Percikan...

Pagi itu Adelia berangkat lebih pagi, karena dia harus membawa kendaraan milik teman suaminya yang semalam dia tinggalkan di Rumah Sakit.

Setelah semuanya selesai, Adel bergegas masuk ke Perusahaan tempatnya bekerja.

Anak itu menghampiriku,

"Mbak maaf semalam aku ngga bisa jemput"

katanya dengan raut wajah yang memelas.

Adelia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Makan siang bareng lagi yuk"

ajak anak itu lagi,

"Ngga ah ntar ada yang bilang ngga boleh lagi"

jawab Adelia dengan nada menyindir.

Refleks tangan anak itu merangkul tubuh Adelia yang sedang duduk sambil memeluk meja kerjanya.

"Mbak jangan marah doooong"

Anak itu memohon dengan keseriusan diwajahnya.

Adel kembali tersenyum sinis,

"Ah Mbak... Mbak masih kesel yah gara-gara semalem ? Aku juga ngga bisa tidur Mbak, mikirin Mbak, beneran deh"

Anak itu semakin memelas.

Perlahan dia melepaskan pelukannya, karena Adelia menggeliatkan tubuhnya.

"Iya... Iya... Ngga apa-apa ko, udah ngga usah dibahas lagi"

jawab Adelia.

"Ayo kita makan"

ajak Adel pada anak itu.

Sampai jam pulang kerja anak itu masih berusaha menghibur Adelia lewat chatingannya.

Adelia tak mengerti kenapa semalam dia malah ngubungin anak itu, bukan temannya yang lain.

Padahal diruangan itu juga ada anak laki-laki yang terang-terangan bilang suka sama Adelia, tapi entah kenapa yang ada difikiran Adel cuma anak itu, sampai dia memelukpun Adel tak menolaknya.

Entahlah...

....

Aku pandangi pantulan sosok diriku dicermin.

"Aku masih seperti dulu kan ? Aku masih cantik kan ? Apa aku udah ngga menggairahkan lagi ?"

gumam Adel dalam hatinya.

Rasa lelah kembali menyerangnya, bukan lelah karena capek bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga.

Kelelahan yang dihasilkan dari ketidak berdayaannya merubah semua keadaan, agar sesuai dengan yang diharapkannya.

Kelelahan menghadapi sifat keras dan egoisnya seorang Geo yang terkadang membuatnya ingin menyerah.

Ketika sedang anteng berbincang dengan hatinya sendiri,

Ting... Ting... Kembali dia mendengar suara notifikasi whatsapp dari handphone suaminya.

Terlihat emoticon kiss dan kalimat rindu yang kembali dikirimkan Sea.

Adel tak membalasnya lagi, dia sudah terbiasa dengan kalimat-kalimat mesra dan rayuan-rayuan gombal super alay dari para wanita pemuja suaminya itu.

Geo terbangun dari tidurnya, terlihat beranjak dari tempat tidurnya, sepertinya dia mencari sesuatu,

"Ini handphone kamu"

Adel menyodorkan handphone suaminya itu,

"Owh"

kalimat langganan yang selalu keluar dari mulut Geo,

"Siapa Sea ?"

tanya Adel, sorot matanya tajam melihat wajah suaminya yang baru bangun.

"Temen"

jawab Geo sambil memainkan kedua jari jempolnya diatas layar handphone.

"Temen ko kaya gitu whatsapp nya, pake acara kangen-kangenan segala"

Adel mengeraskan niat dan berusaha menguatkan hatinya, Adelia ingin tau siapa sebenarnya wanita bernama Sea itu.

Terlihat Geo mengernyitkan keningnya, sepertinya dia tau Adelia sempat membalas chat dari wanita yang disebutnya teman itu.

Sadar dengan maksud kernyitan kening suaminya itu, Adel jujur pada suaminya.

"Aku yang balas chatiangannya"

suara Adel lebih meninggi, namun terdengar agak bergetar, menahan emosi yang sudah mulai menguasai hatinya.

"Kamu ko lancang, ngga usah ikut campur urusan aku, kamu mau cari masalah ?"

Geo membentak Adel.

"Dia yang cari masalah bukan aku"

jawab Adel sambil berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kamar.

Geo belum menginginkan semua selesai, begitu Adel keluar kamar dan meninggalkannya, dia pun menyusul istrinya keluar dari kamar, emosi terlihat dari wajahnya yang sudah murka.

"Lo juga dulu pernah deket sama cowo lain dan gue ngga ikut campur"

Geo kembali menyulut emosi Adel.

