...APARTEMENT...
Fano sekarang sedang bergulang-guling dikasur.
"Kenapa muka tu cewek jadi kebayang terus si ah elah." Fano dari 2 jam lalu tidak bisa tidur dan terus memikirkan Lea.
"Mama sama papa curiga gak ya kalau gue kenalin dia jadi cewek gue? Semoga ngak curiga deh biar gak puyeng mikirin cara biar bebas dari perjodohan gila itu." Fano kembali mencoba memejamkan mata walau tetep muka Lea terbayang terus di pikirannya.
...1 MINGGU KEMUDIAN...
Lea sudah keluar dari rumah sakit dan sekarang sedang berada di restaurant mewah bersama dengan Fano.
"Kita ngapain kesini? Ini restaurant mewah banget?"tanya Lea sambil melihat sekeliling.
"Memang kenapa kalau resto mewah, ini tempat makan favorit saya, udah sekarang duduk terus pesen makanan apa pun, saya yang bayar," ucap Fano sambil menarik kursi dan mendudukan Lea.
"Beneran ini apa pun boleh saya pesen?" tanya Lea dengan senyum mengembang.
"Iya apa pun pesen aja." Fano duduk dan melihat buku menu, begitupun dengan Lea.
Fano memesan beberapa makanan dan saat Lea selesai memesan dia bengong, bukan karna total uang yang nanti harus dia keluarkan tapi lebih ke jumlah pesanan Lea
"Kamu beneran pesen makan sebanyak itu?" tanya Fano meyakinkan apakah yang barusan dia dengar itu benar atau tidak.
"Iya beneran kok, tadi katanya apa pun, emang gak boleh ya? Saya kurangin deh." Lea sudah mengangkat tangan untuk memanggil pelayan tapi segera saja Fano menurunkan tangan Lea.
"Boleh aja kamu pesen banyak, cuma pertanyaan saya kamu bisa habisinnya ngak?" Fano tak sadar kalau tangan dia masih memegang tangan Lea.
Bukannya menjawab, Lea terus memandang tangannya yang dipegang Fano.
Fano tersadar dan langsung melepaskan pegangan itu.
"So-sorry." Berasa habis melakukan kesalahan besar, Fano berucap sampai gagap.
"Gpp tenang aja, oh iya saya belum tau nama kamu?" Ya, selama ini Lea memang belum mengetahui Nama Fano.
"Apa saya belum memberitahu nama saya ya? Ok, nama saya Fano Axselino Brista, kamu panggil saya Fano saja, kalau nama kamu siapa?" Fano sebenernya sudah tau nama Lea tapi dia ingin gadis yang sekarang sedang ada didepannya memperkenalkan dirinya sendiri.
"Brista, kaya pernah denger tapi kapan?kayaknya bukan nama deretan dari musuh gue deh," batin Lea setelah mendengar nama Fano.
"Nama saya Lea Meowni, kamu panggil saya Lea," jawab Lea.
"Semoga dia tak mengetahui siapa itu Lea Meowni," batin lea resah takut Fano tau dia itu mafia.
"Apa saya tak boleh memanggil kamu Meow? Waktu itu saya denger kamu mengigau dan memanggil diri kamu Meow?" Dari semenjak Lea sadar, Fano slalu membayangkan bayi kucing saat mengingat Lea karna nama Meow yang dia sebut.
"Meow itu panggilan keluarga, jadi kamu panggil saya Lea saja kaya orang lain." Meow itu sebenernya panggilannya di Paris, hanya saja Lea tak ingin Fano tau identitasnya.
"Oh ok deh, habis ini kamu ikut saya ketemu keluarga saya dan kamu harus berpura-pura jadi cewek saya," jelas Fano.
"Ok siap bos." Mata Lea sudah tak fokus dengan fano karna pandangannya sekarang tertuju pada nampan makanan yang dipegang pelayan.
Setelah semua makanan ditaruh di meja, mereka berdua makan.
"Pelan-pelan makannya, saya gak akan ambil makanan kamu kok," ucap Fano sambil mengelap makanan di sudut bibir Lea dengan jarinya.
