vano yang masih berada diatas motornya, ditempat parkir, aku hanya meliriknya, tak ku hampiri dia karena pandangannya sedang serius menatap layar handphone yang dipegangnya.

Ruangan kami sudah terisi lengkap dengan personil bagian QC, ku lihat Vano masih belum menyimpan Handphone nya sejak tadi, dia pun terlihat masih belum mengerjakan pekerjaannya.

Tiba-tiba ada rasa kesal dihatiku,

‘Ngga biasanya dia seperti ini padaku, menyebalkan..’ gerutu Adelia didalam hatinya.

Kami hanya berbincang lewat chatingan whatsapp, itupun hanya sebatas penjelasan bahwa dia sedang sibuk membalas chatingan istrinya yang masih ngambek perihal kemaren.

Kekesalanku menguasai hati, ku diamkan dia dan seperti biasa ku sibukkan diri dengan pekerjaanku.

Tiba-tiba notif whatsapp kembali masuk ke telepon genggamku,

“Aku bingung, Angel marah, gara-gara foto itu, terus kamu juga ikut-ikutan marah-marah” tulisnya dalam chat yang dikirimkan padaku.

Lama aku tak membalasnya, aku hanya diam.

”Aku juga ngga ngerti, kenapa aku mesti kesel hanya karena dia mengacuhkanku, aneh…” celotehku didalam hati.

Mungkin karena sudah terbiasa dengan perhatian dan candaannya, ya, ku fikir juga seperti itu.

Vano mendekatiku, dia kembali memegang tanganku, tentu saja saat yang lain sudah berhamburan keluar ruangan menuju kantin untuk menyantap makan siang.

Aku menatapnya, dia terlihat bingung dan gelisah, kedua netranya diselimuti kabut kegalauan.

Entah apa yang merasukiku, sama sekali aku tak mau melihatnya seperti itu.

Dia memperlihatkan seluruh isi chatingannya dengan Angel.

Dan sejak saat itulah aku merasa cemburu pada seorang Angelina yang begitu disayanginya.

Ada iri menyelimuti hati, ada kesal dengan sifat kekanakannya itu.

Tapi lagi-lagi aku harus tetap menjaga hati.

Aku hanya tersenyum getir, ku coba menetralkan suasana hatiku dan meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.

Tiba-tiba tanganku ditariknya dengan lembut, menuntunku ke ruang belakang tempat pemeriksaan barang hasil produksi.

Cklek…tangannya yang lain membuka pintu kayu ruangan itu, kami masuk kedalam.

Vano mendudukanku diatas kursi, sementara dia menutup pintu.

“Mau ngapppp…..mmmmhhhh” tak dapat ku teruskan bicaraku, karena dia menutup bibirku dengan bibirnya.

Lembut, hangat, terasa begitu menggairahkan hingga akupun terbawa suasana, dan menikmati semuanya.

Perlahan aku membuka mata, pandanganku beradu, sepasang netra itu sudah mulai diselimuti ketidak normalan, segera aku tarik badanku yang masih berada dalam dekap hangatnya, reflex….

“Kenapa ?” tanyanya.

“Udah cukup, ntar keterusan” jawabku sambil tersenyum, segera ku rapihkan kembali riasanku, dan keluar meninggalkan Vano yang masih terduduk dikursi dalam ruangan itu.

……

Setiap detik perjalanan seluruh pembicaraan kita yang sebenarnya tak berguna terdengar melalui gendang telinga.

Setiap menit kita merasa bangga walau hanya dapat duduk bersama tanpa memandangi layar maya.

Setiap jam obrolan kita yang diselingi canda tawa, tanpa keresahan untuk masa depan.

Diam-diam kepalaku mulai mengingat wajahnya.

Diam-diam kepalaku mulai mengingat namanya.

Dan dalam diam rasaku mulai menerima pelukan hangatnya.

Namun aku tetap sadar seberapa dalam jurang pemisah antara aku dan dia, namun dalam hatiku berkata, aku ingin beranjak denganmu….

Aku mencintaimu seperti berdiri di peron kereta tanpa tau apa yang sedang kutunggu, kedatangan atau kepergiankah yang akan menghampiriku…

Aku menciantaimu seperti mencintai kesendirianku, saat tersisih dalam keramaian dan meringkuk dalam kegelapan menumpahkan segala hujan yang tak kuasa ditampung celung mata, mengalir menyatu dengan tetesan hujan yang diturunkan oleh langit…

……

Malam ini kembali aku terjaga, entah kenapa yang ada dibenakku hanya dia, gila…

Seakan didunia taka da manusia yang lain, selain dia..

