Pagi ini Allethea sudah rapi dengan setelan kerjanya sebagai guru di salah satu SMA favorit di Sukabumi. Selesai sarapan, Allethea pamit pada kedua orang tua dan kakaknya, kemudian bergegas pergi menuju garasi, dimana mobilnya di simpan.
Jam baru menunjukan pukul 06.30, itu berarti masih ada waktu sekitar satu jam untuk Allethea datang tepat waktu ke sekolah tempatnya mengajar.
Tiga puluh menit, waktu yang dihabiskan Allethea menempuh perjalanan hingga tiba di parkiran khusus untuk guru. Selesai memarkirkan kendaraannya, Allethea terlebih dulu merapikan penampilannya, sebelum kemudian keluar dan tidak lupa untuk mengunci kembali mobilnya.
Berjalan tenang, Allethea melewati koridor untuk menuju ke ruang guru. Sesekali langkah guru cantik itu terhenti saat berpapasan dengan beberapa murid yang ingin menyalami tangannya.
“Bu Allethea!” panggil salah satu murid laki-laki dari lorong sebelah kirinya sedikit berteriak. Allethea menoleh, senyumnya terukir begitu melihat siapa yang datang menghampiri.
“Ada apa, Adrian?” tanya Allethea dengan nada lembut.
“Gak apa-apa kok, Bu, cuma pengen nyapa ibu sekaligus bilang, kalau hari ini Ibu cantik banget. Adrian kangen karena gak bisa ketemu bu cantik seharian kemarin,” ucapnya cengengesan dan mengerlingkan sebelah matanya genit, lalu meraih tangan sang guru untuk dia salami.
Allethea menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah dari muridnya yang satu ini, kemudian tersenyum manis sebelum pamit untuk ke ruangannya tanpa menanggapi ucapan muridnya itu.
“Selamat pagi, Bu Allethea.”
Mendengar sapaan tersebut Allethea segera membalikan badannya menghadap orang yang baru saja menyapanya. Senyum ramah Allethea berikan. "Selamat pagi juga, Pak Bowo.”
Pak Bowo adalah guru senior yang paling ramah di sekolah. Umurnya pun sudah hampir lima puluh tahun, dan Allethea sangat menghargai laki-laki paruh baya tersebut yang sudah Allethea anggap seperti ayahnya sendiri.
Allethea kembali melanjutkan langkahnya semakin masuk ke dalam ruangan itu, menuju meja tempatnya mengerjakan pekerjaannya, seperti mengoreksi nilai siswa-siswanya.
“Selamat pagi, Bu Siska,” sapa Allethea saat dirinya baru saja duduk di kursinya.
“Pagi juga, Bu Allethea.” Balas Siska yang duduk di kursi sebelah Allethea, karena memang kebetulan meja kerja mereka bersebelahan.
Siska adalah sahabat Allethea sejak sekolah dulu, dan sekarang bekerja di tempat yang sama. Siska disini sebagai guru bahasa Indonesia, sedangkan Allethea sendiri merangkap sebagai guru Matematika.
Usia Siska sendiri tidak jauh berbeda dengan Allethea hanya berjarak beberapa bulan saja. Namun ada satu yang membuat Allethea iri kepada sahabatnya itu, yaitu, dia sudah menikah dan mempunya suami yang super pengertian, sabar dan juga perhatian. Sementara Allethea masih bertahan pada statusnya sebagai kekasih Gilang.
“Kamu sudah sarapan?” tanya Siska kepada sahabatnya itu.
"Sudah tadi di rumah," jawab Allethea.
“Yah, padahal aku mau ngajakin kamu sarapan bareng. Aku lapar, dari semalem belum makan," keluh Siska.
“Ya sudah, yuk, aku temenin ke kantin, mumpung masih ada waktu. Sekalian aku juga mau beli kopi,"
Siska yang mendengar persetujuan sahabatnya itu berbinar, lalu dengan cepat bangkit dari duduknya, di ikuti oleh Allethea. Keduanya berjalan menuju kantin yang sesekali ditemani obrolan-obrolan perihal anak-anak didiknya, juga masalah ujian semester yang sebentar lagi akan dilaksanakan, sampai tidak terasa tiba di kantin dan langsung memesan apa yang keduanya inginkan.
Begitu bel tanda masuk berbunyi, Allethea sudah siap dengan beberapa buku yang akan ia jadikan bahan untuk pembahasan hari ini. XI IPA 3 adalah kelas pertama yang Allethea tuju berada di lantai dua, sedangkan ruang guru berada di lantai tiga, itu artinya, mau tidak mau Allethea harus menuruni tangga untuk menuju kelas tersebut.
