Triiiingggg... triiinggg...
Allethea yang tengah menjelaskan materi di depan, terpaksa berhenti begitu bel tanda istirahat berbunyi.
“Baik anak-anak sampai disini pertemuan kita hari ini. Jangan lupa untuk mengerjakan tugasnya dan kumpulkan dipertemuan selanjutnya. Kalian boleh istirahat,” ucap Allethea sebelum melangkahkan kaki keluar dari kelas XI IPA 1.
Allethea berjalan melewati koridor yang saat ini ramai oleh murid-murid yang baru saja keluar dari kelas masing-masing. Sampai di depan kelas XI IPA 3, Allethea bertemu dengan sekumpulan murid laki-laki yang sudah sangat ia kenali. Siapa lagi, kalau bukan Adrian dan ketiga temannya.
“Selamat pagi menjelang siang Ibu cantik,” sapa keempatnya kompak. Allethea membalas sapaan keempatnya tersebut, kemudian tersenyum lembut.
“Ibu mau gak jadi pacar Adrian?” tanya Adrian asal. Allethea tersenyum lalu mengelus rambut bocah laki-laki itu dengan gemas.
“Kamu belajar yang bener dulu aja, jangan mikirin pacaran-pacaran, sebentar lagi ujian semester,” ucap Allethea tanpa menghiraukan pertanyaan asal muridnya itu.
“Jadi secara gak langsung, Adrian ditolak nih bu?” tanyanya dengan wajah sedih.
“Ibu butuh calon suami, Yan, bukan pacar.” Jawab Allethea tersenyum tipis. Ketiga teman Adrian kompak menepuk-nepuk bahu Adrian memberikan kekuatan dan secara tidak langsung juga meledek Adrian.
Allethea menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, lalu melenggang pergi dari hadapan keempat murid nakalnya itu.
Sesampainya di ruang guru, Allethea segera meletakan buku-buku yang di bawanya diatas meja kerjanya, kemudian kembali pergi bersama Siska menuju kantin untuk mengisi perutnya yang tengah meronta minta di isi.
Sambil menunggu pesanannya datang, Allethea dan Siska duduk di kursi yang masih kosong sambil memperhatikan satu-persatu murid-muridnya. Ia jadi teringat dulu, saat dirinya juga masih dibangku Sekolah Menengah Atas, dimana di jam istirahat seperti ini bergerombol bersama teman-temannya ke kantin sambil tertawa lepas tanpa beban. Allethea tersenyum tipis mengenang masa-masa indah itu, masa dimana ia baru mengenal apa itu cinta.
“Lett!” panggilan Siska membuyarkan lamunan perempuan cantik itu dan dengan segera, Allethea mengalihkan pandangannya itu pada sahabat didepannya.
“Lagi lamunin apa sih?” tanya Siska penasaran.
“Aku lagi mengenang masa SMA kita dulu, Sis. Ngeliat mereka, aku jadi teringat dimana dulu kita juga mengalami hal yang sama," Allethea menunjuk kearah gerombolan perempuan yang baru saja masuk ke kantin dengan tawa lepas mereka.
Siska melihat objek yang ditunjuk oleh sahabatnya itu, kemudian tersenyum tipis, merasakan hal yang sama seperti apa yang Allethea ucapkan barusan.
“Dan gak terasa waktu begitu cepat berlalu. Sekarang udah jadi guru aja. Padahal dulu paling senang bikin kesal guru. Eh, sekarang malah kita yang di buat kesal olemereka.” Siska terkekeh kecil mengingat masa lalunya itu.
“Permisi Ibu cantik, ini pesanannya.” mendengar itu Siska dan Allethea kompak mengalihkan pandangannya, melihat siapa yang mengantarkan pesanan keduanya.
“Loh, kok kamu yang anterin, Yan?” heran Allethea.
Adrian Adiansyah yang tidak lain adalah muridnya itu kini berdiri disamping kedua guru cantik tersebut dengan membawa nampan berisi dua mangkok mie ayam dan dua gelas es teh manis pesanan Allethea dan juga Siska. Adrian tersenyum manis pada gurunya itu, lalu meletakan mangkuk berisi mie ayam tersebut di atas meja. Tapat di depan Allethea dan Siska, begitu pun dengan minumannya.
“Gak apa-apa Bu, kasian Mamang kantinnya, lagi banyak yang beli.” Siska dan Allethea mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
“Kamu gak makan, Yan?” Adrian menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Kenapa?” tanya Allethea lagi dengan satu alis terangkat.
“Saya sudah kenyang hanya melihat senyum ibu." Gombalan, yang lagi-lagi Adrian berikan untuk guru cantiknya itu.
Siska hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah muridnya yang satu itu. Sudah biasa Siska mendengar bahkan melihat Adrian menggombali sahabatnya yang tak kunjung menikah juga itu. Sementra Allethea selalu menanggapi dengan senyuman.
“Dasar kamu, Yan, guru kamu sendiri sampai digombalin,” ucap Siska tak habis pikir.
“Ibu Siska mau saya gombalin juga gak?” dengan cepat Siska menggelangkan kepalanya.
“Gak usah, Yan, makasih, saya sudah punya suami yang selalu gombalin," kata Siska yang diangguku singkat oleh Adrian.
Tatapan remaja itu kemudian beralih pada Allethea yang tengah memakan mie ayamnya. “Ibu cantik kapan nikahnya?” celetuk Adrian yang sontak saja membuat Allethea tersedak makanannya sendiri, wajahnya memerah karena kepedasan dan tenggorokannya begitu terasa perih.
Adrian dengan cepat memberikan minum pada gurunya itu, sedangkan Siska segera menepuk-nepuk punggung sahabatnya pelan.
“Ibu gak apa-apa kan?” laki-laki berseragam putih-abu itu bertanya untuk memastikan. Wajahnya menampilkan ke khawatiran juga rasa bersalah. "Maaf kalau pertanyaan Adrian buat Ibu gak nyaman,” sesal Adrian.
“Gak apa-apa kok, Yan, ibu baik-baik aja,” Allethea tersenyum tipis.
“Kalau gitu Adrian pamit kembali ke kelas, Bu, sudah bel. Sekali lagi, Adrian minta maaf," katanya sebelum menyalami kedua guru cantiknya itu, kemudian melenggang pergi, karena bel baru saja berbunyi nyaring, mendakan bahwa murid-murid di haruskan untuk kembali ke kelas masing-masing.
Pertanyaan yang di lontarkan Adrian beberapa menit lalu sebenarnya cukup mengena di hati Allethea. Membuat ia kembali mengingat akan Gilang yang belum juga memberi kepastian, bahkan sekedar memberi kabar saja tidak ada setelah pertemuannya malam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Riska Wulandari
sopan lo tadi Adrian,,salim ...
udah tinggalin aja si Gilang..lelet..
2022-02-28
0
momy ida
jadi kangen masa itu... masa putih abu abu... dimana masa itu kita bebas bergerak Dan melangkah... tertawa... menangis bareng temen temen satu genk.... ☺☺☺
2021-07-09
0
Lasma Tarida
Bagus ceritanya... mengalir bahasanya gak kaku... Lanjitkan thor...
2021-04-04
0