Aaaaarrrrrrrggggggghhhhhh…..

Terkadang ingin ku keluarkan seluruh isi otakku, disaat semua rasa ini memenuhi seluruh ruang dalam kepalaku.

Tuhan pasti jijik melihatku, sebegini lebaynya aku malam ini.

Jangan sampai aku bertekuk lutut pada orang yang jelas-jelas bukan hanya ngga mungkin tapi mustahil bisa menjadi milikku didunia ini.

Kesalahan… Ini jelas suatu kesalahan…

Aku mencintaimu saat kamu telah berbahagia bersama dengannya, terus kenapa aku ngga bisa pergi saat dia mendekati, kenapa coba ???

Adel terus mencaci dirinya sendiri, mengingat apa yang telah terjadi saat waktu istirahat tadi diruang pemeriksaan QC.

…….

Terdengar suara kunci pintu yang sedang dibuka dari luar, dia pulang, mataku masih belum terpejam.

“Belum tidur ?” tanyanya, setelah dia keluar dari kamar mandi dan kami bertemu diruang dapur.

“Heemh, belum ngantuk-ngantuk dari tadi, padahal udah nyobain minum susu anget, bukannya ngantuk malah sakit perut” jawabku sambil mengambil air minum dari dalam lemari pendingin.

Hahaha…..dia tertawa ringan,

“Perut kamu itu ngga bisa dikasih susu” ejeknya, sambil mencolek hidungku.

“Sini aku peluk, biar cepet tidur” ajaknya sambil memapahku masuk kembali kedalam kamar.

Entah apa yang terjadi padaku, yang pasti aku merasa berada diatas angin hari ini.

……

Pagi hari...

Hangat cahaya matahari menerpa dinding tembok depan rumahku..

Seperti biasanya, Aku berjibaku dengan seluruh kewajiban yang menunggu penyelesaianku..

Ku putar lagu yang kini menjadi lagu favorit ku, karena lagu itu kiriman orang yang kini mulai menari-nari didalam fikiranku saat ini.

Bintang malam, katakan padanya.

Aku ingin melukis sinarmu di hatinya.

Embun pagi, katakan padanya.

Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya.

Bintang malam, sampaikan padanya.

Aku ingin melukis sinarmu di hatinya.

Embun pagi, katakan padanya.

Biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya.

Tahukah engkau, wahai langit ?

Aku ingin bertemu membelai wajahnya.

Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah.

Hanya untuk dirinya.

Lagu rindu ini kuciptakan.

Hanya untuk bidadari hatiku tercinta.

Walau hanya nada sederhana.

Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan.

Tahukah engkau, wahai langit ?

Aku ingin bertemu membelai wajahnya.

Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah.

Hanya untuk dirinya.

Lagu rindu ini kuciptakan.

Hanya untuk bidadari hatiku tercinta.

Walau hanya nada sederhana.

Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan.

Ijinkah ku ungkap segenap rasa dan kerinduan.

Adelia selesaikan semua pekerjaan rumah dengan semangat.

Geo bangun dari lelapnya, dia beranjak melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Sarapannya sudah tersedia diatas meja, secangkir kopi hitam dan dua helai roti panggang yang disatukan dengan selai kacang kesukaan Geo.

Tama sudah bermain keluar rumah, hobby Tama bermain game, dia sama dengan Pipih nya, senang IT.

Sama sekali aku tak pernah melarangnya, biarkan dia berkembang sesuai dengan usianya.

Anak-anak hanya perlu bahagia fikirku, yang aku tanamkan hanyalah kedisiplinan dalam hal apapun itu pada Tama.

"Udah bangun ?" tanyaku, sekedar basa basi memecah keheningan, lagu yang tadi ku nikmati sudah ku matikan.

Berharap bisa sekedar mengobrol bersama kekasih halalku, diwaktu libur kami.

Dia hanya menoleh dan melemparkan senyumnya padaku, lalu mengambil sarapan yang telah aku siapkan.

Tangannya mulai memegang Handphone nya.

Dan aku terkalahkan lagi dengan benda itu.

Fokusnya tak lagi padaku...

Terpopuler

Comments

Moelyanach

Moelyanach

sedih nya

2022-07-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!