Lea yang memang dari dulu tak pernah pacaran atau diperlakukan istimewa sama laki-laki itu merasa biasa saja karna Zoe juga akan melakukan itu saat mereka makan bersama dan ada makanan yang belepotan di mulut Lea, hanya bedanya kalau Zoe sambil ngomel kalau Fano sambil berbicara lembut.
"Asli ni cewek beda banget, dia biasa aja gue perlakuin kaya gitu, cewek lain udah klepek-klepek kali, jangan bikin gue makin penasaran kenapa." Jantung Fano tak bisa dikontrol lagi.
"Kenapa kamu bengong, jangan heran saya makannya emang banyak, tapi kamu tenang aja badan saya ini susah gemuk kok jadi saya jamin gak akan bikin kamu malu dengan saya gemuk." Lea berbicara masih dengan mulut penuh makanan.
"Persis bayi kucing kalau kamu kaya gitu, pengen tak cubit itu pipi." Fano yang gemes sudah siap untuk mencubit pipi Lea tapi Lea langsung menutup kedua pipinya dengan kedua tangannya.
"Jangan dicubit, sakit." Perlakuan Lea malah membuat Fano tambah gemes.
"Terus maunya diapain?" tanya Fano menggoda Lea, tapi bukan Lea namanya kalau dia peka.
Lea ini Mafia tapi soal beginian dia polos kebangetan sampai kadang Zoe suka gemes dengan tingkah Lea.
"Mama biasanya cium pipi saya kalau gemes." Nahkan polosnya kebangetan.
...CUP...
Fano mencium pipi Kanan Lea yang sudah tidak dia tutupi karna tangannya digunakan untuk mengambil makanan.
"Ih kok dicium beneran, ini tempat umum, malu tau." Lea mengoceh dengan jurus bayi kucingnya.
"Ini ruang VVIP gak ada yang masuk, orang disini aja cuma kita berdua," ucap Fano sambil memakan makanannya.
"Eh iya baru sadar." Lea kembali menunjukkan senyum bayi kucing yang sangat imut.
"Lama-lama gue karungin juga ni bocah," batin Fano sambil memfokuskan diri kepada makanannya agar tak lagi kepancing buat mencubit Lea yang masih dengan mode muka bayi kucing.
Beberapa saat kemudian pintu ruangan terbuka dan seorang cewek tinggi, cantik dan putih masuk menghampiri mereka berdua.
"Oh jadi ini cewek kamu Fan? Apa kelebihan dia si sampai kamu lebih milih dia dari pada aku? Aku kurang apa Fano Axelino Brista?" Cewek itu mengoceh tanpa henti sambil pandangan sinis dia tujukan kepada Lea.
Apa respon Lea?
Dia tetap fokus dengan makanannya tanpa menghiraukan cewek itu, persis kucing ketemu ikan goreng, mau diganggu gimana juga tetep fokus sama tu ikan.
"Abel, kamu apa-apaan si dateng langsung ngomel, lagian apa yang salah kalau aku milih dia, dia lebih baik dari pada kamu dan dia lebih cantik juga." Ucapan Fano membuat Abel semakin panas dan langsung membuang makanan Lea dan menyiramkan minuman kewajah Lea.
"lo apa-apaan sih? Kenapa lo buang makanan gue, mana lo nyiram gue juga lagi?" Amarah Lea mulai terpancing.
"Tahan Meow tahan," batin Lea untuk menahan Emosinya.
"Emang kenapa kalau gue buang makanan lo, lo ****** gak pantes makan makanan mahal kaya gini." Fano yang mendengar kata ****** reflek langsung menampar Abel.
"Fano, kenapa kamu nampar aku, emang dia ****** 'kan?" Air mata buaya mulai diluncurkan sama Abel.
"Dia wanita gue dan gue gak terima lo bilang dia ******, kalau dia ****** terus lo apa, perebut pacar orang? Mulai sekarang lo jangan pernah deketin gue ataupun dia, sampai gue tau lo ganggu dia, lo bakal dapet akibatnya." Fano yang sudah marah langsung menarik Lea keluar dan meninggalkan Abel yang masih kesal dengan apa yang barusan terjadi.
...MOBIL...