"Eh itu orangnya juga ngga tau dimana, Gue ngga pernah ketemu, cuma bercanda-canda doang" jawab Adel.

"Beda sama Lo... Lo udah ketemuan kan ? Lo juga udah pernah nginep disana kan ?"

Adel menambahkan lagi.

Sontak Geo meradang, dia mengangkat tangannya.

"Tampar aja, tampar kalo berani"

Adel menyodorkan pipi kanannya kedepan Geo.

"Lo emang sukanya bikin masalah"

teriak Geo, sambil menunjuk muka istrinya, dia urung menjatuhkan tamparannya.

"Okey kalo Lo mau nya kaya gini, suatu hari nanti Gue bakal pake tu Cewe sekalian"

kata Geo masih dengan amarahnya.

Adel dan Geo berhenti setelah mendengar tangisan anaknya dari dalam kamar.

Adel pun kembali meninggalkan suaminya, masuk kedalam kamar dan menguncinya dari dalam.

"Tidur diluar sana, dasar manusia egois"

gerutunya sambil kembali berbaring menemani dan memeluk anaknya.

"Lo udah sempurna ngejelekin Gue didepan anak Gue"

Geo masih berbicara diluar sana.

....

Paginya terlihat mata Adelia yang bengkak, kejadian semalam membuatnya kembali berurai air mata.

Bentakan Geo yang menyalahkannya yang membuat hati Adel kembali terluka.

"Mbak kenapa ?"

kata anak laki-laki itu wajahnya terlihat khawatir dengan keadaan Adelia.

Adel tak memberikan jawaban, dia memberikan handphone nya pada anak laki-laki itu.

Revano Altar... Nama anak laki-laki itu.

Dia melihat screenshot chat dari Sea untuk Geo.

Sejenak Vano berdiam diri dan menghela nafas dalam.

Sepertinya dia merasakan bagaimana perasaan Adelia saat itu.

Adelia menempati meja kerjanya setelah menerima handphone nya kembali dari tangan Vano.

Bulir bening dari sudut matanya kembali mengalir, Adel merasakan kelelahan yang amat sangat menyiksanya selama ini.

Vano bingung, dia tak dapat berbuat apa-apa,

"Mbak jangan nangis.. Malu diliat yang lain"

bisiknya ketelinga Adel, yang masih menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Adel tak menghiraukannya, dia tetap mengeluarkan sesaknya lewat tangisan tanpa suara.

Setelah terasa agak mendingan, kembali Adel mengerjakan pekerjaannya, walaupun dengan sedikit terisak-isak.

Dia mencoba menyibukkan diri, mencari pelarian agar otaknya tak malulu dipenuhi emosi pada suaminya.

Dia mengambil handphone dari atas sebuah printer diatas meja kerjanya.

Adel menuliskan status di whatsapp nya.

'Sepertinya ketenangan itu ada setelah kematianku'

tulis Adel distatusnya.

Vano orang pertama yang membaca status whatsapp nya,

"Mbak jangan kaya gitu dong"

tulis Vano dalam Chat nya yang dikirim ke Adel dengan emoticon menangis.

Hatinya ikut tersayat melihat keputus asaan seorang Adelia kala itu.

Batin Vano berkata,

"Kalo aja belum ada orang disini, aku pengen peluk dia"

Matanya menatap pilu seorang wanita yang masih terlihat diselimuti kesedihan mendalam.

"Sayang kamu udah jadi milik orang Mbak"

bisik hati Vano.

Pandangannya tak berpaling dari Adelia.

Adel mulai merasa tenang dengan menyibukkan dirinya,

Kruuuukkkk.. Kruuuukkkk... Suara perut Adel,

"Duhhh laper"

gumam Adel, sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantin.

Vano yang diam-diam mengikutinya dari belakang,

"Mbak... Mbak Adel"

panggilnya,.

Adel menengok,

"Eh kamu Van, mau ke kantin juga ?"

tanya Adelia sambil menghentikan langkahnya.

Mereka pun berjalan bersama menuju kantin.

"Mbak udah baikan ?"

tanya Revano, disela kunyahannya.

"Udah Van"

jawab Adel sambil tersenyum hambar.

Revano lebih dulu selesai, dia menunggu Adel sambil menghisap sebatang rokok favoritnya.

Setelah Adel selesai, mereka pun kembali masuk ke dalam dan melanjutkan kembali pekerjaan mereka masing-masing.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

adel~revano😘

2021-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!