Saat sampai di tangga terakhir, Allethea melihat seorang laki-laki tampan berperawakan tinggi, badan atletis, dan berpenampilan rapi berdiri seperti tengah kebingungan.
Beberapa saat memperhatikan laki-laki itu dengan kening berkerut. Allethea terpesona, begitu tatapan mereka bertemu. Laki-laki itu berjalan menghampiri sambil tersenyum ramah membuat Allethea semakin terpesona akan sosok itu.
Seperti baru saja melihat seorang pangeran yang keluar dari dongeng, Allethea sampai tidak lepas menatapnya. Matanya terfokus hanya pada sosok tampan di depannya, enggan berpaling, bahkan hanya sekedar untuk berkedip.
“Maaf sebelumnya, saya mau bertanya kalau ruangan bimbingan konseling disebelah mana, ya?”
Pertanyaan yang di lontarkan laki-laki itu menyadarkan Allethea dari lamunannya, kemudian merutuki diri sendiri yang bisa-bisanya terpesona pada laki-laki lain di saat dirinya memiliki kekasih.
“Ah, maaf dengan Bapak siapa?” tanya Allethea sopan, setelah berdehem beberapa kali untuk menetralkan degup jantungnya.
“Saya Bima, wali dari siswa yang bernama Adrian Adiansyah dari kelas XI IPA 3,” jawab laki-laki bernama Bima tersebut memperkenalkan diri. Allethea menganggukkan kepalanya paham.
“Kalau begitu, Bapak bisa ikut dengan saya terlebih dulu ke kelas XI IPA 3 untuk mengajak Adrian keruang BK,” ucap Allethea mempersilahkan Bima untuk mengikutinya.
Sampainya di depan kelas XI IPA 3 yang tengah berisik itu, Allethea kemudian mengetuk pintu dan membuka pintu yang tertutup itu, masuk terlebih dulu meninggalkan Bima yang masih berjalan beberapa langkah di belakangnya.
“Selamat pagi anak-anak,” ucap Allethea, menyapa murid-muridnya.
“Selamat pagi Ibu cantik." Jawaban kompak dari murid-muridnya itu selalu menerbitkan senyum Allethea.
Melihat bahwa wali dari muridnya sudah berdiri di depan pintu, Allethea kemudian mempersilahkan Bima untuk masuk, dan seketika itu pula kelas yang awalnya sudah kondusif kini menjadi ricuh kembali dengan teriakan-teriakan alay dari murid-murid perempuan.
“A’ Bima ngapain ke sini. Mau jadi guru?” pertanyaan yang di berikan murid bernama Adrian tersebut membuat seluruh siswa IPA 3 menatap bingung dan juga penasaran.
“Jemput kamu,” jawab Bima datar.
“Jemput Ian pulang? Ngapain? Ini masih pagi A’, baru juga masuk.” Herannya.
“Bukan pulang, tapi keruang BK," lagi-lagi jawaban dengan nada datar Bima berikan.
Adrian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian cengengesan dan berdiri dari duduknya, menghampiri sang kakak dan gurunya yang berada di depan.
“Bu cantik, Adrian keruang BK dulu, ya, sama A’ Bima. Ibu jangan kangen, Adrian janji gak akan lama dan segera menemui Ibu cantik lagi. Kalau perlu, nanti Adrian temuin Ibu di depan penghulu dan para saksi,” ucapnya yang kemudian mengedipkan sebelah matanya genit.
Sontak seluruh murid menyoraki Adrian. Memang bukan hal baru lagi remaja itu melayangkan gombalan. Allethea sudah terbiasa, bahkan semua murid di kelas ini sudah terbiasa dengan itu, tapi tidak dengan kakak dari remaja itu, karena Bima langsung menjewer telinga Adrian dan meminta maaf atas kelakuan tidak sopan Adiknya, kemudian pamit undur diri membawa Adrian untuk melanjutkan niat awalnya ke ruang BK.
Sejak keluar dari kelas, Adrian sudah meringis kesakitan dan meminta ampun, tapi Bima sepertinya tidak menghiraukan itu, ia cukup malu dengan tingkah adiknya yang bandel itu, dan tidak menyangka bahwa adiknya seberani itu menggombali gurunya sendiri. Bima menggelengkan kepala tak habis pikir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Riska Wulandari
bilang aja kamu kalah saing A' Bima..🤣🤣🤣
2022-02-28
0
Tionar Linda
yang di takutin Andrian yang gombalin A'Bima yang bawa ke pelaminan 😂😂
2022-01-18
0
momy ida
abg labil 😂😂😂
2021-07-09
0