Fano diam dengan tatapan penuh amarah dan muka yang dingin banget.
"Udah gak usah diambil hati, saya gpp kok." Lea berbicara sambil memegang tangan Fano dan membuat Fano menoleh kepadanya, Lea sudah memasang muka baby Cat nya.
"Gimana mau marah kalau muka dia kaya gini, astaga pengen gue halalin aja rasanya," batin Fano yang sekarang sedang bergulat antara lanjut marah atau mencubit pipi Lea.
"Selama 5 tahun baru kali ini ada cewek yang bisa bikin Tuan Fano luluh kaya gini, bahkan gak ada sifat cuek dan dinginnya sama sekali kalau sama ni cewek," batin Bodyguard yang berada dikursi sebelah supir yang heran dengan sifat Fano yang berubah drastis saat bersama Lea.
Lea sebenernya sekarang lagi kesal juga, bukan karna dibilang ****** tapi karna makanannya dibuang sama Abel, ribuan omelan pengen dia keluarkan tapi dia sadar tangan dia gak akan tinggal diam.
"Gak ada kertas sama pulpen apa ya, astaga gue kesel banget sama tu cewek," batin Lea sambil tangannya menggenggam kuat menahan rasa kesalnya sambil terus bersikap biasa aja.
"Boleh nyubit dikit gak si?" tanya Fano yang sudah tak tahan dengan muka baby catnya Lea.
"Ini rumah siapa?" Bukannya menjawab, Lea malah menanyakan siapa pemilik rumah mewah dan besar dihadapannya.
"Ini rumah orang tua saya, saya boleh cubit gak?" Fano masih menanyakan hal yang sama.
Lea yang sadar kalau mau dia ijinin atau ngak, Fano pasti akan mencubit pipinya langsung keluar dari mobil dan masuk nyelonong kerumah Fano.
"Hey jangan kabur kamu." Fano ikut turun dan mengejar Lea ke dalam rumah.
"Udah lama ya Pak, gak lihat Tuan Fano kaya gini?" tanya bodyguard Fano pada supir disebelahnya.
"Iya kamu bener, setelah 5 tahun Tuan bersifat dingin dan cuek melebihi gunung es, sekarang dia bisa senyum lebar sama gadis itu." Sopir yang sudah bekerja lama dengan keluarga Brista ikut bahagia dengan perubahan Fano.
...DIDALAM RUMAH...
Lea masih berlari melewati setiap orang yang bingung dengan kehadiran Lea.
"Fano kamu kenapa lari-lari sih?" Fanya yang baru turun bingung karna anaknya masuk rumah sambil lari.
"Kucing Fano kabur Ma, tangkepin sekarang." Fano langsung berlari mengejar Lea lagi.
"Mana ada kucing sih, emang Fano beli kucing kapan?" tanya Fanya pada bodyguard Fano yang baru masuk.
"Kucing? perasaan Tuan gak beli kucing, Nyonya." Bingung? Ya, itu yang terjadi pada semua orang dirumah itu.
Fanya memutuskan untuk mengikuti Fano sampai ke ruang keluarga.
"Om, tolong saya." Lea yang sudah gak sanggup berlari memilih bersembunyi di belakang Rendra, tanpa dia tau kalau orang yang sekarang jadi tempat persembunyiannya itu adalah papa Fano.
"Pa, siniin kucing Fano, Papa jangan ambil kucing Fano." Fano maju mendekati papanya, tapi Lea memutar badan Rendra agar Fano tak bisa menangkapnya.
"Om tolongin, dia mau nyubit saya." Rendra masih bingung dengan apa yang terjadi sampai dia gak bisa berkata apa pun.
"Papa siniin kucing Fano!" Fano terus berusaha menangkap Lea.
"Ini ada apa sih? Kucing? Mana ada kucing disini Fano." Rendra masih belum sadar kalau kucing yang dimaksud Fano adalan cewek yang lagi ngumpet di belakangnya.
Saat Fano masih berusaha menangkap Lea, ada seorang cowok yang menarik Lea ke belakangnya.
"Papa gak peka, ini kucing Kak Fano," ucap cowok itu sambil merangkul Lea.
"Eh itu kucing kakak jangan diambil, kamu masih kecil masih banyak yang suka sama kamu." Fano langsung menarik Lea dan menyembunyikan Lea ke belakang badannya.
"Buat Zidan aja Kak, kucingnya lucu." Goda Zidan yang gemes dengan sifat Kakaknya.
"Sejak kapan Fano jadi kaya gini." Rendra berbisik kepada bodyguard Fano.
"Sejak 1 minggu ini Tuan, setelah cewek ini sadar, Tuan Fano jadi gitu, sifat dingin dan cueknya hilang kalau lagi sama dia," jelas si bodyguard dan disambut senyuman oleh Rendra.
Fanya menarik Lea.
"Udah Zidan kamu ini suka bener godain kakak kamu," ucap Fanya
"Abis udah lama gak lihat Kak Fano bucin," ucap Zidan sambil nyengir.
"Ini kenapa si, gue jadi kaya bola dioper-oper mulu, capek, neng capek bang," batin Lea yang bingung akan apa yang terjadi.
"Mama balikin." Fano kembali menarik Lea
"Kenapa aku ditarik mulu dari tadi, udah kaya bola aja, eneng capek Bang, jangan tarik ulur eneng." Ucapan Lea membuat semua orang tertawa.
"Kamu lucu banget sih." Fanya tanpa aba-aba sudah mencubit pipi Lea
"Mama yang nyubit kamu diem aja, giliran aku yang nyubit kabur." Muka Fano langsung manyun.
"Kamu kalau nyubit gak cukup sekali, ntar pipi aku merah terus bengkak, mau kamu?" Kekesalan Lea bertambah.
"Ya ngak lah." Fano mencubit pipi Lea 1x.
"Udah 1x aja jangan ditambah." Lea berbicara sambil menutup pipinya.
"Iya sayang iya," ucap Fano sambil mengelus kepala Lea.
"Fano, ini pacar kamu?" Pertanyaan Rendra mengalihkan pandangan Fano yang sekarang memandang Rendra.
"Iya Pa, ini pacar Fano, jadi Papa batalin perjodohan itu ya, Fano gak mau kehilangan dia, Pa," jawab Fano dengan muka agak memohon kepada Rendra.
"Oh udah mulai actingnya ya, ok mari kita buat sandiwara ini seperti nyata, Om Tante maafin saya, ini demi hutang papa yang udah anak kalian bayar," batin lea yang langsung menerima signal kalau dia harus pura-pura jadi pacar Fano sekarang.
"Kamu mau dijodohin, Yang? Kok kamu gak bilang? Siapa ceweknya? Apa dia lebih cantik dari aku? Ngapain aku jauh-jauh kesini kalau kamu mau dijodohin? Kamu tega sama aku?" Kemampuan Lea dalam bertanya apa pun yang ada diotaknya berguna saat kaya gini.
"Aku juga gak mau dijodohin, Yang, tapi Papa sama Mama maksa aku terus," jawab Fano sambil menggenggam tangan Lea namun langsung ditepis.
"Dia udah bisa merubah Fano, terlalu kejam kalau aku harus misahin mereka demi perjodohan yang belum tentu bikin Fano bahagia," batin Rendra.
"Kamu tenang aja, kita akan membatalkan perjodohan itu, tapi kamu jangan tinggalin anak saya," ucap Rendra yang dibalas dengan senyuman sama Fano.
"Berhasil, akhirnya gue bebas dari perjodohan gila ini," batin Fano yang bahagia dengan apa yang papanya katakan.
"Bagus juga acting gue, langsung dibatalin dong." Lea tak kalah bahagia, bukan karena perjodohan yang dibatalkan, melainkan karna dia yang bagus beracting.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
elena
ceritanya bagus
tapi jangan pakai saya kamu kesannya kaku
saran aja sich✌️
2022-12-02
0
☠ᵏᵋᶜᶟoffdll⍣⃝𝑴𝒓🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝕸y💞
Fano berarti sebenarnya jatuh cinta pada pandangan pertama ia sama Lea tapi hanya gengsi DECH kayanya 🤔
2021-07-11
2
Nurhayati
lucu thorrr
2021-05-23
3